1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf atau sering disebut dengan istilah alenia, dalam satu sisi kedunya memiliki pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), disebutkan bahwa paragraf merupakan bagian bab di suatu karangan dan biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru. Adapun alinea merupakan bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih. Baik dengan istilah paragraf maupun alinea ini dalam ragam tulis (ilmiah) sering yang dimaksudkan sama. a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf (Keraf, 1984: 63-64), dapat dibedakan atas paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf penutup. (a) Paragraf pembuka Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar karangan atau pengantar untuk menuju memasuki ke pokok pikiran yang diuraikan di dalam bagian inti karangan. Oleh karena perannya sebagai pembuka atau pengantar, maka paragraf pembuka hendaknya bisa menarik minat dan perhatian pembaca. Pembaca dibuat merasa ingin melanjutkan bacaannya ke dalam paragraf-paragraf berikutnya. (b) Paragraf penghubung Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan penutup. Paragraf penghubung memuat inti persoalan yang dikemukakan penulis. Oleh karena itu, dalam membentuk paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antarparagraf terjalin secara teratur dan tersusun secara logis. (c) Paragraf penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Paragraf penutup ini, biasanya mengandung simpulan pendapat yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.
Seperti halnya dengan paragraf sebelumnya, paragraf penutup berbeda-beda pula menurut jenis karangannya. Dalam karangan yang membicarakan pokok-pokok pikiran politik, misalnya, maka simpulan yang memuat ramalan-ramalan tentang masa depan yang sangat baik. Begitu juga jika dalam karangan yang memuat pokok-pokok pikiran tentang halhal yang bersifat kontroversial atau adanya argumen-argumen yang segar, maka simpulan yang baik adalah ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis. 2. Syarat-syarat pembentukan paragraf Seperti halnya dengan pembentukan kalimat, dalam pembentukan sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik dan efektif (Keraf, 1984: 67), harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Kesatuan: yang dimaksud kesatuan dalam paragraf adalah bahwa semua kalimat yang membina peragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. b. Koherensi: yang dimaksud koherensi adalah kekompakan hubungan antarkalimat yang membentuk paragraf tersebut. c. Perkembangan paragraf: perkembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian atas gagasan yang membina paragraf tersebut. b. Kesatuan paragraf Fungsi setiap paragraf adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka dalam paragraf tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tersebut. Unsur-unsur yang dimaksud bisa berupa kalimat-kalimat yang tidak mendukung adanya pernyataan yang isinya membentuk gagasan pokok. Gagasan utama atau gagasan pokok yang didukung oleh sebuah paragraf biasanya ditempatkan dalam sebuah kalimat topik atau kalimat pokok. Adapun kalimat-kalimat lain yang turut serta membina paragraf itu memuat perincian lebih lanjut dari gagasan utama itu. Kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari gagasan yang dikembangkan dalam paragraf. Perkembangan paragraf bisa mendahului penampilan sebuah gagasan utama, tergantung pada pola pengembangan paragraf. Dalam tulisan yang baik (Keraf, 1984: 70-74), terdapat empat macam cara untuk menempatkan sebuah kalimat topik atrau kalimat utama, yaitu:
1. Pada awal paragraf Penempatan kalimat utama pada awal paragraf ini bersifat deduktif, yakni penulis mulamula mengemukakan pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian yang terperinci. Kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf ini harus dipusatkan untuk memperjelas ide atau gagasan sentral. 2. Pada akhir paragraf Dalam pembentukan paragraf, kalimat utama bisa juga ditempatkan pada bagian akhir paragraf. Pola penempatan kalimat utama pada bagian akhir ini bersifat induktif. Paragraf semacam ini harus disusun sekian macam sehingga dapat mencapai klimaks dalam kalimat pokok yang terdapat pada akhir paragraf. Cara ini dapat dianggap sulit, tetapi dapat pula dianggap lebih efektif, terutama dalam mengemukakan argumentasi. 3. Pada awal dan akhir paragraf. Kalimat utama dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Pola ini biasanya kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi-variasi tertentu. 4. Pada seluruh paragraf Kalimat utama atau kalimat topik dapat juga termuat dalam seluruh bagian paragraf. Dalam paragraf ini tidak terdapat kalimat khusus yang menjadi kalimat topiknya. Pola penyusunan paragraf ini terutama dijumpai pada paragraf-paragraf yang menguraikan sesuatu secara deskriptif atau naratif. c. Koherensi Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh paragraf, yaitu paragraf itu harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik akan terjadi apabila hubungan antarkalimat terjalin dengan baik pula. Dengan terjadinya kepaduan ini, pembaca akan dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, memahami uraian demi uraian masalah, dan tanpa mengalami hambatan karena adanya jurang pemisah makna kalimat yang satu dengan yang lain. Sebuah paragraf (Keraf, 1984: 75), dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin kepaduan atau koherensinya tidak ada. Kesatauan tergantung dari sejumlah gagasan bawahan yang bersama-sama menunjang sebuah gagasan utama yang
biasanya dinyatakan dalam kalimat topik. Sebaliknya, kepaduan tergantung dari penyusunan detail-detail dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antarbagian tersebut. d. Perkembangan paragraf Sebagaimana yang sudah terurai pada pengertian pengembangan paragraf tersebut, bahwa perkembangan paragraf sangat terkait erat dengan pola-pola penyusunan atau perincian yang berkaitan dengan gagasan-gagasan yang membina paragraf tertentu. Mengingat uaraian tentang perkembangan paragraf ini relatif sangat panjang maka dalam tulisan ini tentang perkembangan paragraf yang dimaksud akan diuraikan pada subbahasan tersendiri. 1. Pola Pengembangan Paragraf Perkembangan dan pengembangan paragraf (Keraf, 1984: 84), mencakup dua persoalan uatama, yaitu pertama, kemampuan memperinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan secara maksimal, dan kedua, kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan dengan urutan yang teratur. Beberapa metode pengembangan paragraf (Keraf, 1984: 84-101), dengan pola-pola sebagai berikut. (a) Klimaks dan antiklimaks Perkembangan gagasan dalam sebuah paragraf dapat disusun dengan mempergunakan dasar klimaks, yaitu suatu gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Dari sinilah, berangsur-angsur dengan gagasan lain sehingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. (b) Sudut pandangan Yang dimaksud sudut pandangan adalah tempat seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut pandangan tidak diartikan sebagai penglihatan atas sesuatu barang dari atas atau dari bawah, tetapi merupakan posisi pengarang dalam melihat sesuatu. Seorang menggambarkan isi sebuah ruang, misalnya, pertama-tama ia mengambil posisi tertentu, kemudian secara berlahan-lahan dan secara berurutan menggambarkan barang demi barang yang terdapat dalam ruang tersebut. Pola-polanya bisa dimulai menggambarkan barang-barang yang paling dekat kemudian berangsur-angsur ke belakang.
(c) Perbandingan dan pertentangan Pengembangan paragraf dengan pola perbandingan dan pertentangan adalah pola atau cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek, atau gagasan bertolak dari segi-segi tertentu. Dalam perbandingan ini, dapat dicontohkan, penulis membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, yakni tentang politik pendidikan yang dijalankan mereka berdua dengan memperhatikan segi-segi lain untuk menerangkan gagasan sentral itu. (d) Analogi Jika pola perbandingan dan pertentangan menyajikan perbedaan-perbedaan atau ketidaksamaan dan perbedaan antara dua hal, maka analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperhatikan kesamaan segi atau fungsi kedua hal tersebut sekedar sebagai ilustrasi. Dapat dikatakan secara sederhana, perbandingan menunjukkan kesamaan antara barang-barang dalam kelas yang sama. Sebaliknya, analogi menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua barang atau hal yang berlainan kelasnya. (e) Contoh Dalam pola contoh ini dapat dipilih ketika penulis menuangkan sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya, atau generalisasi-generalisasi yang memerlukan ilustrasi yang konkrit sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Untuk ilustrasi terhadap berbagai gagasan atau pendapat yang umum itu maka sering menggunakan contoh-contoh yang konkrit. Contohcontoh yang dimaksud, tentu yang diangap dapat memahamkan pembacanya. (f) Proses Pola lain yang dapat dipergunakan penulis dalam mengembangkan paragraf, yakni dapat menyusun paragraf secara teratur adalah proses. Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau mengahasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, pertama, penulis harus mengetahui pencirian-pencirian secara menyeluruh. Kedua, penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya. Ketiga, penulis harus menjelaskan setiap tahap secara detail yang cukup tegas sehingga pembaca dapat melihat secara keseluruhan proses itu secara jelas.
(g) Sebab-Akibat Penulis dalam mengembangkan paragraf dapat pula menyatakan dengan mempergunakan sebab-akibat sebagai dasar. Dalam pola ini penulis bisa menempatkan sebab sebagai gagasan utama, sedangkan akibat ditempatkan sebagai perincian pengembangannya. Dapat juga dibalik, akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. (h) Umum-Khusus Baik pola umum-khusus atau khusus-umum merupakan cara yang paling umum digunakan penulis untuk mengembangkan gagasan-gagasan dalam sebuah paragraf secara teratur. Dalam umum-khusus, gagasan utamanya ditempatkan pada awal paragraf. Adapun pengkhususan atau perincian-perinciannya ditempatkan pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya, dalam khusus-umum, mula-mula dikemukakan perinciannya, kemudian pada bagian akhirnya dipaparkan generalisasinya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa yang umum-khusus bersifat deduktif dan yang khusus-umum bersifat induktif. (i) Klasifikasi Yang dimaksud klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan barangbarang yang dianggap memunyai kesamaan-kesamaan tertentu. oleh karena itu, klasifikasi bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama, mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok. Kedua, memisahkan kesatuan tersebut dari kelompok yang lain. Klasifikasi ini memunyai persamaan-persamaan tertentu baik dengan pertentangan dan perbandingan maupun dengan umum-khusus dan khusus-umum. (j) Definisi luas Yang dimaksud definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah usaha penulis untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Dalam pola ini pembaca tidak menghadapi hanya satu kalimat, tetapi merupakan rangkaian kalimat yang membentuk sebuah alinea. Justru kadang untuk memberi pengertian yang bulat tentang pengertian yang dimaksud dianggap tidak cukup, penulis bisa menguraikan pada alinea-alinea berikutnya.