IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

dokumen-dokumen yang mirip
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS VII SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

Charlina Ribut Dwi Anggraini

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Helmi Nurul Hikmah Guru Matematika MTsN Tanah Grogot

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

Putri Sarini, Ni Made Pujani, I Nyoman Suardana Jurusan Pendidikan IPA FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

Model pembelajaran matematika di sd

BAB II KAJIAN PUSTAKA

COOPERATIVE LEARNING. (Pembelajaran. Kooperatif) Yuni Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENTS (TGT) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Unnes Journal of Mathematics Education Research

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

Upaya Meningkatkan Keaktifan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dan Pemanfaatan Handout

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. dilaksanakan di MTs. Sunan Kalijogo Pati kelas VII A tahun ajaran 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

Ega Gradini 1. Abstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu interaksi dengan lingkungan atau objek tertentu. fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH KALKULUS LANJUT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on the Draw dalam Perkuliahan Kalkulus Integral

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika

50 Media Bina Ilmiah ISSN No


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MELALUI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH MORFOLOGI TUMBUHAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah tempat berlangsungnya penelitian terletak di Jalan Basuki

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman konsep dalam matematika merupakan kemampuan dasar

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 Juli

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSIDING ISBN :

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

Transkripsi:

Pedagogy Volume 3 Nomor 1 ISSN 2502-3802 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY Desak Made Ristia Kartika 1 Program Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1, Universitas Cokroaminoto Palopo 1 desakmaderistia@uncp.ac.id Abstrak Penerapan lesson study pada mata kuliah kalkulus dasar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dimana mahasiswa dibagi ke dalam delapan kelompok yang setiap kelompok heterogen dari segi kemampuan matematika maupun gender yang terdiri dari 4-5 orang anggota dalam setiap kelompok. Materi yang diajarkan yaitu nilai mutlak. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahap yakni perencanaan pembelajaran (plan) yang melibatkan beberapa dosen, pelaksanaan pembelajaran (do), dan refleksi pembelajaran (see). Pada proses pembelajaran menggunakan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). Hasil dari kegiatan ini adalah: melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis lesson study aktivitas mahasiswa dapat terlihat aktif pada saat diskusi kelompok maupun presentasi, melalui lesson study berupaya untuk memenuhi hak belajar mahasiswa, terciptanya learning community atau komunitas belajar, kegiatan pembelajaran di kelas lebih aktif ditandai dengan semangat mahasiswa dalam bertanya dan menjawan soal lebih tinggi frekuensinya, dan melalui lesson study dengan prinsip kolegalialitas, secara kolaboratif merefleksikan keefektifan pembelajaran dan saling belajar. Kata Kunci: Kooperatif tipe STAD, Lesson Study, Kalkulus Dasar A. Pendahuluan Kalkulus Dasar merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Cokroaminoto Palopo. Mata Kuliah tersebut menjadi salah satu mata kuliah dasar yang wajib dikuasai bagi Mahasiswa. Penguasaan terhadap mata kuliah ini menjadi bekal awal bagi mahasiswa semester dua karena mata kuliah lain akan ditunjang oleh kemampuan dalam memahami mata kuliah kalkulus dasar. Fenomena yang terjadi bahwa mahasiswa cenderung belajar sendirisendiri, belum terlibat aktif dalam diskusi kelompok, malu mengungkapkan ide atau pendapatnya, takut salah, cenderung pasif dalam pembelajaran di Halaman 107 dari 155

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD kelas sehingga nantinya akan berdampak terhadap hasil belajar. Hal ini merupakan gambaran mahasiswa yang penulis temukan sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis lesson study. Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas bukan tanpa alasan melainkan karena mata kuliah ini dianggap sulit dan metode maupun strategi yang cocok diterapkan pada mata kuliah ini masih kurang. Belum ada penelitian berbasis lesson study diterapkan pada mata kuliah kalkulus dasar sebelumnya khususnya di Program Studi Pendidikan Matematika. Sebelumnya sudah ada yang melakukan penelitian berbasis lesson study namun pada mata kuliah lain seperti kalkulus lanjut pada mahasiswa semester tiga. Pada dasarnya kalkulus dasar merupakan mata kuliah prasyarat untuk dapat memprogram mata kuliah kalkulus lanjut di semester tiga. Jika mahasiswa belum mampu menguasai mata kuliah kalkulus dasar dengan baik tentu akan berdampak buruk terhadap mata kuliah yang lain mengingat mata kuliah ini adalah mata kuliah dasar yang memiliki posisi penting dan vital. Sehingga penulis menganggap penting bahwa sejak dini mahasiswa dibiasakan untuk terpenuhi hak belajarnya melalui kegiatan lesson study untuk menciptakan komunitas belajar (learning community). Sebelum melaksanakan lesson study penulis di dalam pembelajaran di kelas penulis sudah menerapkan pembelajaran kooperatif. Mahasiswa sudah dibagi dalam beberapa kelompok belajar untuk membiasakan mereka berdiskusi dan sharing pendapat untuk menciptakan learning community. Tanpa adanya observer di kelas pada saat proses pembelajaran tentu kurang mengungkap aktivitas mahasiswa. Terutama kemungkinan adanya mahasiswa yang belum terpenuhi hak belajarnya. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams- Achievement Divisions (STAD). Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivisme sosial dari Vigotsky yang menganggap bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Model pembelajaran ini dikembangkan untuk mengatasi Halaman 108 dari 155

Desak Made Ristia Kartika belajar kompetitif dan individualitas. Belajar kompetitif dan individualitas mempunyai beberapa kelemahan, yaitu (a) kompetisi mahasiswa yang terkadang kurang sehat, (b) mahasiswa berkemampuan rendah akan kurang termotivasi sehingga sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan (c) membuat frustrasi mahasiswa yang lain. Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, antara lain: Student Teams- Achievement Divisions (STAD), Team-Game-Tournament (TGT), Team-Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), Co-op Co-op, Jigsaw, Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT). Menurut Slavin (2005: 143), STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu: presentasi kelas, kelompok (tim), kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. 1. Presentasi kelas. Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Tahap ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh dosen, tetapi bisa juga presentasi dalam bentuk audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. 2. Kelompok. Kelompok terdiri dari empat atau lima mahasiswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. 3. Kuis. Sekitar satu atau dua periode setelah dosen memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode setelah mahasiswa bekerja dalam kelompok, mahasiwa akan mengerjakan kuis individual. Tahap ini membuat tiap mahasiswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 4. Skor kemajuan individual. Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap mahasiswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja lebih baik daripada sebelumnya. Tiap mahasiswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada mahasiswa yang dapat melakukannya tanpa usaha mereka yang terbaik. Tiap mahasiswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja mahasiswa tersebut Halaman 109 dari 155

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Mahasiswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk kelompoknya berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. 5. Rekognisi kelompok. Kelompok akan memperoleh penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Penentuan anggota kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Setiap kelompok terdiri dari empat atau lima mahasiswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Namun acuan utama ketika pertama kali membentuk kelompok adalah kinerja akademik. Tiap kelompok harus memuat satu orang berprestasi tinggi, dua orang berpresatasi sedang, dan satu orang berprestasi rendah. Berikut ini adalah langkah- langkah pembentukan kelompok: 1. Menyusun peringkat mahasiswa. Mahasiswa diurutkan peringkatnya berdasarkan kinerja akademik dari yang tertinggi sampai yang terendah. Kinerja akademik yang menjadi patokan dapat berupa nilai ujian. 2. Penentuan jumlah kelompok. Jika memungkinkan, jumlah anggota kelompok sebanyak empat orang. Banyaknya kelompok diperoleh dari jumlah mahasiswa dibagi empat. Tentu saja jika jumlah mahasiswa bukan kelipatan empat maka sisa pembagian satu, dua atau tiga orang. Jika hal ini terjadi maka sebanyak satu, dua atau tiga kelompok beranggotakan lima orang. 3. Penentuan mahasiswa ke dalam kelompok. Daftar peringkat mahasiswa yang telah disusun digunakan untuk menempatkan siswa ke dalam kelompokkelompok. Daftar peringkat tersebut ditetapkan sebanyak 25% mahasiswa berprestasi tinggi, 50% sedang dan 25% rendah, sehingga setiap kelompok terdiri dari satu orang mahasiswa berprestasi tinggi, dua orang sedang dan satu orang rendah. Setelah mahasiswa duduk sesuai kelompoknya, mereka harus menguasai materi yang disampaikan dosen dan membantu teman sekelompoknya untuk menguasai materi tersebut. Para mahasiswa diberikan lembar kegiatan dan lembar jawaban atau lembar kegiatan mahasiswa (LKM) yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk Halaman 110 dari 155

Desak Made Ristia Kartika menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya. Mahasiswa boleh bertanya kepada dosen hanya bila semua anggota kelompok sudah ditanya. Tahap selanjutnya adalah kuis. Kuis yang diberikan harus dikerjakan secara individu agar setiap mahasiswa bertangguang jawab secara individual untuk memahami materinya. Skor kuis dan skor awal mahasiswa menentukan skor kemajuan individual. Gagasan dibalik skor kemajuan individual untuk menunjukkan kepada mahasiswa kinerja yang dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan hasil yang lebih baik daripada sebelumnya. Penghargaan kelompok dapat berpatokan pada: (1) rata-rata skor seluruh anggota kelompok, (2) hanya menilai kuis salah seorang anggota kelompok, atau (3) memilih seorang siswa dari masing-masing kelompok untuk mengerjakan kuis tanpa memberi tahu siswa siapa yang akan dipilih. Ungkapan penghargaan kelompok dari yang baik sampai terbaik dapat berupa: kelompok baik, kelompok sangat baik dan kelompok super. Pada penelitian ini pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan berbasis lesson study. Lesson Study bukan metode pembelajaran, juga bukan pendekatan pembelajaran. Sebenarnya, Lesson Study adalah model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Apabila kita cermati definisi Lesson Study,maka kita menemukan 7 kata kunci, yaitu pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegialitas, mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan keprofesionalan pendidik terus menerus. Jika tidak dilakukan pembinaan secara berkelanjutan maka keprofesionalan dapat menurun seiring waktu. Alternatif pembinaan dapat dilakukan melalui merencanakan pembelajaran secara kolaboratif; mengkaji secara teliti proses pembelajaran dan perilaku mahasiswa; mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang handal; dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan mahasiswa dan kolega dosen. Halaman 111 dari 155

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam berkolaborasi ketika melaksanakan kegiatan lesson study. Dengan kata lain, peserta kegiatan lesson study tidak boleh merasa superior (merasa paling pintar) atau inferior (merasa rendah diri) tetapi semua peserta kegiatan lesson study harus diniatkan untuk saling belajar. Peserta yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih harus mau berbagi dengan peserta yang belum paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus mau bertanya kepada peserta yang sudah paham. Narasumber dalam forum lesson study harus bertindak sebagai fasilitator, bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar para peserta dapat maju bersama. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan pertama adalah Plan (merencanakan), tahapan kedua adalah Do (melaksanakan), dan tahapan ketiga adalah See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continuous improvement). Pada tahan plan secara kolaboratif, dosen merencanakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa berbasis permasalahan di kelas. Pada tahap do seorang dosen melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, sementara dosen lain mengobservasi aktivitas belajar mahasiswa. Tahap berikutnya, see dengan prinsip kolegalialitas, secara kolaboratif merefleksikan keefektifan pembelajaran dan saling belajar. Berdasarkan hal-hal yang sudah diungkapkan sebelumnya, dan dalam upaya memenuhi hak belajar seluruh mahasiswa serta menciptakan komunitas belajar sehingga penulis melakukan peneliitan ini. Adapun judul yang diangkat yakni Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Kuliah Kalkulus Dasar Berbasis Lesson Study. B. Metode Penelitian Kegiatan penelitian ini berupa praktik pembelajaran pada mata kuliah Kalkulus Dasar dan Ruang yang dilaksanakan di kelas R1 (Semester 2) mahasiswa program studi Pendidikan Matematika, semester genap tahun akademik 2017/2018. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 1 (satu) siklus yang terdiri atas kegiatan perencanaan pembelajaran (plan), observasi (do) dan refleksi (see). Kegiatan lesson study ini bertempat di kampus 1 Universitas Cokroaminoto Palopo pada saat Halaman 112 dari 155

Desak Made Ristia Kartika melaksanakan plan dan see. Adapun pelaksanaan do dilaksanakan di kampus 2 Universitas Cokroaminoto Palopo yang dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan sesuai dengan jadwal perkuliahan Kalkulus Dasar. Adapun waktu pelaksanaan kegiatan secara rinci disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan lesson study Siklus Plan Do See I Kamis, 12 April 2018 Jumat, 20 April 2018 Jumat, 20 April 2018 Tahap perencanaan (plan) membicarakan terkait permasalahan pembelajaran, menetapkan goal atau tujuan pembelajaran, memilih topik kajian, sharing problems, mencari alternatif solusi, merancang lesson plan (memikirkan action dan respon mahasiswa). Pada tahah ini memberikan kesempatan kepada dosen model untuk mengungkapkan ide pembelajaran, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk memberikan saran pembelajaran, menawarkan usul pembelajaran dan memberikan penjelasan terkait materi (bila perlu), menyampaikan ramburambu terkait pengelolaan waktu pembelajaran dan refleksi. Pada tahap do (implementasi pembelajaran) dilakukan terlebih dahulu menyampaikan tata tertib kepada yang hadir sebelum mulai, mengobservasi bagaimana mahasiswa belajar, dan mengobservasi pembelajaran dari sudut pandang tertentu yang lebih luas. Lantas, bagaimana mengovservasi pembelajaran, pada kegiatan ini observer fokus pada aktivitas mahasiswa: apakah mahasiswa belajar dan bagaimana prosesnya?; adakah mahasiswa yang tidak belajar, mengapa?. Observer harus berdiri pada lokasi yang dapat melihat raut wajah mahasiswa, mengamati dan mencatat aktivitas mahasiswa, tidak mengobrol sesama observer, HP silent. Adapun pada tahap see (refleksi) dilakukan terlebih dahulu memberikan penjelasan tata cara merefleksi, memastikan refleksi difokuskan pada aktivitas mahasiswa, mengoreksi kelemahan proses observasi yang dilakukan dosen, memberikan penguatan diakhir refleksi (materi, pendekatan, metode, dll). Pada refleksi dilakukan sharing temuan berdasarkan fakta, diskusi diawali dengan penyampaian kesan oleh dosen model dalam hal ini yang menjadi dosen model adalah penulis sendiri. Dilanjutkan dengan penyampaian temuan, analisis, dan alternatif solusi oleh observer. Moderator mengangkat isu untuk dibahas. Halaman 113 dari 155

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Membahas tindaklanjut. Seting tempat duduk memungkinkan interaksi secara mudah. Data yang akan dianalisis berupa respon mahasiswa yang terungkap oleh observer melalui lembar observasi. Data ini akan diungkap dan dijelaskan dalam bentuk kalimat-kalimat/pernyataan yang sesuai dengan fakta yang terjadi. C. Hasil dan Pembahasan 1. Tahap perencanaan (plan) a.) Materi ajar yang ditetapkan adalah nilai mutlak. Tujuan pembelajarannya adalah mahasiswa dapat memahami definisi nilai mutlak,.mahasiswa dapat memahami sifat-sifat nilai mutlak, dan mahasiswa dapat menyelesaikan ketaksamaan yang menyangkut nilai mutlak. b.) Agar materi tersebut dapat dipahami mahasiswa, maka salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. c.) Skenario pembelajaran disusun berdasarkan tahapan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD. d.) Penentuan alokasi waktu pembelajaran; pendahuluan 15 menit teridri dari apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan pembelajaran, penjelasan materi 20 menit, mahasiswa mengerjakan LKS dalam kelompok 30 menit, presentasi 10 menit, dan penutup kuis dan kesimpulan 25 menit. Total waktu yang digunakan 100 menit yakni untuk 2 SKS. e.) Lembar kerja mahasiswa yang disusun memuat aktivitas terkait tujuan pembelajaran. Dirancang untuk mengkonstruksi materi. 2. Tahap pelaksanaan (do) Tahapan ini memuat beberapa aktivitas pembelajaran sebagai berikut. a.) Dosen melakukan apersepsi terkait materi sebelumnya yakni ketaksamaan materi ini juga akan digunakan dalam menyelesaikan ketaksamaan yang menyangkut nilai mutlak. Dosen memotivasi mahasiswa terkait pentingnya materi. Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran. b.) Dosen model menyampaikan materi pembelajaran. c.) Dosen membagi mahasiswa ke dalam 8 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang. LKM dibagikan kepada setiap mahasiswa dan Halaman 114 dari 155

Desak Made Ristia Kartika dibahas di dalam kelompok. LKM memuat langkah-langkah menemukan nilai mutlak, langkah-langkah menyelesaikan ketaksamaan yang menyangkut nilai mutlak dan menggunakan sifat-sifat nilai mutlak dalam menyelesaikan masalah yang terkait ketaksamaan nilai mutlak. d.) Dosen model menjadi fasilitator bagi mahasiswa dalam mendiskusikan LKM. e.) Presentasi perwakilan kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain f.) LKM yang diberikan membuat alokasi waktu tersita lebih lama sehingga kuis dijadikan tugas. g.) Dosen model bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran. Tahap pelaksanaan atau do di kelas, secara umum mahasiswa mengikuti perkuliahan dengan antusias perkuliahan yang dilaksanakan karena model yang digunakan membuat mahasiwa aktif berdiskusi dalam kelompok. Setiap mahasiswa juga bertanggung jawab terhadap LKM nya masingmasing. Mahasiswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Juga antusias pada saat presentasi kelompok. Terbukti banyak yang angkat tangan tandamengajukan diri untuk mempresentasikan jawabannya. Setelah itu banyak juga yang angkat tangan ingin menanggapi ataupun memperbaiki jawaban dari presentasi teman sebelumnya. Mahasiswa terlihat sangat aktif pada perkuliahan ini. 3. Tahap refleksi (see) Tahap do yang telah dilaksanakan masih memiliki beberapa kendala dan kekurangan. Oleh karena itu, pada tahap ini dosen model dan observer melaksanakan diskusi mengenai hal yang perlu dibenahi pada proses perkuliahan antara lain: a.) Masih ada mahasiswa yang ragu dengan jawabannya dan belum percaya diri. Ada satu mahasiswa saja yang sempat menggunakan HP. Observe belum memberikan solusi, adapun solusi dari penulis akan melakukan pendekatan secara persuasif. b.) Masih ada mahasiswa yang belum dapat membedakan cara 1 dan 2 yang ada dalam LKM terkait cara menyelesaikan ketaksamaan yang menyangkut nilai mutlak. Di sini penulis melihat observer belum memberikan solusinya, Halaman 115 dari 155

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD seharusnya observer juga mampu memberikan sumbangan solusi. Solusi dari penulis sebagai dosen model terkait kasus ini akan memberikan pemahaman kembali kepada mahasiswa tersebut serta latihan soal. c.) Masih ada diskusi yang berlangsung hanya pada jenis kelamin yang sama. d.) Masih ada satu kelompok yang membutuhkan waktu lebih lama dalam mengerjakan LKM dikarenakan dalam kelompok tersebut tidak ada yang menjadi mentoring. Walaupun sebenarnya ada yang bertindak sebagai ketua kelompok. Lebih diperhatikan alokasi waktu. Secara umum, untuk menindaklanjuti refleksi tersebut dapat dilakukan seperti yang sudah penulis cantumkan dan uraikan di atas. Pada kegiatan lesson study ini penulis tidak hanya melibatkan dosen sebagai tim observer tapi penulis juga melibatkan satu mahasiswa semester akhir. Mahasiswa tersebut juga terlibat dalam memberikan temuannya pada saat refleksi. Salah satu temuannya bahwa ada mahasiswa yang menganggap bahwa dibagi 4 dan dikali 1 4 adalah berbeda. Solusi yang penulis lakukan untuk kasus tersebut adalah memberikan pemahaman kembali kepada mahasiswa bahwa untuk menyelesaikan ketaksamaan yang menyangkut nilai mutlak kita dapat mengalikan kedua ruas atau setiap bagian dengan bilangan yang sama. Jika kita mengalikan dengan bilangan positif 1 a sama artinya kita membagi dengan bilangan a positif. Langkah mengecek pemahaman mahasiswa terkait materi nilai mutlak penulis juga melakukan apersepsi dipertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya terlihat mahasiswa semakin paham. Tidak ada lagi mahasiswa yang menjawab 4 adalah -4. Mereka semua menjawab dengan benar hasilnya 4. D. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: 1.) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis lesson study aktivitas mahasiswa dapat terlihat aktif pada saat diskusi kelompok maupun presentasi. Mahasiswa juga merasa memiliki tanggung jawab karena setiap mahasiswa menuliskan jawaban pada LKM dan pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan. Halaman 116 dari 155

Desak Made Ristia Kartika 2.) Melalui lesson study berupaya untuk memenuhi hak belajar mahasiswa. Terlihat melalui antusias dan keaktifan mahasiswa selama proses pembelajaran. Secara keseluruhan mahasiswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Serta ada penemuan terkait mahasiswa yang belum percaya diri dengan jawabannya. 3.) Terciptanya learning community atau komunitas belajar. 4.) Melalui kegiatan lesson study dosen mendapatkan masukan dari tim yang terlibat dalam hal ini dosen dan mahasiswa untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 5.) Lesson study dengan prinsip kolegalialitas, secara kolaboratif merefleksikan keefektifan pembelajaran dan saling belajar. Daftar Pustaka Dirjendiktikemendiknas, (2010). Lesson Study Dissemination Program for Strengthening Teacher Education in Indonesia LEDIPSTI. Purcell, E. J. (2011) Kalkulus Jilid 9. Jakarta: Erlangga Slavin, R.E. (2005).Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan oleh Lita. 2009. Bandung: Nusa Media. Halaman 117 dari 155