BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait"

Transkripsi

1 9 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah kemacetan, stressor, stres, penyesuaian diri terhadap stres dan psikologi lingkungan. 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Definisi Kemacetan lalu lintas merupakan suatu keadaan atau situasi yang terjadi dalam satu atau beberapa ruas lalu lintas, dimana arus kendaraan bergerak sangat lambat bahkan terhenti sehingga mengganggu aktifitas dan pergerakan pemakai jalan. Adapun pengertian kemacetan lalu lintas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni keadaan tersendatnya bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan karena banyaknya jumlah kendaraan yang telah melebihi kapasitas daripada jalan raya Faktor-Faktor Kemacetan Kemacetan dapat terjadi ketika dipicu oleh faktor-faktor yang menimbulkan sebuah masalah dalam berlalu lintas, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Kualitas Jalan Raya Kualitas jalan raya termasuk salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemacetan seperti: kerusakan pada keseluruhan atau sebagian ruas jalan serta pemanfaatan ruas jalan yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan seharusnya.

2 10 b. Jumlah Kendaraan yang Melebihi Luas Kapasitas Jalan Berbagai hal menyangkut kondisi kendaraan dapat menjadi penyebab kemacetan yakni jenis kendaraan, ukuran kendaraan, kualitas kendaraan yang melintas serta banyaknya kendaraan yang ada telah melebihi kapasitas kendaraan yang dapat ditampung oleh jalan raya. c. Sikap, Perilaku dan Kebiasaan Pemakai Jalan Sikap, perilaku dan kebiasaan pemakai jalan yang kurang tepat ketika menggunakan jalan raya seperti: egois terhadap kepentingan diri, tidak mau mengalah, kasar bahkan menganggap bahwa pelanggaran lalu lintas merupakan situasi yang sudah biasa terjadi. Hal-hal diatas termasuk ke dalam salah satu bagian yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas bahkan kecelakaan lalu lintas. 2.2 Stressor Menurut Gatchel, Baum dan Krantz (1989) stressor merupakan kejadian lingkungan yang menimbulkan stres sehingga memunculkan reaksi terhadap stres, seperti kecemasan, kemarahan dan ketakutan. Menurut Greenberg (2004) Stressor adalah suatu kejadian yang berpotensi menimbulkan reaksi stres. Secara umum stressor merupakan sebuah keadaan yang menimbulkan stres. Berdasarkan definisi stressor diatas, dapat disimpulkan bahwa kemacetan lalu lintas merupakan sebuah stressor yang dapat menyebabkan stres ketika menghadapinya. Hal ini juga dikemukakan oleh Awake (2010) yang menyatakan bahwa salah satu aspek kehidupan kota yang menimbulkan stres adalah kondisi lalu

3 11 lintas, terutama lalu lintas dengan kepadatan yang menutupi jalan dan menimbulkan polusi udara. 2.3 Stres Definisi Setiap individu tidak dapat dilepaskan dari istilah stres. Individu pasti memiliki pengalaman stres dalam kehidupan sehari-harinya. Secara umum stres diartikan sebagai suatu kejadian, baik secara internal maupun eksternal yang melebihi kemampuan individu untuk beradaptasi bahkan stres disadari sebagai keadaan yang tidak menyenangkan. Menurut Gatchel, Baum dan Krantz (1989) stress is the process by which environmental events threaten or challenge and organism s well being and by which that organism responds to this threat stres merupakan proses dimana suatu kejadian dalam lingkungan tersebut akan mengancam atau menantang kesejahteraan individu serta melihat bagaimana individu berespon terhadap ancaman yang dihadapinya. Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa stres didefinisikan sebagai hasil dari penilaian individu terhadap masalah yang ada di lingkungan dan sumber daya yang dimilikinya untuk kemudian melakukan strategi penyesuaian yang efektif, guna menghasilkan dampak yang baik bagi kesehatan dan kebahagiaan individu tersebut. Terdapat empat komponen dalam proses stres yakni sumber stres (stressor), lingkungan, individu dan hasil yang terjadi (Lazarus & Folkman, 1984). Dari berbagai definisi-definisi yang ada, disimpulkan bahwa stres merupakan sebuah keadaan tidak menyenangkan yang mengancam

4 12 kesejahteraan hidup seorang individu dan melihat bagaimana individu tersebut berespon atas ancaman yang dihadapinya Tanda-Tanda Stres (Vlisides, eddy dan mozy dalam rice, 1999) mengatakan bahwa stres ditandai dengan gejala-gejala berupa; a. Respon Perilaku : menghindar, menunda-nunda pekerjaan, menarik diri, pola tidur tidak teratur, pola makan berubah. b. Respon Emosi : mudah cemas pada berbagai situasi, depresi, mudah marah, putus asa, ketakutan. c. Respon Kognisi : motivasi yang rendah, sulit berkonsentrasi, ragu-ragu, bingung, pikiran penuh atau kosong. d. Respon Fisik : merasa lelah, badan lemah, sakit kepala sebelah, otot yang kaku, nyeri pada dada, gangguan lambung, serta menstruasi yang terganggu. 2.4 Penyesuaian Diri Terhadap Stres (Coping Stress) Definisi Penyesuaian diri merupakan usaha seseorang dalam menghadapi stres dan mengatasi ancaman maupun tantangan (Pestonjee dalam jati, 2006). Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa strategi penyesuaian diri terhadap stres merupakan sebuah upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi hal-hal yang menjadi sumber stres bagi individu tersebut. Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 1998) mendefinisikan penyesuaian diri terhadap stres sebagai Process by which people try to manage the perceived discrepancy between the demands and resources they appraise in a stressfull situation.

5 13 Singkatnya penyesuaian diri terhadap stres merupakan sebuah tindakan seseorang yang dapat menguasai, men-toleransi, mengurangi atau meminimalisir pengaruh dari sumber stres yang meliputi strategi tingkah laku dan psikologis (Ciccarelli & Meyer, 2006). Penyesuaian diri melibatkan cakupan luas dari segi strategi, keterampilan dan kemampuan yang efektif dalam pengelolaan suatu peristiwa penyebab stres (Johnston et al, 2003). Maka strategi yang efektif untuk dilakukan yakni sebuah strategi yang membantu seseorang untuk bertoleransi dan menerima situasi menekan serta tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman, 1984). Menurut Ayers, Sandler, West & Roosa (1996) dalam mengatasi stres harus dilakukan secara aktif dengan melibatkan kognisi yang positif. Aspekaspek yang ada dalam mengatasi stres secara aktif adalah : 1. Pembuatan Keputusan berdasarkan pemikiran (Cognitive Decision Making), yakni merencanakan langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dengan jalan yang terbaik. 2. Pemecahan Masalah (Direct Problem Solving), yakni usaha untuk memperbaiki situasi yang menimbulkan masalah dengan cara berbuat sesuatu untuk menjadikan keadaan lebih baik. 3. Melihat Sebuah Pemahaman (Seeking Understanding), yakni usaha menemukan makna dari masalah yang sedang dihadapi sehingga dapat mengerti tujuan dari masalah tersebut dengan baik dan dapat mengatasinya dengan cara yang tepat. 4. Penataan Secara Positif (Positive Cognitive Restructuring), yakni berpikir lebih positif dalam memandang masalah sehingga dapat lebih optimis

6 14 mengenai kehidupan masa depan serta mampu mengontrol masalah yang akan dihadapinya Macam-macam bentuk Penyesuaian Diri Terhadap Stres Lazarus dan Folkman (1988) menyatakan bahwa bentuk penyesuaian diri terhadap stres terbagi ke dalam dua kategori besar yakni : 1. Problem Focused Coping Adalah berbagai macam usaha untuk mengatasi stres dan masalah yang ada dengan cara mengatur atau mengubah lingkungan yang berfokus pada masalah yang timbul dan menjadi tekanan. Dapat dikatakan bahwa strategi ini merupakan sebuah usaha-usaha aktif yang dilakukan oleh individu untuk menghilangkan sumber stres. 2. Emotion Focused Coping Adalah berbagai usaha untuk mengatasi stres dengan berfokus pada pengaturan respon emosi negatif individu, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan tersebut. Individu cenderung menggunakan strategi problem focused coping dalam menghadapi masalah yang dapat dikontrol atau ketika individu memiliki persepsi bahwa sumber stres yang dihadapi dapat diubah (Sarafino, 1998). Sebaliknya individu akan menggunakan strategi emotion focused coping untuk menghadapi masalah yang sulit dikontrol (Lazarus & Folkman, 1984).Terkadang, kedua cara tersebut digunakan secara bersamaan, namun tidak semua strategi tersebut pasti digunakan oleh individu (Taylor, 1991). Sedangkan Lahey (2007) membagi strategi penyesuaian diri ke dalam dua kategori yaitu effective coping dan ineffective coping. Effective

7 15 coping merupakan sebuah usaha dalam menghilangkan sumber stres atau mengontrol reaksi yang dihasilkan dari stres tersebut (lahey, 2007). Sebaliknya ineffective coping adalah sebuah upaya untuk menghilangkan ketidaknyamanan yang dihasilkan, namun tidak menimbulkan solusi jangka panjang bahkan memperburuk suasana. Effective coping dibagi kembali ke dalam beberapa tindakan yakni: a. Penghapusan Stres (Removing Stress) Menghilangkan sumber dari stres tersebut dengan cara analisis mendalam untuk menentukan penyebab utama dari sumber stres yang sesungguhnya, sehingga tidak menimbulkan masalah baru. b. Menghadapi Dengan Logika (Cognitive Coping) Menghilangkan sumber stres tersebut dengan mengubah cara pandang atau cara berpikir terhadap kejadian yang memicu terjadinya stres. c. Menjaga Reaksi daripada Stres (Managing Stress Reaction) Menghilangkan sumber dari stres tersebut dengan mengatur psikologis dan reaksi psikologis. Hal ini dilakukan ketika sumber stres tidak dapat diubah atau dihilangkan. Lahey (2007) juga menyatakan bahwa terdapat penyesuaian diri yang tidak efektif disebut dengan ineffective coping yang dibagi ke dalam beberapa tindakan: a. Menghindar (Withdrawal) Ketika menghadapi stres seringkali individu tidak ingin melewatinya, sehingga mengalami kecenderungan untuk menghindar dari sumber stres tersebut. hal seperti ini merupakan sebuah kondisi dalam tindakan ini yakni sebuah usaha untuk menghilangkan stres yang bersifat sementara.

8 16 b. Agresi (Aggresion) Sebuah reaksi dengan tindakan yang agresif terhadap situasi yang mengakibatkan stres. c. Pengalihan Stres berdasarkan Keinginan Diri (Self Medication) Sebuah usaha menghilangkan stres dengan cara meredam reaksi emosi dan menggunakan minuman keras. Hal ini menjadi sebuah cara yang tidak efektif dikarenakan tidak akan menghilangkan stres namun menimbulkan masalah baru yakni di bidang kesehatan. d. Mekanisme Pertahanan Diri (Defence Mechanism) Merupakan sebuah pembentukan pertahanan yang dibangun terhadap tekanan yang tidak nyaman untuk individu tersebut. Seperti ketika sedang mengendarai motor dituntut untuk tiba di kantor lebih cepat, maka individu tersebut akan membentuk pertahanan diri dengan melakukan kecurangan-kecurangan, seperti menaiki jalur trotoar pejalan kaki atau melawan arah arus jalan Strategi Penyesuaian Diri Terhadap Stres Individu memerlukan kemampuan (skill) dan strategi untuk mengatasi suatu masalah serta mampu mengatur respon emosional terhadap kondisi yang mengakibatkan stres. Suatu studi yang dilakukan oleh Folkman et al (dalam Taylor, 1991) menyatakan bahwa terdapat delapan strategi penyesuaian diri terhadap stres yang merupakan bagian daripada problem focused coping dan emotion focused coping. Yang termasuk ke dalam strategi problem focused coping yakni: a. Mengatasi Dengan Resiko (Confrontative Coping), merupakan sebuah usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan

9 17 dengan cara agresif, tingkat kemarahan yang tinggi serta pengambilan resiko. b. Mencari Dukungan Sosial (Seeking Social Support), merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dengan cara memiliki bantuan informasi melalui orang lain. c. Pemecahan Masalah (Plantfull Problem Solving), merupakan sebuah usaha untuk mengubah keadaan yang menekan secara hati-hati, bertahap dan menggunakan analisis. Sedangkan cara pengambilan strategi yang termasuk ke dalam emotion focused coping, diantaranya adalah: a. Kontrol Diri (Self Control), merupakan sebuah usaha untuk mengatur perasaan yang dirasakan ketika menghadapi situasi yang menekan. b. Pemberian Jarak (Distancing), merupakan sebuah usaha untuk tidak terlibat ke dalam permasalahan. seperti menghindari masalah, menganggap tidak terjadi apa-apa, membangun pikiran positif serta menganggap masalah sebagai sesuatu yang menyenangkan. d. Penilaian Positif (Positive Reappraisal), merupakan sebuah usaha dalam mencari makna positif dari permasalahan dengan berfokus pada mengembangkan diri serta melibatkan hal-hal yang bersifat religius. e. Penerimaan Tanggung Jawab (Accepting Responsibility), merupakan sebuah usaha dalam menyadari tanggung jawab diri atas permasalahan yang dihadapi, mencoba menerima permasalahan tersebut serta merubah permasalahan tersebut menjadi sebuah hal yang lebih baik.

10 18 f. Penghindaran (Escape/Avoidance), merupakan sebuah usaha dalam mengatasi situasi menekan, dengan cara melarikan diri atas situasi tersebut dengan cara memusatkan perhatian pada hal-hal lain, seperti makan, minum, rokok bahkan obat-obatan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Strategi Penyesuaian Diri Terhadap Stres Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemilihan strategi penyesuaian diri yakni: a. Jenis Kelamin Pada penelitian yang dilakukan oleh Lazarus, Folkman & Pearlin dalam Francis (2002), dijelaskan bahwa terdapat perbedaan dalam strategi mengatasi stres antara laki-laki dan perempuan. Pada perempuan pemilihan strategi penyesuaian diri yang dilakukan cenderung berpusat pada emosi (emotion focused coping), sedangkan pemilihan strategi penyesuaian diri yang dikenakan oleh laki-laki berpusat kepada permasalahan (problem focused coping). b. Usia Terhadap subjek dengan rentangan usia antara 45 hingga 65 tahun, tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dalam pemilihan strategi penyesuaian diri terhadap stres (Folkman & Lazarus dalam Francis, 2002). Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Pearlin dan Schooler dalam Francis (2002), menyatakan bahwa pada subjek dengan rentangan usia 18 hingga 65 tahun, menunjukan

11 19 hasil yang berbeda antara individu dalam golongan muda serta individu dalam golongan tua. c. Pendidikan Pada penelitian yang dilakukan oleh Billing dan Moss dalam Francis (2002), menyatakan bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang baik akan memilih perilaku strategi penyesuaian diri yang berpusat pada masalah (problem focused coping). Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah, akan cenderung memakai perilaku penyesuaian diri yang berpusat pada emosi (emotion focused coping). d. Faktor Situasional Situasi yang berbeda tentunya akan menimbulkan pemilihan strategi penyesuaian diri yang disesuaikan dengan kondisi tersebut. Sehingga pemilihan strategi penyesuaian diri akan berbeda antara situasi satu dengan situasi lainnya (Moss dalam Francis, 2002). e. Penilaian Terhadap Situasi yang Dihadapi Sebuah cara pandang individu dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan strategi penyesuaian diri. Jika penilaian mengenai situasi tersebut dapat diubah dengan cara mengurangi atau mengatasi tuntutan yang ada, individu akan cenderung mengambil strategi yakni problem focused coping. Sedangkan jika penilaian terhadap situasi tersebut berada di luar kontrol individu tersebut atau bersifat alami, maka strategi yang digunakan cenderung ke dalam emotion focused coping.

12 20 Dari berbagai penjabaran diatas, peneliti mendapati usia, faktor situasional dan penilaian terhadap situasi yang mempengaruhi suatu pemilihan strategi penyesuaian diri terhadap stres, karena dalam penelitian ini diambil sampel individu yang melewati Jalan Rawa Belong. 2.5 Psikologi Lingkungan Definisi Baron dan Bryne (dalam Fattah, 2010) menyatakan bahwa psikologi lingkungan merupakan sebuah ilmu disiplin yang membahas hubungan antara dunia fisik dan tingkah laku manusia. Fisher, Bell & Baum (dalam Fattah, 2010) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu mengenai saling dan hubungan antara tingkah laku dengan lingkungan buatan ataupun alamiah. Sarlito (1992) menyatakan bahwa psikologi lingkungan berusaha mempelajari bagaimana motivasi, sikap, perasaan dari manusia terhadap lingkungannya. Pada akhirnya psikologi lingkungan diharapkan dapat meramalkan dan merekayasa perilaku manusia demi pembangunan yang berwawasan lingkungan. Selain itu, psikologi lingkungan merupakan sebuah bidang psikologi yang menggabungkan dan menganalis transaksi serta tata hubungan dari pengalaman dan tindakan manusia dengan aspek-aspek dari lingkungan yang terkait (Wibowo, 2009) Kota Sebagai Gelaja Psikologis Pada umumnya kota dikenal dengan pusat pengangguran, kemiskinan, polusi, kebisingan, kenakalan, kemacetan lalu lintas dan berbagai keadaan lainnya. Walaupun terjadi hal sedemikian rupa, bukanlah menjadi alasan bagi individu untuk tidak datang ke dalam kota. Berbagai fasilitas serta hiburan dan pekerjaan yang berdomisili di daerah kota menjadi

13 21 sebuah alasan yang kuat bagi banyak individu. Namun permasalahannya adalah arus urbanisasi yang ada yakni perpindahan penduduk menyebabkan jumlah individu yang melebihi daya tampung dan mengakibatkan perasaan sesak serta stres pada individu lainnya. Menurut Lazarus (1984) sumber stres berupa kepadatan dan kesesakan merupakan salah satu pemicu yang terdapat di dalam kota Teori Stres Lingkungan Stressor Proses Respon Sumber: Fattah (2010) Keterangan : Gambar 2.1 Mekanisme Stres S : Sumber atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang. Seperti: suara bising, panas atau kepadatan tinggi. P : Proses transaksi antara sumber stres dengan kapasitas diri. Seperti: sumber tekanan lebih besar daripada kapasitas diri, maka akan timbul stres negatif. Sebaliknya, jika kapasitas diri lebih besar daripada sumber tekanan, maka tidak akan menyebabkan stres. R : Reaksi yang melibatkan komponen emosional, pikiran, fisiologis dan perilaku.

14 Kerangka Berpikir Berikut terpampang bagan dan penjelasan deskriptif daripada proses kerangka berpikir : Individu baik laki-laki dan perempuan menginginkan pemenuhan kebutuhan Sistem Sistem transportasi tidak baik Kemacetan Stressor Penyesuaian Diri Terhadap Stres Problem FC Emotion FC Kebutuhan Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penjelasan deskriptif mengenai proses kerangka berpikir Berangkat dari sebuah pengertian bahwa setiap individu menginginkan pemenuhan kebutuhan. Dalam pemenuhan tersebut dibutuhkan berbagai pendukung, salah satunya adalah transportasi. Namun transportasi yang disediakan ternyata tidak menjadi sebuah sistem transportasi yang membantu, sebaliknya merupakan sebuah sistem transportasi yang mengancam kesejahteraan. Faktor tersebut menjadi sebuah alasan bagi para pengguna jalan untuk menggunakan kendaraan bermotor roda dua (motor) ataupun kendaraan bermotor roda empat (mobil) dalam melakukan berbagai kegiatan. Semakin banyaknya kendaraan yang melintas di jalan raya tidak diimbangkan dengan pertambahan ruas/luas jalan, sehingga menimbulkan dampak baru yakni kemacetan. Kemacetan merupakan sebuah sumber yang dapat menimbulkan stres. Untuk dapat mengatasi stres ketika menghadapi kemacetan, dibutuhkan sebuah strategi dalam penyesuaian diri terhadap stres.

15 Hipotesis Hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah hipotesis perbedaan, dipilih karena peneliti ingin melihat perbedaan strategi penyesuaian diri terhadap stres antara laki-laki dan perempuan yang menggunakan kendaraan bermotor roda dua (motor) dengan yang menggunakan kendaraan bermotor roda empat (mobil) dalam menghadapi kemacetan lalu lintas. Hipotesis Alternatif (Ha) : a. Ada perbedaan penggunaan strategi emotion focused coping antara pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda dua (motor) dan pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda empat (mobil). b. Ada perbedaan penggunaan strategi emotion focused coping antara lakilaki dan perempuan. c. Ada perbedaan penggunaan strategi emotion focused coping berdasarkan interaksi jenis kelamin dengan jenis kendaraan yang digunakan. d. Ada perbedaan penggunaan strategi problem focused coping antara pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda dua (motor) dan pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda empat (mobil). e. Ada perbedaan penggunaan strategi problem focused coping antara lakilaki dan perempuan.

16 24 f. Ada perbedaan penggunaan strategi problem focused coping berdasarkan interaksi jenis kelamin dengan jenis kendaraan yang digunakan. Hipotesis Null (Ho) : a. Tidak ada perbedaan penggunaan strategi emotion focused coping antara pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda dua (motor) dan pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda empat (mobil). b. Tidak ada perbedaan penggunaan strategi emotion focused coping antara laki-laki dan perempuan. c. Tidak ada perbedaan penggunaan strategi emotion focused coping berdasarkan interaksi jenis kelamin dengan jenis kendaraan yang digunakan. d. Tidak ada perbedaan penggunaan strategi problem focused coping antara pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda dua (motor) dan pengendara yang menggunakan kendaraan bermotor roda empat (mobil). e. Tidak ada perbedaan penggunaan strategi problem focused coping antara laki-laki dan perempuan. f. Tidak ada perbedaan penggunaan strategi problem focused coping berdasarkan interaksi jenis kelamin dengan jenis kendaraan yang digunakan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah Ujian Nasional, stres, stressor, coping stres dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas segala kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupannya. Seringkali hal ini yang mendasari berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN COPING STRATEGY PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG

2016 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN COPING STRATEGY PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peran transportasi di Indonesia sangat berpengaruh sebagai kebutuhan perjalanan yang membantu mobilitas penduduk itu sendiri. Tetapi, perkembangan transportasi

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat umum akhir-akhir ini. Stres dapat diartikan sebagai perasaan tidak dapat mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang sehat, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penderita penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian kini mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, HIV/AIDS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi oleh seseorang, mulai dari konflik pribadi maupun konflik

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi oleh seseorang, mulai dari konflik pribadi maupun konflik 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam era globalisasi seperti sekarang ini banyak tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh seseorang, mulai dari konflik pribadi maupun konflik sosial. Kota

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI JURUSAN BK ANGKATAN 2008 FIP UNJ

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI JURUSAN BK ANGKATAN 2008 FIP UNJ Catatan: BANYAK KUTIPAN Hubungan Tingkat Stres Dengan Penggunaan Strategi Coping Pada Mahasiswa Yang Sedang... 107 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental Mengatasi Stress/Coping Stress Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK61112 Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi semua keluarga. Untuk menjadi keluarga bahagia salah satu syaratnya adalah keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini diuraikan: metode dan pendekatan penelitian, definisi operasional, lokasi, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping Coping berasal dari kata cope yang dapat diartikan menghadang, melawan ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan di sektor ekonomi. Agar dapat bersaing antar bangsa, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan di sektor ekonomi. Agar dapat bersaing antar bangsa, Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri di Indonesia kini tumbuh dan berkembang dengan pesatnya, seiring dengan rencana pembangunan pemerintah yang saat ini lebih menitikberatkan pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

GAMBARAN STRATEGI COPING STRESS SISWA KELAS XII SMAN 42 JAKARTA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

GAMBARAN STRATEGI COPING STRESS SISWA KELAS XII SMAN 42 JAKARTA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL GAMBARAN STRATEGI COPING STRESS SISWA KELAS XII SMAN 42 JAKARTA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Muhamad Nanang Suprayogi; Anisa Fauziah Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat GAMBARAN COPING STRESS PADA KARYAWAN SWASTA DALAM MENGHADAPI KEMACETAN LALU LINTAS Anes Eka Widya Pertiwi 10509673 Hally Weliangan Spsi, MPsi Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertaruhkan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.

BAB I PENDAHULUAN. mempertaruhkan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan sebuah dunia dimana banyak orang yang mempertaruhkan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Dunia kerja merupakan perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sepatu. PT. Pratama Abadi Industri adalah PMA Korea yang berdiri semenjak tahun 1989 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang memiliki luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah DKI Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang memiliki luas wilayah 664,01 Km² (www.kemendagri.go.id, diakses 20 Oktober 2013) dengan jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang memungkinkan masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat menyampaikan aspirasinya tanpa perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan menjaga kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data yang sudah valid dan reliabel menjadi data hasil penelitian. Selanjutnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian anak sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, setiap anak berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik Indonesia seringkali mendapat ancaman baik dari luar maupun dari dalam seperti adanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN C. Hasil Penelitian 3. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis penelitian ini, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi menyangkut normalitas dan homogenitas. Uji normalitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi BAB II LANDASAN TEORI A. STRES 1. Definisi Stres Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi fisik dan lingkungan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stress disebut stressor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang wanita dalam kehidupan berkeluarga memiliki peran sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia seperti sekarang ini, tatkala persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, serta merupakan sarana untuk mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polisi 2.1.1 Pengertian Polisi Menurut Rianegara (2010), polisi berasal dari kata Yunani Politea. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana

BAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana pada setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda. Belakangan ini tak jarang dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Mahasiswa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada sub-bab ini akan profil responden yang terkait dalam penelitian ini.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada sub-bab ini akan profil responden yang terkait dalam penelitian ini. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Pada sub-bab ini akan profil responden yang terkait dalam penelitian ini. Sekolah yang menjadi lokasi untuk melakukan penelitian adalah SMAN 42 Jakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Lazarus dan Folkman (Sugianto, 2012) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD) INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD) A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama/inisial : 2. Umur : 3. Riwayat Pendidikan : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : B. PEDOMAN OBSERVASI 1. Kesan umum, gambaran fisik dan penilaian kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya bersifat wajib yaitu sekolah. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya, individu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. OPTIMISME 1. Defenisi Optimis, Optimistis dan Optimisme Optimis dalam KBBI diartikan sebagai orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan sangat ditakuti di negara-negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada

BAB III METODE PENELITIAN. dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan bersifat ex post facto dan data-data yang dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini banyak sekali ditemui dimasyarakat Indonesia kebiasaan merokok. Rokok bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi masyarakat, karena banyakdari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA ORANG YANG MEMILIKI INDERA KEENAM (COPING STRATEGIES OF PEOPLE WHO HAVE SIXTH SENSE)

STRATEGI KOPING PADA ORANG YANG MEMILIKI INDERA KEENAM (COPING STRATEGIES OF PEOPLE WHO HAVE SIXTH SENSE) STRATEGI KOPING PADA ORANG YANG MEMILIKI INDERA KEENAM (COPING STRATEGIES OF PEOPLE WHO HAVE SIXTH SENSE) Dwi Putri Anggarwati, Siti Urbayatun Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan putrianggara09@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman bertujuan untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam hidupnya. Secara kronologis, individu yang memasuki masa remaja awal berada pada rentang usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi manusia dengan lingkungannya sering kali menimbulkan berbagai macam masalah mulai dari standar kebutuhan hidup yang terus meningkat, membuat manusia

Lebih terperinci

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, yang diistilahkan dengan adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI PENGERTIAN Dasar pemikiran: hubungan pikiran/mind dengan tubuh Merupakan bidang kekhususan dalam psikologi klinis yang berfokus pada cara pikiran,

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemacetan lalu lintas merupakan situasi yang sering dijumpai di Kota Bandung. Mobilitas penduduk kota Bandung yang tinggi serta jumlah kendaraan yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun ternyata tidak mudah dan banyak terdapt

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing lagi di telinga. Menteri Pendidikan Nasional, Muhamad Nuh (dalam Haryo, 2010) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alasan penggunaan pendekatan kuantitatif adalah dimungkinkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah sebuah negara berdaulat yang telah diakui secara internal maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. gunakan dalam menghadapi situasi stressfull (dalam Smet, 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. gunakan dalam menghadapi situasi stressfull (dalam Smet, 1994). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Coping stress menurut Lazarus dan Folkman (1984) adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar di negara-negara dunia sering ditemukan adanya daerah kumuh atau pemukiman miskin. Daerah kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: HILMAYANI NASUTION 041301009 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur budaya universal yang menjadi cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss). BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi oleh dunia bisnis yang semakin kompleks. Ditandai dengan adanya perubahan lingkungan

Lebih terperinci