BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

PROFIL PEMBANGUNAN KALIMANTAN BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial dan budaya. Wilayah-wilayah dengan

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

Angka Kemiskinan Kabupaten Sekadau 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2017

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

METODOLOGI PENELITIAN

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA)

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Tabel I.1. Luas dan Tingkat Kekritisan Lahan di Wilayah Kerja BPDAS Kapuas Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 13 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur


PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014

Dinas KUKM Provinsi Kalimantan Barat Jl. Sutan Syahrir No. 5 Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Yetty Agustini* Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Erni Panca Kurniasih Universitas Tanjungpura ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 0 08 LU serta 3 0 02 LS serta di antara 108 0 30 BT dan 114 0 10 BT pada peta Bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik tersebut maka daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0 0 ) tepat di atas Kota Pontianak. Karena pengaruh letak tersebut maka Kalimantan Barat adalah salah satu daerah tropis dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi. Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat adalah daratan berdaratan rendah dengan luas 146.807 km 2 atau 7,53% dari luas Indonesia atau 1,13 kali luas Pulau Jawa. Dilihat dari besarnya wilayah, maka Kalimatan Barat termasuk provinsi terbesar keempat di Indonesia setelah Provinsi Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Provinsi Kalimantan Barat memiliki 14 Kabupaten/Kota yaitu, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak,Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, dan Kota Singkawang. Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan sebesar 62,58%, yang terdiri dari hutan belukar, hutan lebat, dan hutan sejenis. Sementara itu areal 55

56 perkebunan mencapai 2.469.389 ha atau 16,82%. Dari 14,68 juta ha luas Kalimantan Barat, areal untuk pemukiman hanya berkisar 0,31%. B. Gambaran Umum Variabel Penelitian 1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Kalimantan Barat Pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Barat selalu mengupayakan agar pertumbuhan ekonomi di wilayahnya selalu menunjukkan progress yang meningkat setiap tahunya. Indikator dalam melihat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah dapat ditunjukkan dengan nilai PDRB di daerah tersebut. Oleh karena itu untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat selalu mengatur strategi dalam bentuk kebijakan agar kestabilan perekonomian daerah selalu terjaga dengan baik. Hal tersebut pada umumnya tercermin dari nilai PDRB yang selalu memberikan peningkatan secara signifikan yang mana dapat mendorong perkembangan perekonomian daerah. Keinginan untuk mewujudkan suatu pertumbuhan ekonomi yang baik tidak selamanya berjalan dengan mudah disetiap tahunnya, namun Provinsi Kalimantan Barat terbukti berhasil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya yang dapat dilihat dari perkembangan nilai PDRB dari tahun ke tahun.

60 TABEL 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 TAHUN PDRB (Juta Rupiah) TAHUN PDRB (Juta Rupiah) 1986 24698580 2002 58860718 1987 26991625 2003 60662857 1988 28797996 2004 63569412 1989 30155125 2005 66546697 1990 32296969 2006 70286937 1991 34452601 2007 74521663 1992 36866473 2008 78559608 1993 38919400 2009 82300545 1994 41853813 2010 86065854 1995 45453341 2011 90797590 1996 49763618 2012 96161928 1997 54384855 2013 101980339 1998 51990359 2014 107113786 1999 53418481 2015 112261168 2000 54992517 2016 118184632 2001 56297049 Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (diolah)

140000000 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000 20000000 0 PDRB (Juta Rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (diolah) GRAFIK 4.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 (Juta Rupiah) Sajian data di atas menunjukkan bahwa nilai Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Barat selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 31 tahun PDRB Provinsi Kalimantan Barat terus mengalami kenaikan, walaupun pada tahun 1998 tercatat adanya penurunan PDRB sebesar 4% dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 51.990.359 Juta Rupiah. Angka tersebut tercatat lebih rendah dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 1997 sebesar 54.384.855 Juta Rupiah. Penurunan angka PDRB Provinsi Kalimantan Barat tahun 1998 dikarenakan adanya krisis moneter yang terjadi pada era tersebut. Namun di tahun selanjutnya yakni tahun 1999, PDRB meningkat kembali dan menunjukan trend peningkatan yang positif hingga tahun 2016.

62 2. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Provinsi Kalimantan Barat Menurut Undang-undang No. 6 Tahun 1968, yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki Negara maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuanketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman modal asing. Perkembangan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat tidak lepas dari peranan perkembangan investasi di dalamnya. Dalam upaya mengembangkan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Barat yang berkemajuan maka perlu kiranya dilakukan perluasan investasi sebagai faktor pendukung dalam hal tersebut. Nilai penanaman modal dalam negeri Provinsi Kalimantan Barat tercatat di dalam besarnya realisasi investasi dari proyek penanaman modal dalam negeri yang telah disetujui pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sebagai berikut:

63 TABEL 4.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 Tahun PMDN (Juta Rupiah) Tahun PMDN (Juta Rupiah) 1986 84581 2002 3871001 1987 106279 2003 4411370 1988 409895 2004 4437965 1989 566236 2005 4096567 1990 661591 2006 4256212 1991 882715 2007 4579583 1992 1129266 2008 5201255 1993 1719405 2009 6339180 1994 1984511 2010 8381742 1995 2106779 2011 10004669 1996 2370619 2012 13177576 1997 2619652 2013 17266077 1998 3020296 2014 24474623 1999 3103129 2015 30420152 2000 3395910 2016 40383786 2001 3681354 Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat Tabel 4.2 menunjukan nilai realisasi penanaman modal dalam negeri Provinsi Kalimantan Barat selama periode tahun 1986 sampai dengan tahun 2016 selalu mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2005 sedikit mengalami penurunan sebesar 4.096.567 juta rupiah dari tahun sebelumnya yakni tahun 2004 sebesar 4.437.965 juta rupiah.

64 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 PMDN Provinsi Kalimantan Barat (juta rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (diolah) GRAFIK 4.2 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 (Juta Rupiah) Grafik 4.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sentimen positif investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan respon yang begitu baik dan terus mengalami peningkatan hingga ke tahun 2016. Pada tahun 2016 nilai PMDN Kalimantan Barat meyentuh angka 40.383.786 juta rupiah. 3. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Kalimantan Barat Sasaran investasi sektor swasta pada dasarnya tidak hanya pada penanaman modal dalam negeri, tetapi juga melalui penanaman modal asing. Penanaman modal asing (PMA) merupakan alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. Nilai

65 penanaman modal asing Provinsi Kalimantan Barat tercatat di dalam besarnya realisasi investasi dari proyek penanaman modal asing yang telah disetujui pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sebagai berikut: TABEL 4.3 Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Kalimantan Barat Tahun PMA (Juta Rupiah) Tahun 1986-2016 Tahun PMA (Juta Rupiah) 1986 8438 2002 2851082 1987 10128 2003 3545991 1988 16538 2004 4023741 1989 62827 2005 5633475 1990 73008 2006 5605522 1991 88740 2007 6627638 1992 98448 2008 7611365 1993 99109 2009 9813786 1994 108476 2010 10199052 1995 122280 2011 12205479 1996 172091 2012 19390833 1997 335228 2013 28194885 1998 644135 2014 30340629 1999 884419 2015 55583763 2000 1829085 2016 75430409 2001 2496978 Tabel 4.3 menunjukkan nilai realisasi proyek PMA Provinsi Kalimantan Barat yang telah disetujui oleh pemerintah setempat. Data menunjukan bahwa nilai PMA cenderung memberikan respon yang positif dari tahun ke tahun. Data menunjukan bahwa tahun 2016 nilai investasi PMA mencapai angka 75.430.409 juta rupiah. Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat

66 80000000 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 PMA (Juta Rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat ( diolah) GRAFIK 4.3 Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 (Juta Rupiah) Grafik 4.3 menjelaskan bahwa perkembangan penanaman modal asing (PMA) di Provinsi Kalimantan Barat sepanjang periode tahun 1986 sampai tahun 2016 menunjukkan peningkatan terus menerus. Setelah melewati masa krisis, PMA di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan trend positif. Setelah masa krisis perkembangan PMA terus memberikan trend yang positif sampai tahun 2016 yang mencapai nilai penanaman modal asing hingga 75.430.409 juta rupiah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai investasi PMDN di Provinsi Kalimantan Barat. 4. Perkembangan Luas Lahan Produktif di Provinsi Kalimantan Barat Potensi sumber daya alam perlu ditingkatkan secara komprehensif agar mengalami peningkatan yang berarti. Pengelolaan sumber daya alam yang baik tentunya akan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, misalnya

67 dengan mengelola tanah menjadi lahan yang produktif. Dalam hal ini lahan produktif yang ada di Provinsi Kalimantan Barat diukur dari Luas lahan perkebunan kelapa sawit yang merupakan lahan yang paling mendominasi dibandingkan lahan perkebunan lainnya. Perkebunan kelapa sawit merupakan perkebunan yang beroperasi secara konsisten di Provinsi Kalimantan Barat. Perkembangan ini dapat dinilai dari luas lahan perkebunan besar kelapa sawit sebagai berikut: TABEL 4.4 Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 Tahun Luas Sawit (Ha) Tahun Luas Sawit (Ha) 1986 19733 2002 170008 1987 22122 2003 180986 1988 22979 2004 184553 1989 22718 2005 192547 1990 24440 2006 220406 1991 26182 2007 250500 1992 37698 2008 308596 1993 52119 2009 289334 1994 66424 2010 522508 1995 71771 2011 625532 1996 81966 2012 773945 1997 98896 2013 906486 1998 135176 2014 929360 1999 160247 2015 1046212 2000 87131 2016 1055656 2001 163945 Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat

68 Tabel 4.4 menunjukkan perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat sepanjang periode 31 tahun yakni 1986 sampai dengan 2016. Dapat dilihat bahwa perkebunan kelapa sawit menunjukkan konsistensi terhadap perkembangannya. Setiap tahun lahan perkebunan kelapa sawit selalu mengalami perluasan sehingga perkebunan kelapa sawit memang disebut-sebut sebagai primadona di Kalimantan Barat. Hal tersebut dapat kita lihat juga dalam trend perkembangan kelapa sawit sepanjang tahun 1986 sampai dengan tahun 2016 sebagai berikut: 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 Luas Lahan Kelapa Sawit (ha) Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (diolah) GRAFIK 4.4 Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 (Ha) Grafik 4.4 menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan kelapa sawit selalu memberikan trend yang positif selama periode 31 tahun. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa untuk komoditi kelapa sawit selama kurun waktu 2012-2016, luas tanaman tahun 2016 naik 0,9 persen dari tahun sebelumnya. Perluasan lahan

69 perkebunan kelapa sawit memang menunjukkan perkembangan yang baik, namun pada tahun 2000 tercatat bahwa luas lahan menyempit menjadi 87.131 hektar dibanding tahun sebelumnya yakni 1999 sebesar 160.247 hektar. Hal ini dikarenakan pada tahun 1999 harga jual kelapa sawit menurun, sehingga banyak pemilik kebun yang takut mengalami kerugian sehingga ada beberapa yang menghentikan kegiatan perkebunan dan ada sebagian yang menjual lahan perkebunan tersebut. Selain itu tahun 2008 ke tahun 2009 luas lahan kelapa sawit juga menurun dari 308.596 hektar menjadi 289.334 hektar. Namun selain tahun tersebut luas lahan perkebunan kelapa sawit selalu mengalami peerkembangan yang baik. 5. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Kalimantan Barat Pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya akan berpengaruh pada pertumbuhan angkatan kerja, dimana dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka akan memperbanyak jumlah angkatan kerja yang tersedia. Semakin besar angkatan kerja maka semakin banyak pula tenaga kerja yang produktif, sementara jumlah penduduk yang lebih besar dapat meningkatkan luasnya pasar dalam negeri. Perkembangan jumlah tenaga kerja dalam hal ini diukur dengan jumlah total angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Barat pada sajian data sebagai berikut:

70 TABEL 4.5 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016 Tahun Angkatan Kerja Tahun Angkatan Kerja 1986 1237717 2002 1827278 1987 1243818 2003 1901757 1988 1243899 2004 1954343 1989 1267197 2005 1993428 1990 1411138 2006 1969298 1991 1450205 2007 2143823 1992 1549014 2008 2157549 1993 1621747 2009 2200895 1994 1682633 2010 2197325 1995 1713331 2011 2233195 1996 1752533 2012 2182524 1997 1725533 2013 2140166 1998 1787677 2014 2320229 1999 1901686 2015 2357224 2000 1778795 2016 2388758 2001 1771550 Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat 3000000 Jumlah Angkatan Kerja (Jiwa) 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (diolah) GRAFIK 4.5 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1986-2016

71 Sajian data di atas dapat menjelaskan bahwa perkembangan jumlah angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Barat selalu berfluktuasi walaupun masih menunjukkan trend perkembangan yang positif. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 1986 jumlah angkatan kerja Kalimantan Barat tercatat sebesar 1.237.717 jiwa dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 2.388.758 jiwa. Pada dasarnya jumlah angkatan kerja yang bertambah akan memungkinkan Negara atau wilayah tersebut menambah produksi. Semakin banyak proses produksi maka output hasil produksi akan mengalami peningkatan sampai batas tertentu dan akan mendorong kemajuan dalam pembangunan ekonomi.