TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

TINJAUAN PUSTAKA. di Jawa Barat (46%). Ciri-ciri domba antara lain muka cembung, telinga pendek. kering (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007).

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Ternak Kambing. merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh manusia. Semua ternak kambing

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba dan Potensinya Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan domba antara lain: Cepat berkembang biak. Daya adaptasi terhadap lingkungan cukup tinggi, sehingga dapat lebih banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan. Domba memiliki daya selektif yang lebih efektif dalam kondisi penggembalaan dibandingkan jenis ternak lain. (Murtidjo, 1992). Pertumbuhan dan Penggemukan Domba Pertumbuhan adalah pertambahan berat jaringan pembangun seperti tulang, urat daging, jantung, otak, semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh lainnya. Sedangkan pertumbuhan murni adalah jumlah protein yang bertambah dan zat-zat mineral. Pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984). Penggemukan adalah suatu istilah untuk menggambarkan keadaan hewan pada saat-saat terakhir stadium pertumbuhannya. Penggemukan (fattening) tidak berarti menyebabkan hewan hanya menimbun lemak saja. Semua hewan yang dimaksudkan untuk diambil dagingnya akan dipotong jauh sebelum berat badannya mengandung banyak lemak (Tillman et al., 1991).

Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan mempunyai respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Davendra, 1977). Ternak domba seperti halnya makhluk hidup lainnya yakni mengalami pertumbuhan terus menerus. Pertumbuhan ini di mulai sejak domba masih dalam kandungan sampai menjadi dewasa semua jenis hewan pada umumnya akan mengalami proses yang sama yakni pada awal pertumbuhan itu berlangsung lambat, kemudian semakin meningkat lebih cepat (Sugeng, 1991). Bobot badan 40 25 20 0 12 24 40 Umur (minggu) Sumber : NRC (1995) Gambar 1. Kurva Sigmoid pertumbuhan pada domba Pertumbuhan anak domba yang tercepat dimulai dilahirkan sampai dengan umur 2-3 bulan. Pertumbuhan selanjutnya diperlukan lebih banyak lagi makanan karena tidak lagi tergantung dengan susu induknya. Secara umum pada waktu domba berada pada batas puncak pertumbuhan maka pertumbuhan ternak domba akan berjalan lambat. Sehingga usaha pengemukan domba yang paling efektif adalah pada saat domba berada pada rentang umur setelah disapih. Hal ini dapat dilihat pada kurva diatas (Cahyono, 1998).

Nutrisi Ruminansia Pakan adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan lain selain hijauan makanan ternak (sumaspratowo, 1993). Pakan adalah semua bahan pakan yang diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, lemak, protein dan sebagainya (Parakkasi, 1995). Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba BB (Kg) BK (Kg) %BB Energi ME (Mcal) TDN Protein Total (g) DD (Kg) 5 0,14-0,60 0,61 51 41 10 0,25 2,50 1,01 1,28 81 68 15 0,36 2,40 1,37 0,38 115 92 20 0,51 2,60 1,80 0,50 150 120 25 0,62 2,50 1,91 0,53 160 128 30 0,81 2,70 2,44 0,67 204 163 Sumber : NRC (1995) Ca (g) 1,91 2,30 2,80 3,40 4,10 4,80 P (g) 1,40 1,60 1,90 2,30 2,80 2,30 Sedangkan konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan yang kaya karbohidrat dan protein. Konsentrat untuk ternak domba umumnya disebut makanan penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1992). Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme di dalam rumen, makin tinggi populasinya maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk mencerna selulosa yang digunakan untuk

pertumbuhan dan perkembangan populasi. Mikroorganisme di dalam rumen membutuhkan protein, energi mineral dan sejumlah vitamin (Siregar, 1994). Pengaruh nutrisi terhadap komposisi karkas melibatkan interaksi antara konsumsi dan komposisi pakan. Kenaikan atau penurunan konsumsi pakan dapat berhubungan dengan kualitas pakan dan sebagai akibatnya, dapat mempengaruhi karakteristik daging yang dihasilkan (Soeparno, 1994). Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8 minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba lebih dari 8 minggu (Van Soest et al., 1983) Mneurut Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian system pencernaan adalah mulut, faring, esopagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas. Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar dalam ransum. Bahan pakan

konvensional yang sering digunakan dalam penyusun ransum sebagian besar berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang paling menguntungkan. Banyak penelitian proses fermentasi yang telah dilakukan menggunakan Effective Microorganism 4 ( EM4), utamanya dalam upaya penurunan kadar serat bahan pakan dan peningkatan kadar proteinnya. Penelitian Tampoebolon (2009), melaporkan bahwa fermentasi Effective Microorganism 4 (EM4) dengan ampas sagu selama 12 hari dapat meningkatkan kadar protein yaitu sebesar 7,04%, dan kadar serat kasar menurun sebesar 12,81%. Penurunan serat kasar pada hasil fermentasi ampas sagu disebabkan karena adanya kerja dari ensim selulase yang dihasilkan oleh Effective Microorganism 4 (EM4) yang bekerja untuk merombak serat kasar. Hal ini didukung oleh pendapat Nurhayati (2010), yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik dari kapang Effective Microorganiscm 4 (EM4) diharapkan memprodukasi enzim selulase dalam jumlah banyak sehingga dapat digunakan merombak dan menurunkan serat kasar. Tabel 2. Kandungan zat nutrisi ampas sagu sebelum dan sesudah fermentasi Zat Nutrisi Fermentasi Sebelum Sesudah Protein (%) 3,84 13.03 Lemak (%) 1,48 1.90 Abu (%) 5.40 9.50 Ca (%) 0,32 0,48 P (%) 0,05 0,48 Lemak Kasar (%) 14,51 28,89 Energi (Kkal/kg) 1.352 1.543 Sumber : Haryanto dan Philipus (1992). Potensi penggunaan ampas sagu sebagai pakan memiliki faktor pembatas adalah kandungan protein kasarnya rendah dan serat kasarnya tinggi. Agar

menjadi bahan pakan ternak yang kaya akan protein dan vitamin, maka ampas sagu dapat diolah dengan teknologi fermentasi (Rumalatu, 1981). Ampas sagu dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu untuk difermentasi. Berdasarkan penelitian Amir et al.,(2012) penggunaan ampas sagu yang difermantasi yang diberikan pada kambing boerka sebanyak 40% dari total pakan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian sekitar 78,75 gr/ekor/hari. Selain itu jumlah konversi pakan yang diperoleh adalah 10-12 dan rata-rata jumlah konsumsi pakan adalah 500-600 gr/ekor/hari. Pemberian pada level 40% masih bisa memberikan PBBH sekitar 78,75 gr (Amir et al.,2012). Pakan Domba Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995). Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan tubuh (hidup pokok) yaitu mempertahankan suhu tubuh, kerja tubuh yang normal (jantung berdenyut atau bernafas), memperbaiki jaringan, bergerak selain itu juga digunakan untuk produksi yaitu pertumbuhan, penggemukan, reproduksi, produksi susu dan bekerja (Purbowati., 2005). Hijauan Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari berat badannya setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5 2% dari jumlah tersebut termasuk

suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan atau sejenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Piliang, 2000). Fermentasi Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi dengan pembebasan gas (Sarwono, 1996). Menurut jenis medianya, fermentasi dibagi menjadi dua golongan yaitu fermentasi medium padat dan medium cair, fermentasi medium padat adalah proses fermentasi yang substratnya tidak larut dan tidak mengandung air bebas, tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba. Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut dalam fase cair (Setyawiharja, 2002). Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahan perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pangan, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya. Hal ini tidak hanya disebabkan karena mikroba yang bersifat katabolik atau memecahkan komponen komponen yang kompleks menjadi zat zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna tetapi juga karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno dan Fardiaz, 2005).

Effective Mikroorganism 4 (EM4) Salah satu feed additife yang dapat digunakan adalah probiotik cair Effective Microorganism 4 ( EM4). Probiotik cair EM4 yang digunakan berisikan mikroba pengurai dimana didalamnya terkandung bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas spp), bakteri asam laktat (Lactobasillus spp), yeast (Saccharomyces spp) dan lain-lain yang diharapkan dapat mengoptimalkan proses pencernaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan domba (Kukuh, 2010). Manfaat probiotik sebagai bahan aktif ditunjukkan dengan meningkatkan ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, disamping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan (Samadi, 2007). Faktor-faktor fermentasi antara lain yaitu ph, waktu, kandungan oksigen, suhu, dan mikroorganisme (Juwita, 2012). Beragamnya mikroorganisme pada EM4 menyebabkan ph untuk menumbuhkan mikroorganisme menjadi berbeda dan waktu fermentasi bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Menurut Fajarudin et al., (2014), waktu fermentasi yang semakin lama akan mengakibatkan penurunan kadar air bahan, penurunan kadar air bahan tersebut menyebabkan kadar serat kasar semakin terkonsentrasi sehingga kadar serat akan semakin tinggi. Menurut Karlina (2008), menyatakan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka akan menyebabkan kadar keasaman semakin tinggi sehingga ph akan semakin menurun, dengan ph yang semakin rendah maka mikroorganisme pada EM4 tidak akan bekerja secara optimal. Penggunaan ph yang tinggi dapat membuat beberapa mikroorganisme tidak tumbuh dengan baik karena menurut

Tamime dan Robinson (2008) tumbuh optimal Lactobacillus ssp. adalah pada ph 5,2-5,8 dan menurut Juwita (2012) Saccharomyces spp. tumbuh pada ph 4,0-4,5. Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan komposisi zat-zat makanan dalam substrat melalui fermentasi dengan menggunakan Effective Microorganism 4 (EM4). Mikroorganisme alami yang terdapat dalam EM4 bersifat fermentasi (peragian) dan sintetik, terdiri dari lima kelompok mikroorganisme dari golongan ragi, Lactobacillus, jamur fermentasi, bakteri fotosintetik, dan Actinomycetes (Paramita, 2002). Effective Microorganism 4 (EM4) adalah campuran dari berbagai mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inokulum dalam meningkatkan kualitas pakan. Penambahan EM4 sebanyak 10% (v/b) pada substrat mampu menurunkan kadar serat bahan (Sandi & Saputra, 2012). Hasil penelitian Winedar (2006), penggunaan pakan yang difermentasi dengan EM4 menyebabkan peningkatan daya cerna dan kandungan protein. Konsumsi Pakan Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake/VFI) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, faktor eksternal dan lingkungan. Faktor internal berasal dari dalam ternak itu sendiri. Faktor eksternal berasal dari pakan, sedangkan faktor lingkungan berhubungan dengan lingkungan sekitar dimana ternak hidup. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas (Church dan Pond, 1988).

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas, dan palatabilitas (Hardjoswora, 2000). Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan (Preston dan Leng, 1997). Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi dan ransum terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Untuk mendapatkan PBB yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Tilman et al., 2002) Konversi Pakan Feed Conversation Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg bobot hidup. Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur ternak,

bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan kondisi unggas (Anggorodi, 1994). Konversi pakan adalah ransum yang habis dikonsumsi oleh ternak dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan PBB pada waktu tertentu, semakin baik mutu ransum semakin kecil konversinya. Baik tidaknya mutu ransum ditentukan oleh seimbang tidaknya zat-zat gizi dalam ransu