Artikel Penelitian KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2 MIKIA Maternal And Neonatal Health Journal Diterbitkan Oleh: 1, 2 STIKes Widya Cipta Husada Kepanjen viandika04@gmail.com OCEAN LEARNING CENTER Email: mikiajournal@gmail.com Abstrak: Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) merupakan salah satu jenis kontrasepsi suntik yang sering digunakan yang memiliki efek samping yaitu gangguan menstruasi. Lamanya pemakaian kontrasepsi DMPA diduga menjadi penyebab terjadinya Amenorea sekunder. Penelitian Iswandiyah (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar (81,8%) yang menggunakan KB suntik lebih 1 tahun mengalami amenorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap amenorea sekunder di PMB Wartini Malang. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional dengan teknik aksidental sampling pada 30 akseptor DMPA. Uji satatistik menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa pada kelompok yang lama penggunaan kontrasepsi 0-12 bulan terdapat 11 responden yang mengalami kejadian Amenore (36,7%) dan pada kelompok yang lama penggunaan >12 bulan didapatkan 17 responden yang mengalami kejadian amenore (56,7%) dengan nilai p value = 0,765, yang menunjukkkan tidak ada hubungan lama penggunaan kontrasepsi terhadap kejadian amenore sekunder Kata Kunci : Kontrasepsi DMPA, Amenorea Abstract Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is one of the most commonly used types of injectable contraceptives that have side effects of menstrual disorders. The duration of DMPA contraception is thought to be the cause of secondary amenorrhoea. Research Iswandiyah (2015) showed that most (81.8%) who used the injection for more than 1 year experienced amenorrhoea. This study aims to determine the relationship between the use of DMPA contraception against secondary amenorrhea in PMB Wartini Malang. The type of this research is analytic survey with cross sectional design with accidental sampling technique on 30 DMPA acceptors. The satatistic test using chi square test showed that in the old group the use of contraceptive 0-12 months there were 11 respondents who experienced Amenore incidence (36,7%) and in the old group> 12 months, 17 respondents who experienced amenorrhea (56, 7%) with p value = 0.765, indicating no relation between contraceptive use to the occurrence of secondary amenorrhea. Keywords: DMPA Contraceptives, Secondary Amenorrhoea 71
MIKIA Maternal And Neonatal Health Journal November 2017 Volume 1, Nomor 2 Hal: 71 75 PENDAHULUAN Ledakan penduduk merupakan masalah terpenting yang masih dimiliki bangsa Indonesia yang mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengontrol laju pertumbuhan penduduk (Hartanto, 2010). Pencapaian jumlah peserta baru KB di Jawa Timur pada tahun 2013 mencapai 1.169.731, yang didominasi KB jenis suntik sebanyak 609.927 akseptor, jenis pil sekitar 259.389 akseptor dan jenis implant 119.088 akseptor (BKKBN, 2013). Menurut BKKBN Kabupaten Malang (2012), didapatkan akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 61,6 %, pil 13,9 %, IUD 7,9 %, implant 10,3 %, kondom 1,4 %, kontap wanita (MOW) 0,9 %, dan kontap pria (MOP) 0,02 % dan metode lainnya 4,82 % (BKKBN, 2012). Dari data tersebut diperoleh bahwa kontrasepsi suntikan paling banyak diminati. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (Depo medroksi progesterone asetat), Suntik Depo Medroksiprogesterone Asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu, Depo Noristerat (Depo noristeron anantat), dan Depo estrogen progesterone (Baziad, 2008). Efek samping yang paling sering terjadi adalah gangguan menstruasi. Perubahan menstruasi merupakan alasan utama beberapa klien menghentikan pengguaan DMPA. Efek samping yang tidak terprediksi menjadikan klien ragu, beberapa klien takut karena tidak mengalami menstruasi maka hal tersebut merupakan tanda kehamilan atau penyakit. Dilain pihak bahwa klien menyukai bahwa mereka mengalami amenore yang merupakan kebebasan yang tidaka akan lagi di rasakan sampai kemudian mereka menopause (Varney, 2007: 482). Amenorea sekunder merupakan salah satu gangguan menstruasi dimana tidak terjadinya haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan (pada kasus oligomenorea), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Penelitian Iswandyah (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar (81,8%) yang menggunakan KB suntik > 1 tahun mengalami amenore. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny. Wartini yang terletak di Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Pada Tanggal 8 sampai 10 Juni 2016 dengan cara wawancara Pada 15 Akseptor KB DMPA Aktif, 12 Akseptor mengalami Amenorea, dan 3 Akseptor lainnya tidak mengalami amenorea sekunder. Dari latar belakang diatas peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang Hubungan Lama Penggunaan DMPA Terhadap Kejadian Amenorea di PMB Wartini Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB Depo Medroksiprogesteron Asetat yang melakukan pelayanan kontrasepsi di PMB Wartini, Desa Rejoyoso, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang berjumlah 53 orang. Sampel pada penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu akseptor KB DMPA aktif yang melakukan kunjungan di BPM Ny.Wartini pada bulan Juli 2016 dan yang bersedia menjadi responden. Besar sampel didapatkan sebanyak 30 orang dengan teknik accidental sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada akseptor KB DMPA di PMB Wartini yang ditemui saat melakukan kunjungan pada bulan Juli 72
Nurya Viandika Kejadian Amenore Pada Akseptor Suntik Dmpa 2016. Pengumpulan Data dilakukan menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan untuk mengetahui hubungan lama penggunaan DMPA terhadap kejadian amenorea sekunder pada akseptor KB aktif diukur dengan menggunakan uji statistic chi-square dengan taraf signifikansi 0.05. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Akseptor Suntik DMPA. Klasifikasi (usia) Jumlah <21 tahun 4 13 21-35 tahun 14 47 >35 tahun 12 40 Berdasarkan Tabel 1. tentang karakteristik responden berdasarkan usia dapat diketahui bahwa hampir setengah responden berusia 21-35 tahun (47%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Akseptor Suntik DMPA Klasifikasi (pendidikan) Jumlah SD 9 30 SMP 10 33 SMA 9 30 PT 2 7 Berdasarkan Tabel 2. tentang karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat diketahui bahwa hampir setengah responden yaitu berpendidikan SMP berjumlah 10 orang (33%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Pada Akseptor KB Aktif DMPA. Klasifikasi Jumlah 0-12 bulan 12 40 >12 bulan 18 63 Berdasarkan Tabel 3. tentang distribusi responden berdasarkan lama penggunaan pada akseptor KB aktif DMPA, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 18 orang (60%) dengan lama penggunaan > 12 bulan dan hampir setengah responden yaitu 12 orang (40%) dengan lama penggunaan 0-12 bulan. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Amenorea Pada Akseptor KB Aktif DMPA. Klasifikasi Jumlah Terjadi Amenorea 28 93 Tidak terjadi Amenorea 2 7 Berdasarkan Tabel 4. tentang karakteristik responden berdasarkan kejadian amenorea sekunder, dapat diketahui bahwa dari hampir sebagian responden dari responden yang diteliti mengalami amenorea sekunder yaitu sebanyak 28 orang (93%), dan sebagian kecil dari responden yaitu 2 orang (7%) tidak mengalami amenore sekunder 73
MIKIA Maternal And Neonatal Health Journal November 2017 Volume 1, Nomor 2 Hal: 71 75 Tabel 5. Lama Penggunaan Kontrasepsi dengan Kejadian Amenorea Lama Penggunaan Kejadian Amenorea Total P value Ya Tidak 0-12 bulan 11 1 12 0,765 >12 bulan 17 1 18 Total 28 2 30 Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat hasil uji statistic Chi-Square didapatkan nilai p value= 0,765 hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi dengan kejadian amenorea sekunder. PEMBAHASAN Berdasar tabel 5, distribusi responden berdasarkan lama penggunaan kontrasepsi suntik DMPA, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden penggunaan DMPA dengan klasifikasi 0-12 bulan hampir setengah responden yaitu 11 orang (36%), sisanya memiliki klasifikasi lama penggunaan DMPA >12 bulan sebanyak 17 orang (57%) dan dan 2 responden tidak mengalami amenore (0.06%) Berdasarkan kejadian amenorea sekunder, dapat diketahui bahwa dari hampir sebagian responden dari responden yang diteliti mengalami amenorea sekunder yaitu hampir sebagian responden 28 orang (93%), sisanya sebagian kecil dari responden yang diteliti terdapat 2 orang (7%) tidak mengalami amenorea sekunder. Hasil uji statistik didapatkan p = 0,765 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara lama penggunaan DMPA dan Amenorea sekunder. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) yang disimpulkan bahwa ada hubungan penggunaan jenis kontrasepsi suntik dengan kejadian amenorea. Besarnya kekuatan hubungan adalah 0,412 yang berarti kekuatan hubungan adalah sedang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ekasari WU (2016) di Grobogan pada 117 akseptor suntik DMPA dengan lama penggunaan 3 bulan sampai dengan 1 tahun di dapatkan bahwa efek samping terbanyak pada pengguna kontrasepsi suntik DMPA adalah menoraghia (51,9%) dan spotting (48,1%). Sedangkan amenore sendiri lebih sering terjadi pada pengguna lebih dari 1 tahun. yang disebabkan karena hormon progesterone yang terkandung dalam DMPA akan menghambat pengeluaran RH (releasing faktor) yang mempertahankan endometrium dalam fase sekresi sehingga menyebabkan endometrium semakin lama menjadi atropi dan siklus haid tidak akan terjadi (Baziad, 2008). Amenore sekunder adalah berhentinya siklus menstruasi yang teratur selama 3 bulan atau berhentinya siklus menstruasi yang tidak teratur selama 6 bulan. Baziad (2003) menyatakan bahwa bahwa banyak faktor yang mempengaruhi seorang wanita mengalami gangguan siklus menstruasi amenorhea seperti gangguan psikis, gangguan pola makan serta aktifitas yang berlebihan. Pada gangguan psikis terjadi gangguan pengeluaran GnRH, sehingga pengeluaran hormon gonadotropin berkurang, pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun berhenti. Pada penggunaan kontrasepsi suntik jenis DMPA, paparan terhadap progesteron dalam jangka waktu tertentu menyebabkan endometrium menjadi tipis dan atrofi, sehingga bisa mengalami gangguan siklus menstruasi berupa amenorea (Saifuddin, 2011) KESIMPULAN Tidak terdapat hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik Depo Medroksiprogesteron Asetat terhadap amenorea sekunder di PMB Wartini Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Bagi bidan diharapkan memberikan konseling pada akseptor KB baik akseptor baru maupun kunjungan 74
Nurya Viandika Kejadian Amenore Pada Akseptor Suntik Dmpa ulang, agar mereka menggunakan kontrasepsi berdasarkan pemilihan kontrasepsi yang rasional dan bisa beradaptasi dengan efek samping yang dialaminya. WHO. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: Buku Kedokteran ECG REFERENSI Baziad, Ali. 2008. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: YBSP Arikunto. 2014. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta BKKBN. 2011. Materi Konseling. Jakarta :BKKBN Ekasari WU, Risnawati. Lama Pemakaian Dmpa Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB DMPA. Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak Akademi Kebidanan An-Nur, Volume 1, Nomor 1, Desember 2016 Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan. Iswandiyah, 2015. Lamanya Menjadi Akseptor Dengan Gangguan Menstruasi Pada Kb Suntik 3 Bulan Di Bpm D Amd.Keb Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto. (online) tersedia dalam www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/ index.php/pubkeb/article/viewfile/12/7. Diakases Oktober 2017 Putri Resti A, Chunaneni S. Kejadian Amenorea Pada Akseptor Kb Suntik Di Bpm Ch Susilowati, Treko, Mungkid Tahun 2014 Jurnal Kebidanan Vol.4 No. 8. April 2015 ISNN.2089-7669. Saifudin, Abdul Bari. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2008. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika ; Jakarta Varney, H, dkk. 2007. Buku Saku Bidan. Jakarta. EGC 75