ABSTRAK. Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap Perilaku Sosial Anak Di KelompokB1 PAUD Kartika XX-32 Palu. Ainur Istiqomah 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK B1 RAUDHATUL ATHFAL AL IKHLAS PALU. Yayan Hidayanti 1 ABSTRAK

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK

PERANAN MEDIA GAMBAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B TK MELATI BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Oleh FENI TOHEBA 1

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK SION TATURA PALU

HUBUNGAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) DENGAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK A TK MELATI TONDO KECAMATAN MANTIKULORE

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DI KELOMPOK B1 TK KEMALA BHAYANGKARI 01 PIM STAF BESUSU TENGAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI SINGING GAME DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA DONGGALA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL IV PALU. Siti Gamar H.

PENGARUH METODE BERCERITA MENGGUNAKAN BUKU CERITA BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN ANAK BERBICARA DI TK BETHEL KECAMATAN LORE SELATAN ABSTRAK

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENGEMBANGAN MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK PUDJANANTI KECAMATAN SIGI BIROMARU NI PUTU AYU SARTIKA ABSTRAK

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

PERANAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B TK PGRI BAIYA

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK PKK KAVAYA MARANA KEC. SINDUE

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

PERANAN PEMBIASAAN BERDOA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK DI KELOMPOK B TK RIA KARTINI PEWUNU KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU

PENGARUH PERMAINAN MODIFIKASI BOLA BASKET TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

MENINGKATKAN PENERAPAN NILAI AGAMA DAN MORAL MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH NUPABOMBA KABUPATEN DONGGALA NURLAELA 1

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

PENGARUH KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK PERMATAKU DESA LENJU KECAMATAN SOJOL UTARA KABUPATEN DONGGALA.

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode Kerja Kelompok pada Kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Toboli

Nyoman Deni Setia Andari 1 ABSTRAK

HUBUNGAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA DI KELOMPOK B PAUD MADAMBA PALU

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK Di KELOMPOK B3 PAUD-TK NEGERI PEMBINA PALU. Rahayu 1

ARTIKEL. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Jurusan PG PAUD

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI PEMBIASAAN DI KELOMPOK B PAUD NEGERI PEMBINA PALU

PENGARUH KEGIATANMEWARNAI GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B2 TK BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH III PALU

PENGARUH PERCOBAAN SAINS SEDERHANA TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 1 PALU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL ANGKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK GENERASI BANGSA PALOLO

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK

BABI PENDAHULUAN. Manusia adalah rnakhluk sosial sehingga sejak dari lahir sudah terbentuk

SKRIPSI. Diajukan untuk Menempuh Sebagaian Syarat untuk Mencapai Derajat Gelar Sarjana S-1. Disusun Oleh : ANALISA LINUS

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B PAUD PERMATA HATI POMBEWE KABUPATEN SIGI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK GPID 2 PALU SELATAN

Fitriah Hayati dan Lindawati, Peran Orangtua Dalam...

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI PERMAINAN EGRANG BATOK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA STABAT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

HUBUNGAN PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TAVANJUKA. Widhi adyanita 1

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SAINS SEDERHANA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B5 TK AISYIYAH 1 PALU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

PENINGKATAN MORAL ANAK USIA DINI MELALUI BONEKA JARI DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI 1 KOTO TUO KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

PERANAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENERAPAN NILAI-NILAI AGAMA DI KELOMPOK B TK MELATI BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B TK KARTINI LALUNDU KECAMATAN RIO PAKAVA

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT TOAYA

PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI TK NEGERI PEMBINA 2 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DI KELOMPOK A TK PERTIWI DONGGALA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. jam berkumpul dengan anak. Hal ini tentu saja berpengaruh juga terhadap. bagaimana pendidikan anak dirumah.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN I SKALA POLA ASUH ORANG TUA SEBELUM ADA AITEM YANG TIDAK VALID PETUNJUK PENGISIAN ANGKET :

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

PENGARUH METODE KARYAWISATA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO KECAMATAN MANTIKULORE ARTINA 1 ABSTRAK

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd. Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

Hubungan Antara Pembelajaran Penjas Dengan Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskriptif di SMA Negeri 10 Kota Bandung)

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ISSN X Volume II Nomor 1. Maret

PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KREATIVITAS SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) PADA ANAK TK AL-KHAIRAAT BOBO KECAMATAN DOLO BARAT

Transkripsi:

Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap Perilaku Sosial Anak Di KelompokB1 PAUD Kartika XX-32 Palu Ainur Istiqomah 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah perilaku sosial anak belum berkembang sesuai harapan. Upaya mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh permisif terhadap perilaku sosial anak. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun subyeknya adalah orang tua dari 8 anak di kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu. Teknik pengumpulan data melalui observasi, angket dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perilaku sosial kemurahan hati kategori BSB terdapat 1 anak (12,5%), BSH ada 2 anak (25%), MB ada 2 anak(25%), dan BB ada 3 anak (37,5%). Sedangkan perilaku sikap tidak mementingkan diri sendiri BSB terdapat 1 anak (12,5%), BSH ada 1 anak (12,5%), MB ada 3 anak (37,5%), dan BB ada 3 anak (37,5%). Selanjutnya perilaku hasrat akan penerimaan sosial BSB terdapat 1 anak (12,5%), BSH ada 2 anak (25%), MB ada 2 anak (25%), dan BB ada3 anak (37,5%). Dengan demikian dapat diketahui ada pengaruh pola asuh permisif terhadap perilaku sosial anak, pengaruh pola asuh permisif terhadap perilaku sosial anak belum berkembang sesuai harapan dalam hal kemurahan hati, sikap tidak mementingkan diri sendiri dan hasrat akan penerimaan sosial. Kata kunci : Pola Asuh Permisif, Perilaku Sosial PENDAHULUAN Pengasuhan dan pendidikan anak sesungguhnya merupakan kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Namun demikian, pengasuhan dan pendidikan anak terus berubah sejalan dengan perubahan pola pikir manusia yang dilandasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya masyarakat. Ada keterkaitan antara pola asuh dan perilaku sosial berdasarkan observasi di PAUD Kartika XX-32 Palu, perilaku sosial anak masih belum berkembang sesuai harapan, seperti kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, dan sikap tidak mementingkan diri sendiri. Upaya mengatasi permasalahan tersebut telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pola 1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk:A 411 10 001 1

asuh permisif terhadap perilaku sosial anak di kelompok B1 PAUD Kartika XX- 32 Palu. Seperti kita ketahui bahwa pola asuh yang diterapkan oleh keluarga sangat beragam dalam setiap keluarga memiliki bentuk yang beragam karena setiap orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh D. Baumrid dalam Selfian (2013:7), menyatakan bahwa Pola asuh orang tua terbagi menjadi 4 yakni otoriter, demokratis, permisif, dan situsional. Namun secara khusus penelitian ini membahas pada pola asuh permisif yaitu sifat pola asuh dimana segala aturan dan ketetapan keluarga ada pada anak, apa yang dilakukan anak diperbolehkan orang tua, dan ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dalam hal ini menurut Sterwart dan Koch dalam Tarsis Tarmudji (2006:3), bahwa bentuk pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan kepada anak-anak tanpa memberikan batasan sama sekali. Senada dengan pendapat di atas, D. Baumrid dalam Andarus Darahim (2004:75), menyatakan bahwa pola asuh permisif cenderung segala aturan dan ketetapan di tangan anak, apa yang dilakukan oleh anak di perbolehkan orang tua. Dan menurut Sutari Imam Barnabib dalam Tarsis Tarmudji (2006:4). Bentuk pola asuh permisif yaitu kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada dan anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya. Memahami betapa pentingnya peran orang tua bagi pendidikan dan pengembangan anak serta betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap pengembangan diri anak baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan PAUD, maka belajar bagi orang tua sangat diperlukan. Dengan terus belajar orang tua akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan lebih baik. Selain itu orangtua juga akan mampu memerankan diri sebagai orang tua yang lebih bijaksana dimata anak-anaknya. Menurut Hibana S. Rahman (2002:100-101), Peran orang tua bagi pengembangan anak secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut :1). Memelihara kesehatan fisik dan mental anak. Fisik yang sehat akan memberikan peluang yang lebih besar bagi kesehatan mental. 2). Meletakkan dasar kepribadian yang baik. 2

Struktur kepribadian anak dibangun dan dibentuk sejak usia dini. 3). Membimbing dan memotivasi anak untuk mengembangkan diri. Anak akan berkembang melalui proses dalam lingkungannya. Lingkungan pertama bagi anak adalah keluarga. 4). Memberikan fasilitas yang memadai bagi pengembangan diri anak. 5).Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan kondusif bagi pengembangan diri anak. Berkaitan dengan hal tersebut kita menyadari bahwa salah satu aspek pengembangan pada diri anak yang perlu melibatkan bimbingan orang tua adalah pengembangan perilaku sosialnya. Untuk menjamin bahwa anak dapat melakukan penyesuaian dengan baik, orang memberikan kesempatan kepada anak untuk menjalin interaksi sosial dengan anak lainnya, dan berusaha memotivasi anak agar aktif secara sosial. Perilaku sosial merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikembangkan karena sangat mempengaruhi poses tumbuh kembang anak khususnya anak usia dini. Pengembangan perilaku sosial pada anak usia dini merupakan salah satu aspek yang sangat mendukung perkembangan anak khususnya perkembangan sosialnya. Hal ini didukung dengan pendapat dari Hasan (2007:34), perilaku sosial sifatnya individual yang erat kaitannya dengan keperibadian yang terbentuk dan dimiliki seseorang sepanjang ia hidup melalui proses sosialisasi. Selanjutnya, Hurlock (1978:287) yang menyatakan bahwa perilaku sosial adalah untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan kelompok pada khususnya. Sedangkan, menurut Ahmadi (2001:166), menyatakan bahwa perilaku sosial yaitu menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan normanorma yang berlaku dimana individu berada. Dengan demikian, Orang tua menaruh perhatian terhadap perilaku sosial anak karena anak yang diterima dengan baik mempunyai kemungkinan yang jauh lebih besar untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang ditolak atau diabaikan oleh teman sebayanya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada pengaruh pola asuh permisif terhadap perilaku sosial anak di kelompok B1 PAUD Kartika XX- 32 Palu. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut, 3

maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pola asuh permisif terhadap perilaku sosial anak seperti pada perilaku kemurahan hati, sikap tidak mementingkan diri sendiri, hasrat akan penerimaan sosial di kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif, penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B1 PAUD XX-32 Palu. yang menjadi subyek yaitu pada pola asuh permisif terdapat 8 anak. Teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, angket, dan dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini, terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (pola asuh permisif), diberi simbol X sedangkan, variabel terikat (perilaku sosial), diberi simbol Y, sedangkan rancangan penelitiannya dapat digambarkan bagan berikut : X Y Keterangan : X = pola asuh permisif Y = Perilaku Sosial Anak = Pengaruh Untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengaruh pola asuh permisif dan perilaku sosial anak, maka rumus yang digunakan adalah teknikanalisisdata diolah dengan menggunakan teknik persentase dari Arikunto (2006:42) yaitu : x 100% Keterangan : P = Presentase f = Jumlah jawaban dari masing-masing alternatif N = Jumlah Sampel 100% = Angka tetap 4

HASIL PENELITIAN Data hasil angket yang diperoleh penerapan pola asuh, Demokratis, Otoriter, dan Permisif disajikan pada tabel dibawah ini 1. Ketiga Pola Asuh Orang Tua Klasifikasi Frekuensi Persentase Demokratis 10 42% Otoriter 6 25% Permisif 8 33% Jumlah 24 100% Sesuai tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 24 orang tua terdapat tiga model pola asuh yang diterapkan, yaitu ada yang menerapkan pola asuh demokratis dengan jumlah 10 anak, ada 6 anak dengan pola asuh otoriter dan ada 8 anak dengan model pola asuh permisif. Dari data pola asuh orang tua yang diterapkan, berikut penjelasan dari pengamatan perilaku sosial anak sesuai dengan angket, berikut tabel di bawah ini. 2. Pola Asuh Permisif Terhadap Aspek Kemurahan Hati Kategori Perilaku Sosial yang Diamati f % BSB 1 12,5% BSH 2 25% MB 2 25% BB 3 37,5% Jumlah 8 100% Sesuai tabel 2 dapat diketahui dalam aspek kemurahan hati bahwa dari 8 anak yang menjadi subyek dalam penelitian. Terdapat 1 anak (12,5 %) kategori BSB pada perilaku kemurahan hati, sedangkan kategori BSH terdapat 2 anak (25%), berikutnya pada kategori MB terdapat 2 anak (25%) dan terakhir pada kategori BB terdapat 3 anak (37%). 5

3. Pola Asuh Permisif Terhadap Perilaku Sikap Tidak Mementingkan Diri Sendiri Kategori Perilaku Sosial yang Diamati F % BSB 1 12,5% BSH 1 12,5% MB 3 37,5% BB 3 37,5% Jumlah 8 100% Sesuai tabel 3 dapat diketahui perilaku sikap tidak mementingkan diri sendiri bahwa dari 8 anak yang menjadi subyek dalam penelitian. Terdapat 1 anak (12,5 %) pada kategori berkembang sangat baik (BSB) perilaku kemurahan hati, sedangkan pada kategori berkembang sesuai harapan (BSH) terdapat 1 anak (12,5%), berikutnya pada kategori mulai berkembang (MB) terdapat 3 anak (37,5%) dan terakhir pada kategori belum berkembang (BB) terdapat 3 anak (37,5%). 4. Pola Asuh Permisif Terhadap Aspek Hasrat Akan Penerimaan Sosial Kategori Perilaku Sosial yang Diamati F % BSB 1 12,5% BSH 2 25% MB 2 25% BB 3 37,5% Jumlah 8 100% Sesuai tabel 4 dapat diketahui dalam aspek sikap hasrat akan penerimaan sosial bahwa dari 8 anak yang menjadi subyek dalam penelitian. Terdapat 1 anak (12,5 %) kategori berkembang sangat baik (BSB) perilaku kemurahan hati, sedangkan pada kategori berkembang sesuai harapan (BSH) terdapat 2 anak (25%), berikutnya pada kategori mulai berkembang (MB) terdapat 2 anak (25%) dan terakhir pada kategori belum berkembang (BB)terdapat 3 anak (37,5%). 6

5. Rekapitulasi Pola Asuh Permisif Terhadap Perilaku Sosial Kategori Kemurahan Hati Perilaku Sosial Yang Diamati Sikap Tidak Mementingkan Diri Sendiri Hasrat Akan Penerimaan Sosial Ratarata (%) F % F % F % BSB 1 12,5 1 12,5 1 12,5 12,5 BSH 2 25 1 12,5 2 25 25 MB 2 25 3 37,5 2 25 25 BB 3 37,5 3 37,5 3 37,5 37,5 Jumlah 8 100 8 100 8 100 100 Berdasarkan tabel 5 bahwa dari 8 anak 1 anak (12,5%) dalam kategori BSB pada aspek kemurahan hati, sedangkan perilaku sikap tidak mementingkan diri sendiri terdapat 1 anak (12,5%), dan perilaku hasrat akan penerimaan sosial terdapat 1 anak (12,5%). Sedangkan dalam kategori BSH perilaku kemurahan hati terdapat 2 anak (25%), sedangkan perilaku sikap tidak mementingkan diri sendiri terdapat 1 anak (12,5%), dan perilaku hasrat akan penerimaan sosial terdapat 2 anak (25%). Selanjutnya, dalam kategori MB perilaku kemurahan hati terdapat 2 anak (25%), sedangkan pada aspek sikap tidak mementingkan diri sendiri terdapat 3 anak (37,5%), dan perilaku hasrat akan penerimaan sosial terdapat 2 anak (25%). Dan pada kategori BB perilaku kemurahan hati terdapat 3 anak (37,5%), sedangkan perilaku sikap tidak mementingkan diri sendiri terdapat 3 anak (37,5%) dan perilaku hasrat akan penerimaan sosial terdapat 3 anak (37,5%). Berdasarkan hal tersebut, bahwa pola asuh permisif pada perilaku sosial diperoleh rata-rata terdapat 1 anak (12,5%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 2 anak (25%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 2 anak (25%) dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan ada 3 anak (37,5%) dalam kategori Belum Berkembang (BB). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu, berikut ini gambaran dari masing-masing variabel dan aspek yang diamati: 1. Perilaku sosial kemurahan hati 7

Berdasarkan aspek pertama, menurut Hurlock (1978:262), Kemurahan hati yaitu sebagaimana terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan yang lain, meningkatkan dan mementingkan diri sendiri semakin berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati menghasilkan penerimaan sosial. Melalui penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa indikator untuk mengukur perilaku sosial pada aspek kemurahan hati dengan indikator, sebagai berikut: Anak mau berbagi makanan dengan temannya, antusias membantu temannya merapikan mainan, tidak bertengkar dengan temannya ketika bermain, anak mau memaafkan temannya yang memukulnya, mau meminjamkan pensil atau penghapus miliknya, mau berbagi bersama untuk melihat buku-buku bergambar. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung, pada tanggal 6 januari 2015, Peneliti melakukan observasi dan melihat perilaku sosial anak dan cara guru mengajar. Hasilnya terdapat pola asuh permisif dalam perilaku sosial anak seperti yang terlihat di kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu pada aspek kemurahan hati dengan kategori BSB terdapat 1 anak (12,5%), sedangkan kategori BSH terdapat 2 anak (25%), selanjutnya kategori MB terdapat 2 anak (25%). Untuk kategori belum berkembang BB terdapat 3 anak (37,5%). Perilaku kemurahan hati kategori BSB terdapat 1 anak yaitu Wayan Bunga dikarenakan anak sudah dapat memperlihatkan 5 indikator dari 6 indikator, misalnya dia mau berbagi makanan atau minuman, tidak bertengkar dengan temannya waktu bermain, mau meminjamkan pensil atau penghapus miliknya, mau memaafkan teman yang memukulnya, antusias membantu temannya merapikan mainan. Namun pada perilaku mau berbagi untuk melihat buku-buku bergambar anak ini masih tidak mau bersama dengan temannya karena anak ini selalu marah jika ada teman yang mau mendekati. Berikutnya kategori BSH diantaranya, pada aspek kemurahan hati ini mereka sudah dapat memperlihatkan 3 sampai 4 indikator dari 6 perilaku yang ditentukan atas inisiatif sendiri tanpa perlu diperingatkan oleh orang disekitarnya. Selanjutnya kategori MB diantaranya mereka sudah dapat memperlihatkan 1 sampai 2 indikator dari 6 indikator yang telah ditentukan tetapi atas inisiatif 8

sendiri. Berikutnya kategori BB diantaranya karena mereka belum dapat memperlihatkan dengan baik dari indikator-indikator yang ditentukan, salah satu anak sudah dapat memperlihatkan 1 atau 2 indikator tersebut itu masih perlu diingatkan oleh ibu guru maupun orang disekitarnya bukan atas inisiatif diri sendiri. 2. Perilaku Sosial Sikap Tidak Mementingkan Diri Sendiri Selanjutnya pada aspek sikap tidak mementingkan diri sendiri, Di pertegas Hurlock (1978:262), yaitu sikap tidak mementingkan diri sendiri adalah anak yang mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki dan tidak terus menerus menjadi pusat perhatian keluarga, belajar memikirkan orang lain serta berbuat untuk orang lain dan bukannya hanya memusatkan perhatian pada kepentingan milik mereka sendiri. Peneliti menggunakan beberapa indikator sebagai alat ukur, sebagai berikut: Anak sudah menunjukkan perilaku bersikap peduli kepada temannya, anak mau mendengarkan temannya yang berbicara, anak mau menghargai hasil karya temannya, anak mau meminta maaf saat berbuat salah, anak mau menghibur teman yang terkena musibah, anak tidak mengejek atau menghina teman yang belum selesai memasang lego, puzzle, dan menara balok. Apa yang dilakukan oleh anak merupakan inisiatif sendiri tidak harus diperingatkan. Selanjutnya, untuk pola asuh permisif dalam perilaku sosial anakpada aspek sikap tidak mementingkan diri sendiri untuk kategori BSB ada 1 anak (12,5%), yaitu Wayan bunga dikarenakan anak ini telah memperlihatkan indikator seperti dia mau mendengarkan temannya yang berbicara, menunjukkan sikap perduli dengan temannya, mau meminta maaf saat berbuat salah, anak tidak mengejek atau menghina teman yang belum menyelesaikan dalam memasang leggo, puzzle, dan menara balok. Berikutnya kategori BSH ada 1 anak (12,5%), yaitu Enrico karena anak ini sudah memperlihatkan 4 dari 6 indikator perilaku yang ditentukan dan apa yang dilakukan itu merupakan inisiatif sendiri tanpa harus diingatkan oleh orang lain. Berikutnya pada kategori MB ada 3 anak (37,5%), yang mana dari anak-anak ini telah memperlihatkan beberapa indikator dari 6 indikator yang telah ditentukan. 9

Untuk kategori BB ada 3 anak (37,5%) karena anak-anak ini termasuk anak tunggal dan anak bungsu didalam keluarganya sehingga kesadaran untuk sikap tidak mementingkan diri sendiri sangat kecil kemungkinannya, mereka selalu ingin menjadi pusat perhatian dan selalu mendominasi. 3. Perilaku Sosial Hasrat akan Penerimaan Sosial Berikutnya, menurut Hurlock (1978:262) penjelasan mengenai aspek hasrat akan penerimaan sosial adalah jika hasrat akan diterima kuat, hal ini mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima teman sebayanya. Melalui penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa indikator perilaku untuk mengukur sejauh mana perilaku sosial pada aspek hasrat akan penerimaan sosial dengan indikator, sebagai berikut: Anak sudah dapat menunjukkan perilaku tidak suka pilih-pilih dalam berteman, anak tidak menyendiri dan mau bergabung dengan temannya, anak mau menyesuaikan diri dengan teman barunya, anak bertanggung jawab merapikan alat makannya, anak memelihara lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, anak mau bergiliran dengan temannya saat bermain. Selanjutnya, dalam perilaku sosial pada aspek hasrat akan penerimaan sosial, kategori BSB terdapat 1 anak (12,5%), sedangkan dalam kategori BSH terdapat 2 anak (25%), selanjutnya dalam kategori MB terdapat 2 anak (25%). Dan pada kategori BB terdapat 3 anak (37,5%). Berdasarkan keterangan di atas, perkembangan perilaku sosial dalam kategori berkembang sangat baik terdapat 1 anak (12,5%) diantaranya Bintang dikarenakan sudah bisa memperlihatkan sikap yang menunjukkan pada indikator yang tentukan yaitu Anak sudah dapat menunjukkan perilaku tidak suka pilihpilih dalam berteman, anak tidak menyendiri dan mau bergabung dengan temannya, anak mau menyesuaikan diri dengan teman barunya, anak bertanggung jawab merapikan alat makannnya, anak memelihara lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, anak mau bergiliran dengan temannya saat bermain. Sedangkan dalam kategori BSH terdapat 2 anak (25%) karena sikap 10

perilaku sosial mereka sudah BSH yakni anak sudah memperlihatkan 4 indikator yang ditentukan dengan baik contohnya pada anak tidak suka pilih-pilih teman, anak bertanggung jawab merapikan alat makannya. Selanjutnya, dalam kategori mulai berkembang terdapat 2 anak (25%) karena anak tersebut sudah bisa memperlihatkan 2 indikator yang ditentukan misalnya anak tidak suka pilih-pilih dalam berteman, anak tidak menyendiri dan mau bergabung dengan temannya. Kategori (BB) terdapat 3 anak (37,5%) dimana anak belum mampu memperlihatkan indikator yang ditentukan ada yang dapat memperlihatkan tetapi tidak dengan inisiatif sendiri untuk aspek hasrat akan penerimaan sosial. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum, penerapan dan pengaruh pola asuh permisif terhadap perilaku sosial di Kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu dapat di simpulkan, sebagai berikut : 1. Perilaku sosial anak di kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu untuk pola asuh permisif yang berjumlah 8 anak yaitu pada aspek kemurahan hati, kategori BSB terdapat 1 anak (12,5%), Sedangkan kategori BSH terdapat 2 anak (25%), Selanjutnya kategori MB terdapat 2 anak (25%) dan terakhir dalam kategori BB terdapat 3 anak (37,5%). Selanjutnya pada aspek sikap tidak mementingkan diri sendiri kategori BSB terdapat 1 anak (12,5%), sedangkan kategori BSH terdapat 1 anak (12,5%), berikutnya kategori MB terdapat 1 anak (12,5%), dan kategori BB terdapat 3 anak (37,5%). Dan pada aspek hasrat akan penerimaan sosial kategori BSB terdapat 1 (12,5%), selanjutnya kategori BSH terdapat 2 anak (25%), berikutnya kategori MB terdapat 2 anak (25%), dan kategori BB 3 anak (37,5%). 2. Bentuk pola asuh permisif yang diterapkan di kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu, terdapat 10 anak (42%) dengan pola asuh demokratis, pola asuh otoriter ada 6 anak (25%), dan ada 8 anak (33%) dengan pola asuh permisif. Berdasarkan hal tersebut bahwa bentuk pola asuh permisif yaitu menggambarkan pola asuh orang tua yang menerapkan pengasuhan 11

dimana dalam memberikan pengawasan, mengontrol, penerapan disiplin yang kurang tegas dan memberikan kebebasan kepada anaknya. 3. Pengaruh pola asuh permisif terhadap perilaku sosial anak di kelompok B1 PAUD Kartika XX-32 Palu. Berdasarkan pola asuh orang tua yang permisif yaitu orang tua yang menuruti semua kemauan anaknya, membebaskan anak dalam memilih sesuatu, selalu mendominasi dalam segala hal sehingga anak dapat bersifat agresif, lebih bersifat mandiri namun kurang patuh terhadap orang tua. Hal ini dapat dilihat bahwa dengan pola asuh orang tua sebaiknya lebih memahami pentingnya pola asuh dalam suatu keluarga karena semakin baik pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak, maka akan semakin baik juga terhadap perilaku sosial anak tersebut. Dari hasil penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Orang tua anak didik, agar dapat memberikan bentuk pengasuhan yang lebih baik serta lebih memperhatikan dan mengajarkan perilaku yang baik kepada anaknya dalam hal ini harus sesuai dengan kebutuhan anak. 2. Guru, untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan bimbingan, khususnya bimbingan kepada anak yang bermasalah dengan perilaku sosial yang kurang baik agar dapat berkembang menjadi lebih baik. 3. Kepala PAUD atau Yayasan, agar kiranya dapat berkerja sama dalam membimbing, memotivasi, dam memberikan arahan kepada anak untuk dapat berperilaku yang lebih baik lagi. 4. Para peneliti lain, untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau berbeda. 5. Sebagai peneliti, mengharapkan kritik atau saran dari semua pihak yang membaca skripsi agar menjadi acuan atau motivasi dalam penyusunan skripsi selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA 12

Ahmad Kasina & Hikmah. (2005). Perlindungan Dan Pengasuhan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Bahri Djamarah, Syaiful. (2014). Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta. Darahim, Andarus. (2004). Strategi Pengasuhan dan Pendidikan Anak Sejak Dini. Jakarta : Kompas Gramedia. Rahman, Hibana S. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press. Rahmatia Septiari dan Bety Bea. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika Sudjono, A (1997). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Jakarta Press. Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R dan D. Bandung: Alfabeta. Soekamto, Soerjono. (1992). Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal, Keluarga Remaja Dan Anak. Jakarta : Rineka Cipta. Rahmatia Septiari dan Bety Bea. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika. Tridhonanto, Al. (2013). Pola Asuh Kreatif Panduan untuk Orang Tua. Jakarta: Beranda Agency, Kompas Gramedia. 13

14