ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh EKA PUTRI ANDAYANI NIM 120388201067 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
ABSTRAK Andayani, Eka Putri. 2016. Analisis Penggunaan Kalimat Imperatif Kalangan Guru PAUD Permata Bunda Desa SEI Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Pembimbing 1: Drs. Suhardi, M.Pd., Pembimbing 2: Drs. Wagiman, M.Pd. Kata kunci: Kalimat Imperatif dan Sintaksis Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kalimat imperatif guru PAUD Permata Bunda Desa SEI Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga (1) wujud imperatif, meliputi wujud imperatif aktif dan wujud imperatif pasif dan kalimat imperatif berdasarkan makna meliputi kalimat imperatif biasa, permintaan, pemberian izin, ajakan, dan suruhan. Subjek penelitian ini adalah tuturan guru PAUD Permata Bunda Desa SEI Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Berjumlah 6 orang. Objek penelitiannya adalah tuturan imperatif yang meliputi wujud imperatif dan klasifikasi imperatif berdasarkan makna imperatifnya. Penelitian dilakukan selama 3 hari dalam bulan Mei-Juni 2016 pada saat proses mengajar berlangsung. Data yang diperoleh sebanyak 59 tuturan kalimat imperatif. Data diperoleh dengan metode rekaman dengan teknik catat. Data dianalisis dengan teknik analisis padan sintaksis. Keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamatan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, wujud imperatif pada tuturan guru PAUD Permata Bunda Desa SEI Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga meliputi (1) wujud formal dan (2) klasifikasi kalimat imperatif berdasarkan makna. Wujud formal kalimat imperatif yang paling banyak ditemukan adalah imperatif aktif. Klasifikasi kalimat imperatif berdasarkan makna yang paling banyak ditemukan adalah kalimat imperatif ajakan dan suruhan.
ABSTRACT Andayani, Eka Putri. 2016. "Analysis of Usage Among Teacher Imperative Sentences ECD Permata Bunda SEI Buluh Village District of West Singkep Lingga District." Thesis. Education Department of Language and Literature Indonesia. The Faculty of Education, University Maritime Raja Ali Haji Tanjungpinang. Supervisor 1: Drs. Suhardi, M.Pd., Supervisor 2: Drs. Wagiman, M.Pd. Keywords: Imperative Sentences and Syntax This study aimed to describe the imperative sentence early childhood teachers Permata Bunda Village SEI Buluh District of Singkep West Linga District (1) form of imperatives, including the form of the imperative active and form imperative passive and imperative sentences based on the meanings include imperative sentences usual, demand, licensing, solicitation, and a messenger. The subjects were early childhood teachers speech Desa Permata Bunda District of SEI Buluh West Singkep Lingga District Totaling 6 people. The object of research is imperative that include a form of speech imperatives and classification based on the meanings imperative imperative. The study was conducted for 3 days in May-June 2016 when the process takes place. The data obtained were 59 speech imperative sentence. Data obtained by the method of recording the record technique. Data were analyzed by using a unified syntax analysis. The validity of the data obtained through observation perseverance. The results of this study are as follows. First, the imperative form of the speech early childhood teachers Desa Permata Bunda District of SEI Buluh West Singkep Lingga District include (1) the nature of formal and (2) the classification based on the meaning of the imperative sentence. Formal manifestation of the imperative sentence most commonly found are active imperative. Classification imperative sentence based on the meaning of the most common is the solicitation and the imperative sentence errand.
1. Pendahuluan Pada prinsipnya bahasa digunakan sebagai alat berkomunikasi dan juga untuk menunjukkan identitas masyarakat sebagai pemakai bahasa. Menurut Chaer (2010:81) bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Menurut Finoza (2010:2) selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai dua cara berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan menggunakan alat atau media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara nonverbal yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi-bunyi. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting bagi manusia. Bahasa adalah salah satu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Dalam komunikasi antar individu, setiap kalimat yang diucapkan mempunyai fungsi yang khusus. Kadangkadang fungsinya ialah memberitahukan, menanyakan atau memperingatkan tentang suatu fakta.
2. Landasan Teori Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang memfokuskan kajian tentang kalimat. Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tentang kalimat. Ilmu yang lebih memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata atau (frasa), klausa, dan kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat intransitif (Suhardi 2013:13). Sebelum melakukan kajian apa itu sintaksis secara lebih luas, perlu dipahami dahulu tentang definisi dari kata sintaksis itu sendiri. Ada beberapa pendapat atau pandangan yang telah dikemukakan para ahli berkaitan dengan definisi kata sintaksis tersebut. Verhaar (Dalam Suhardi, 2013:13) mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Maka kata suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan kata atau ilmu tata kalimat. Dengan demikian, secara etimologi, kata sintaksis berarti dengan menempatkan. Sementara Pateda (Dalam Rahardi, 2013:14) mengatakan bahwa kata sintaksis diserap dari bahasa Belanda, yaitu dari kata syntaxis (Inggris: syntax).
3. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Mahmud (2011:89) penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Karena orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan naturalistis atau bersifat kealamian, serta tidak bisa dilakukan di laboratorium, melainkan di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini sering disebut dengan naturalistic inquiry atau field study. Putra (2012:48) mengatakan bahwa penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis, karena tidak memecah atau membagi realitas ke dalam berbagai variable. Tujuan pokok dari penelitian ini adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena yang terjadi di lapangan. Mahmud (2011:89) dalam penelitian ini tatanan alami merupakan sumber data yang bersifat langsung. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Sebuah fenomena pada dasarnya merupakan keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Oleh karena itu, memahami fenomena secara langsung dan mendalam menjadi kunci pokok pendekatan kualitatif ini. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bentuk Wujud Formal Kalimat Imperatif Wujud formal kalimat imperatif dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kalimat Imperatif Aktif Kalimat imperatif aktif dibagi menjadi dua, yaitu kalimat imperatif aktif transitif dan kalimat imperatif tidak transitif. Kalimat imperatif transitif bersangkutan dengan perbuatan yang mengharuskaan adanya tujuan. Sedangkan kalimat imperatif tidak transitif tidak mengharuskan adanya tujuan (Rahardi, 2008). Di dalam pelaksanaan guru yang sedang mengajar di PAUD Permata Bunda Desa SEI Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga, peneliti menemukan kalimat imperatif aktif yaitu: Tuturan 1 : Sebelum kita makan, baca doa terlebih dahulu. Mana suara! Pada kalimat diatas, dengan jelas mengharuskan adanya tujuan. Suruhan untuk mengeluarkan suara. Tuturan 1 merupakan perbuatan yang dilakukan sebagai bentuk mengeluarkan suara yang keras pada saat membaca doa makan. Tuturan 1 masuk kedalam kriteria imperatif aktif. 2. Klasifikasi Kalimat Imperatif (Makna) Hasil penelitian peneliti hanya menemukan 4 klasifikasi kalimat Imperatif. 1. Kalimat Imperatif Biasa Ciri utama kalimat imperatif biasa adalah berintonasi keras, didukung dengan kata-kata dasar, dan perpartikel lah (Rahardi, 2008). 2. Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar sungguhan sangat halus. Lazimnya kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif biasa ditandai penanda kesantunan tolong, coba, harap, dan beberapa ungkapan lain, seperti: sudilah kiranya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat (Rahardi, 2008). 3. Kalimat Imperatif Ajakan Kalimat imperatif ajakan ditandai dengan penanda kesopanan: ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah (Rahardi, 2008). 4. Kalimat Imperatif Suruhan Kalimat Imperatif suruhan biasanya digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong (Rahardi, 2008). Dari pemaparan diatas, peneliti mengklasifikasikannya kedalam tabel berikut.
1.Simpulan Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari Bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa: 1. Wujud Formal Kalimat Imperatif Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, wujud formal kalimat imperatif dibagi menjadi dua jenis, yaitu: aktif dan pasif. Wujud formal kalimat imperatif aktif mengharuskan adanya tujuan. Sedangkan wujud formal kalimat imperatif pasif tidak mengharuskan adanya tujuan. Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan kalimat-kalimat imperatif. Kalimat-kalimat yang dituturkan guru PAUD Permata Bunda Desa SEI Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga berbentuk imperatif aktif dan pasif. 2. Klasifikasi Kalimat Imperatif (Makna) Hasil penelitian peneliti hanya menemukan 4 klasifikasi kalimat Imperatif. 1.Kalimat Imperatif Biasa Ciri utama kalimat imperatif biasa adalah berintonasi keras, didukung dengan kata-kata dasar, dan perpartikel lah (Rahardi, 2008).
2.Kalimat Imperatif Permintaan Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar sungguhan sangat halus. Lazimnya kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif biasa ditandai penanda kesantunan tolong, coba, harap, dan beberapa ungkapan lain, seperti: sudilah kiranya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat (Rahardi, 2008). 3.Kalimat Imperatif Ajakan Kalimat imperatif ajakan ditandai dengan penanda kesopanan: ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah (Rahardi, 2008). 4.Kalimat Imperatif Suruhan Kalimat Imperatif suruhan biasanya digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong (Rahardi, 2008). Dari pemaparan diatas, peneliti mengklasifikasikannya kedalam tabel berikut. Klasifikasi kalimat guru dalam proses belajar mengajar menggunakan kalimat-kalimat imperatif. Kalimat-kalimat yang dituturkan guru PAUD Permata Bunda Desa SEI Buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga, secara keseluruhan termasuk ke dalam lima klasifikasi imperatif, yaitu:
imperatif biasa, imperatif permintaan, imperatif pemberian izin, imperatif ajakan, dan imperatif suruhan. 2.Saran 1. Bagi Siswa a. Siswa dapat lebih memahami dengan baik tentang perintah yang disampaikan oleh guru. 2. Bagi Guru a. Memberikan masukan tentang kesantunan imperatif dalam bahasa penyampaian perintah di sekolah khususnya pada saat mengajar. b. Memberikan tambahan informasi mengenai macam-macam kalimat imperatif. 3. Bagi Sekolah a. Memberikan sumbangan kepada sekolah sebgai tambahan bahan membaca yang bermanfaat. 4. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan dan pengalaman b. Memperluas wawasan tentang implementasi penggunaan kalimat imperatif di sekolah secara langsung dan mengetahui lebih dalam tentang kesantunan penggunaan kalimat imperatif.
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: PT Ravika Aditama. Finoza, Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia. Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers. Mar at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik. Bandung: Revika Aditama. Parera. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Jenis Kalimat Dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Ravika Aditama. Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia Jakarta: Erlangga. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suhardi. 2013. Dasar-dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Tarigan, Guntur Henry. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Percetakan Angkasa.. 1994. Menulis. Bandung: Percetakan Angkasa.