BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I. lingkungan kerja non fisik dan meningkatkan kinerja karyawannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai tantangan atau ancaman bagi well-being seseorang (Defrank &

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Guna memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja yang menantang dan kompleks serta semakin cepatnya perubahan menuntut

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Beehr and Newman ( 1978)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Selye (1979) dalam Kalat (2008), stres adalah respon non

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Salah satu diantaranya diwujudkan dalam kegiatan kerja. Dalam

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA DITINJAU DARI PENGGUNAAN STRATEGI KOPING PADA PEKERJA SHIFT BAGIAN FINISHING DI P.T. DAN LIRIS SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. judul Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Hotel Trio

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hidup yang berada dalam ketenangan dan kedamaian dalam waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan

STRES DAN MANAJEMENNYA

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Stres adalah konsekuensi yang tidak terhindarkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin maju ini, perusahaan juga semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. stres, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi tidak akan lepas dari keberadaan serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stress tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi terhambat atau melebihi kepasitasnya. Selain itu, Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino & Timothy, 2011) mengatakan bahwa stres merupakan keadaan dimana interaksi dengan lingkungan membuat orang mempunyai kesenjangan antara tuntutan fisik atau fisiologis dari situasi dan sumber dari sistem biologis, psikologis, dan sosialnya. Menurut Rice (1987) stres adalah kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu menjadi tegang, respon subjektif individu terhadap apa yang terjadi, dan reaksi fisik dari tubuh terhadap tuntutan. Stres tidak hanya bersifat negatif tetapi juga bersifat positif. Stres terbagi menjadi dua, yaitu distress dan eustress. Distress adalah sejauh mana fisiologis, psikologis, dan perilaku menyimpang dari fungsi yang sehat. Sementara eustress adalah hasil yang positif, sehat, membangun dari hal-hal yang menyebabkan stres dan sebagai respon dari stres (McShane & Glinow, 2003). Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang mengubah fungsi normal psikologi dan/atau fisiologis. Sementara 10

11 itu, Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut. Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami pekerja dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari simptom antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak senang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada distress sehingga dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan yang dihasilkan akibat adanya ketidaksesuaian antara karakteristik individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang mempengaruh fisiologis, psikologis, dan perilaku individu. 2. Simptom-Simptom Stres Kerja Menurut Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) terdapat tiga simptom stres kerja, yaitu simptom psikologis, simptom fisik, dan symptom perilaku. a. Simptom Psikologis Adapun simptom-simptom psikologis berupa: 1) Kecemasan, ketegangan, kebingungan, dan sifat mudah marah.

12 2) Perasaan frustasi, kemarahan, dan kebencian. 3) Emosi yang sangat perasa dan sangat reaktif 4) Mengurangi kefektifan dalam komunikasi 5) Withdrawal dan depresi. 6) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja 7) Kehilangan konsentrasi b. Simptom Fisik Adapun simptom-simptom fisik berupa: 1) Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah 2) Masalah pernafasan 3) Sakit kepala 4) Kelelahan fisik 5) Gangguan tidur c. Simptom Perilaku Adapun simptom-simptom perilaku berupa: 1) Procrastination dan menghindari datang bekerja 2) Kinerja dan produktivitas secara umum rendah 3) Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan 4) Makan berlebihan sebagai pelarian yang mengarahkan kepada obesitas 5) Meningkatnya perilaku yang berbahaya, termasuk berkendara dan berjudi 6) Agresi, perusakan, dan mencuri 7) Hubungan yang memburuk dengan keluarga dan teman-teman

13 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi stres atau sumber stres disebut sebagai stressor. Beberapa faktor penyebab stres kerja diantaranya (Rice, 1987): a. Kondisi kerja, terdiri dari kerumitan pekerjaan, beban kerja yang terlalu berat atau terlalu ringan, kondisi kerja yang tidak aman, dan kerja shift. 1) Kerumitan pekerjaan, yaitu kesulitan dari pekerjaan untuk diselesaikan. 2) Kelebihan beban kerja, terdiri dari kelebihan kuantitatif dan kelebihan kualitatif. Kelebihan kuantitatif terjadi ketika tuntutan fisik dari pekerjaan melebihi kapasitas pekerja. Kelebihan kualitatif adalah pekerjaan yang terlalu rumit atau sulit untuk dikerjakan. 3) Beban kerja yang terlalu ringan yaitu pekerjaannya tidak terlalu menantang atau gagal untuk mempertahankan ketertarikan dan perhatian pekerja. 4) Pembuatan keputusan, tanggung jawab, dan stres. Pembuatan keputusan oleh manajer akan mempengaruhi produksi perusahaan dan juga masa depan pekerja. Stres berkemungkinan terjadi apabila pembuatan keputusan oleh manajer melibatkan tanggung jawab bagi orang lain. 5) Bahaya fisik, stres muncul ketika pekerja harus menghadapi ancaman akan terluka ketika melakukan tugasnya.

14 6) Kerja shift, yang mengharuskan pekerja untuk mengganti jadwal mereka dengan dasar rotasi. Hal ini akan menghasilkan gangguan pola tidur yang normal. Terkait dengan kondisi kerja, Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja terdiri dari, kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. 1) Kondisi fisik kerja, yaitu semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. 2) Kondisi psikologis kerja, yaitu perasaan bosan dan keletihan. 3) Kondisi temporer kerja, yaitu peraturan lama jam kerja dan waktu istirahat kerja. b. Ambiguitas peran, terjadi ketika individu tidak mengetahui apa yang diharapkan dari dirinya dan hal apa yang harus dicapai dari pekerjaan. c. Stres interpersonal, melibatkan hubungan dengan orang lain. Semakin luas hubungan dengan dukungan sosial maka akan semakin baik. d. Pengembangan karir, stres dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan itu berkembang. e. Stuktur organisasi, yaitu bagaimana cara perusahaan teroganisir dapat mempengaruhi stres pada pekerja. f. Hubungan antara rumah kerja, hubungan ini antara menguntungkan atau merusak. Ketika hal baik terjadi di tempat kerja, makan tekanan di rumah cenderung hilang dan begitu sebaliknya.

15 B. KONDISI KERJA 1. Definisi Kondisi Kerja ILO (International Labour Organization) menjelaskan bahwa kondisi kerja mencangkup waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja. Nitisemito (2000) menyatakan bahwa kondisi kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembaban, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja. Menurut Newstrom dan Davis (1996) kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari. Sementara itu, menurut Munandar (2001) menyatakan bahwa kondisi kerja berkaitan dengan kondisi fisik kerja dan kondisi lama waktu kerja. Wursanto (2003), kondisi kerja adalah segala sesuatu yang menyangkut segi fisik dan segi psikis yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pekerja. Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan temporer kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja (Mangkunegara, 2005). Robbins (1998) menyatakan bahwa kepedulian terhadap kondisi kerja yang nyaman akan memudahkan untuk mengerjakan tugas-tugas, serta keadaan

16 yang tidak berbahaya atau merepotkan. Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja adalah hal-hal dalam situasi kerja yang dihadapi yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini bisa dilihat dari aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan temporer kerja. 2. Aspek-Aspek Kondisi Kerja Menurut Mangkunegara (2005) kondisi kerja dapat dilihat dari kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja: a. Kondisi Fisik Kerja Kondisi fisik kerja adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi fisik kerja diantaranya: 1) Penerangan Untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya tertentu sebagai penerangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerangan adalah kadar cahaya, distribusi cahaya, dan sinar yang menyilaukan. 2) Kebisingan Bunyi atau suara yang tidak diinginkan dan yang dianggap gaduh oleh pekerja.

17 3) Temperatur dan Kelembaban Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik, dan emosi. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi pekerja. 4) Peralatan Kerja Peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan. b. Kondisi Psikologis Kerja Kondisi psikologis kerja yang dimaksud adalah perasaan bosan dan keletihan. Hal ini dapat disebabkan pekerjaan yang monoton atau aktivitas yang tidak disukai. 1) Bosan Kerja Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan rasa tidak enak, kurang bahagia, kurang istirahat, dan perasaan lelah. 2) Keletihan Kerja Keletihan kerja terdiri dari dua macam, yaitu keletihan psikis dan keletihan fisiologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja, sedangkan keletihan fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam bekerja, meningkatkan absensi, turn over, dan kecelakaan kerja. c. Kondisi Temporer Kerja Kondisi temporer kerja yang dimaksud adalah peraturan lama jam kerja dan waktu istirahat kerja.

18 1) Waktu Jumlah Jam Kerja Berkaitan dengan berapa lama waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dalam sehari atau seminggu. Meliputi jam kerja normal menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu dalam seminggu adalah 40 jam yang mana 8 jam per hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu dan 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Namun pada beberapa perusahaan, jam kerja dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). 2) Waktu Istirahat Kerja Waktu istirahat kerja perlu diberikan kepada pekerja agar mereka dapat memulihkan kembali rasa lelahnya. Di Indonesia, sebagian besar perusahaan menentukan waktu istirahat kerja selama 1 jam (12.00 13.00). C. SUPIR MOBIL TANGKI BBM Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supir adalah pengemudi mobil. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, mobil tangki adalah mobil yang dirancang untuk mengangkat cairan atau gas dan pada pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa mobil tangki merupakan salah satu kendaraan bermotor jenis mobil barang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa supir mobil tangki BBM adalah individu yang mengemudikan mobil yang dirancang untuk mengangkut cairan berupa BBM (Bahan Bakar Minyak) yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Dumai.

19 D. PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP STRES KERJA Stres kerja adalah perasaan yang menekan yang dialami oleh pekerja dalam menghadapi pekerjaannya (Mangkunegara, 2005). Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang mengubah fungsi normal psikologi dan/atau fisiologis. Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut. Perlu untuk memperhatikan stres kerja karena stres kerja dapat mempengaruhi kinerja pekerja. Sebuah penelitian oleh Ahmed dan Ramzen (2013) mengatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara stres kerja dan kinerja pekerja, yang mana menunjukkan bahwa stres kerja secara signifikan mengurangi kinerja individu. Selain itu, stres juga berhubungan dengan produktivitas. Penelitian oleh Halkos dan Bousinakis (2008) menyatakan bahwa meningkatnya stres kerja mengarahkan kepada produktivitas yang menurun. Stres kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi pekerjaan, ambiguitas peran, stres interpersonal, pengembangan karir, struktur organisasi, dan hubungan pekerjaan-rumah (Rice, 1987). NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) juga menyebutkan penyebab utama stres kerja

20 adalah karakteristik individu dan kondisi kerja. Kondisi-kondisi khusus berkontribusi terhadap stres. Sebagai salah satu faktor penyebab stres kerja, kondisi kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan. Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Seperti yang dijelaskan ILO (International Labour Organization), kondisi kerja meliputi waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja. Nitisemito (2000) menyatakan bahwa kondisi kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembapan, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja. Sementara itu, Newstrom dan Davis (1996) menyatakan bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari. Oleh karena itu, kepedulian terhadap kondisi kerja yang nyaman akan memudahkan untuk mengerjakan tugas-tugas, serta keadaan yang tidak berbahaya atau merepotkan (Robbins, 1998). Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan. Pada beberapa penelitian juga dapat dilihat bahwa ada hubungan antara kondisi kerja dengan stres kerja seperti penelitian oleh Supardi (2008) dan Siboro (2009). Berbeda dengan dua penelitian di atas, penelitian ini ingin melihat kondisi kerja yang berbeda dari

21 penelitian-penelitian sebelumnya yang berdasarkan pada tiga aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005) terhadap stres kerja. E. HIPOTESIS Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai, yang mana semakin negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka semakin tinggi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.