BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

Universitas Sumatera Utara

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

Nila Suryati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan daerah sesuai dengan tujuan penelitian yakni Desa Sei Bamban yang merupakan daerah yang mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. Hal ini didukung dengan data serbagai berikut: Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Rata Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Kotarih 170 825 5,032 2 Silinda 729 3.644 5,191 3 Bintang Bayu - - - 4 Dolok Masihul 2.309 12.459 5,602 5 Serbajadi 2.075 11.015 5,513 6 Sipispis 552 2.816 5,303 7 Dolok Merawan - - - 8 Tebing Tinggi 5.615 29.878 5,524 9 Tebing Syahbandar 1.098 5.853 5,532 10 Bandar Khalipah 6.121 32.469 5,507 11 Tanjung Beringin 7.857 41.547 5,491 12 Sei Rampah 5.443 29.396 5,606 13 Sei Bamban 10.694 57.726 5,604 14 Teluk Mengkudu 6.898 37.174 5,596 15 baungan 13.705 76.084 5,763 16 Pegajahan 3.692 20.498 5,764 17 Pantai Cermin 8.464 46.972 5,761 Serdang Bedagai 75.427 408.381 5,611 Sumber :Dinas tanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2015 27

28 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sei Bamban pada tahun 2015 merupakan kecamatan dengan luas panen padi sawah seluas 10.694 Ha, produksi sebesar 57.726 ton dan rata-rata produksi sebanyak 5,604 Ton/Ha. Kecamatan Sei Bamban terdiri dari sepuluh desa, dan salah satu diantaranya adalah desa Sei Bamban. Desa Sei Bamban merupakan daerah yang mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. 3.2 Metode Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah petani di Desa Sei Bamban. Penggolongan untuk petani yang melakukan usahatani ini terdiri sistem tanam jajar legowo 2:1 dan sietem tanam jajar legowo 4:1 serta petani yang menggunakan sistem tanam tegel. Metode penentuan sampel petani di Desa Sei Bamban dilakukan secara Disproporsionate random sampling yaitu metode untuk menentukan jumlah sampel apabila popolasinya kurang proporsional, yakni salah satu strata lebih besar dibanding strata yang lain. dimana pembagiannya dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 6. Populasi dan Sampel Padi Sawah Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1, Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 dan Sistem Tanam Tegel. No Sistem Tanam Populasi Sampel 1 Jajar Legowo 2:1 10 10 2 Jajar Legowo 4:1 632 10 3 Tegel 1.263 17 Total 1.905 37 Sumber: Petugas PPL tanian Desa Sei Bamban, Tahun 2016.

29 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa populasi petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 hanya 10 petani maka seluruhnya akan dijadikan sampel. Hal ini menyebabkan hanya sampel dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang diambil secara proporsional. Jumlah sampel untuk sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah sebanyak 10 petani. Jumlah sampel untuk petani padi sawah sistem tegel adalah sebanyak 17 petani. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan para petani dan PPL tanian di Desa Sei Bamban, baik melalui survei ataupun melalui daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui lembaga, instansi, atau dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik dan Balai Pengkajian Teknologi tanian Sumatera Utara (BPTP Sumut). 3.4 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi, lalu dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai. Hernanto (1993) menyatakan bahwa satuan tenaga kerja dalam usahatani dibedakan atas: Hari kerja pria (HKP) = 1 HKP Hari kerja wanita (HKW) = 0,8 HKP Hari kerja anak (HKA) Hari kerja ternak (HKT) = 0,5 HKP = 5 HKP

30 Hari kerja mesin (HKM) = 25 HKP Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, umur ekonomis, dan jumlah barang tersebut (Zaki Baridwan, 2001). NPA = Harga awal Harga akhir x Jumlah Alat Umur Ekonomis Seluruh hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA yang merupakan pengembangan dari uji-t 2-sampel. bedaannya, uji t hanya mampu mengakomodasi pengujian kesamaan 2 rata-rata populasi, sedangkan uji Anova digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata untuk 3 atau lebih populasi. Tujuannya sama dengan uji-t, yaitu menguji kesamaan rata-rata dari 3 atau lebih populasi. Kriteria Uji: H 0 diterima jika sig > α0,05 artinya tidak ada perbedaan H 1 diterima jika sig < α0,05 artinya ada perbedaan

31 3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai penelitian tentang istilahistilah yang terdapat didalam proposal ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut: 1. Petani padi sawah adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman padi, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. 2. Usahatani padi merupakan suatu proses produksi yang dijalankan sebagai suatu usaha komersial yang memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu produksi. 3. Sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah rekayasa teknologi tanam padi dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi dengan pemadatan barisan bagian pinggir agar tersedia ruang terbuka untuk mendapatkan lebih banyak cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih optimal, cara tanam berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong. 4. Sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah rekayasa teknologi tanam padi dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi dengan pemadatan barisan bagian pinggir agar tersedia ruang terbuka untuk mendapatkan lebih banyak

32 cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih optimal, cara tanam berselang seling 4 baris dan 1 baris kosong. 5. Sistem tanam tegel adalah penanaman padi dimana antara barisan tanaman padi diberi jarak yang sama dan tidak terdapat lorong kosong yang lebih lebar. 6. Faktor produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu produksi seperti lahan, modal (bibit, pupuk, pestisida) dan tenaga kerja. 7. Lahan sawah umumnya merupakan berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air. 8. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lainnya menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian 9. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja dan potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa. 10. Produksi adalah hasil dari kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani. 10. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. 11. Penerimaan adalah hasil penjualan padi sawah yang dikalikan dengan harga jual oleh petani. 11. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, yang terdiri dari: biaya sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida), biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya. 12. Pendapatan adalah hasil pengurangan dari penerimaan dan biaya produksi.

33 13. Kelayakan adalah suatu kegiatan analisis untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usahatani. 3.5.2 Batasan Operasional 1. Penelitian dilakukan Pada tahun Bulan Januari Tahun 2017 di Desa Sei Bamban, Kecamatan sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Sampel adalah petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. 3. Penelitian dilakukan dalam satu kali musim tanam.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Geografis Desa 4.1.1. Batas Administrasi dan Aksesbilitas Desa Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai yang dipimpin oleh Kepala Desa baru hasil pemilihan kepala desa 2013 yang bernama Alferius Sihotang, SH. Luas wilayah desa Sei Bamban ialah sebesar 1.862,16 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Pon Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Suka Damai Sebelah Barat Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Bakaran Batu : berbatasan dengan Desa Tanjung Beringin dan Tebing Tinggi. Jarak tempuh dari ibukota kecamatan ke Desa Sei Bamban ialah 1 km dengan waktu tempuh 5 menit dan jarak dari ibukota kabupaten 8 km dengan waktu tempuh 15 menit serta jarak dari ibukota provinsi adalah 66 km dengan waktu tempuh 1,5-2 jam dengan menggunakan sepeda motor. 4.1.2 Topografi Desa Sei Bamban berada pada ketinggian 13 m dpl dan merupakan dataran rendah dengan kondisi lahan yang berbeda-beda, yang terdiri dari jalan seluas 15 Ha, sawah 1600 Ha, ladang 158 Ha, perkebunan 4 Ha, bangunan umum 2 Ha, pemukiman/perumahan 76 Ha, pekuburan 5 Ha, industri 8 Ha dan pekantoran 34

35 0,16 Ha. Struktur penggunaan yang diatur sedemikian rupa, sehingga tampak kawasan yang indah dan asri. 4.1.3 Agroklimat Desa Sei Bamban memiliki suhu sekitar 33 0 Celcius, dengan curah hujan rata - rata di Desa Sei Bamban adalah 120,9 mm/tahun. 4.2 Kependudukan dan SDM 4.2.1 Jumlah Penduduk Tabel 7. Komposisi Penduduk di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Golongan Penduduk Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Laki-laki 5.324 2 empuan 5.800 Jumlah 11.124 Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016. Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Sei Bamban tahun 2016 mencapai 11.124 orang yang terdiri dari 5.324 orang lakilaki dan 5.800 orang perempuan. 4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Golongan Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 0-5 1.487 2 6-12 1.990 3 13-16 2.395 4 17-59 4.046 5 >60 1.206 Jumlah 11.124 Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016. Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Sei Bamban yang berada pada usia produktif yaitu pada umur 17-59 berjumlah sebesar 4.046 jiwa.

36 4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Wiraswasta 308 2 Petani 1.905 3 Buruh Tani 801 4 Pegawai Negeri 110 5 TNI-POLRI 69 6 Nelayan 10 7 Karyawan 161 8 Jasa 336 9 Lainnya 7.424 Jumlah 11.124 Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016. Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di Desa Sei Bamban bekerja sebagai petani. 4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tabel 10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 TK 285 2 SD/Sederajat 2.445 3 SLTP/Sederajat 1.805 4 SLTA/Sederajat 2.008 5 D.1 71 6 D.2 35 7 D.3 81 8 S.1 149 9 S.2 5 10 S.3 0 Jumlah 6.884 Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016. Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk Desa Sei Bamban memiliki pendidikan terakhir SD atau sederajat sebanyak 2.445 jiwa.

37 4.3 Pola Penggunaan Lahan Desa Sei Bamban berikut: Pola penggunaan lahan di Desa Sei Bamban dapat dilihat pada tabel Tabel 11. Pola Penggunaan Lahan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) 1 Jalan 15 2 Sawah 1.600 3 Ladang 158 4 kebunan 4 5 Bangunan Umum 2 6 Pemukiman 76 7 Pekuburan 5 8 Industri 8 9 kantoran 0,16 Jumlah 1.868,16 Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016. Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penggunaan lahan adalah lahan sawah seluas 1.600 Ha. 4.4 Sarana Umum Tabel 12. Sarana-Sarana di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Kategori Jumlah Sarana Ibadah : Masjid 4 Musholla 11 Gereja 7 Klenteng 2 Sarana Pendidikan: PAUD 3 TK 12 SD 12 SMP 1 SMA - Sumber :Data Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDES), Tahun 2016.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai dan satu-satunya desa yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1. Hal ini disebabkan penyuluh pertanian terbaik se- Serdang Bedagai berasal dari Desa Sei Bamban sehingga penyuluh tersebut menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang masih tergolong sistem tanam baru di wilayah beliau bertugas. Sistem tanam jajar legowo 4:1dan sistem tanam tegel sudah lama diterapkan di desa ini. Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu cara tanam padi sawah dengan beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan sistem tanam yang terdiri dari dua baris kemudian diselingi satu baris kosong, sistem tanam jajar legowo 4:1 merupakan sistem tanam yang terdiri dari empat baris kemudian diselingi satu baris kosong dan sistem tanam tegel merupakan sistem tanam dengan jarak tanam yang sama. Adapun gambaran dari ketiga sistem tanam diatas dapat dilihat dari gambar berikut. 20 cm 40 cm 20 cm X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 3. Pola Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 38

39 20 cm 20 cm 20 cm 40 cm 12,5cm X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 4. Pola Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm25 cm 25cm X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 5. Pola Sistem Tanam Tegel Sistem tanam jajar legowo memberikan ruang tumbuh yang longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari yang leih baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, upaya pegendalian gulma serta pemupukan dapat dilakukan dengan mudah dikarenakan adanya larik atau barisan kosong yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sitem tanam tegel. Dalam budidaya padi sawah terdapat beberapa tahapan seperti: a. semaian Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ± 25 kg atau dengan kata lain dibutuhkan benih sebanyak 1kg/rante. Pada umumnya benih yang disemai adalah jenis varietas Ciherang, namun terdapat juga jenis varietas lainnya seperti IR-64, Impari-30, dan Gemuruh dan penyemaian

40 dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja dalam keluarga. Benih yang telah disiapkan kemudian di rendam dalam air selama 24 jam. Setelah itu disimpan didalam karung selama 24 jam hingga kecambah benih padi muncul. Setelah kecambah padi muncul, benih disemai ke lahan semai yang telah di siapkan terlebih dahulu. Untuk luas lahan 1 Ha diperlukan luas lahan persemaian sebesar 1 rante (400 m 2 ). b. siapan Lahan Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau pengolahan tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah jenis/tekstur tanah. Umumnya petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan sistem upah borongan. Besarnya tenaga kerja mesin traktor setara dengan 25 HKP dalam kegiatan usahatani padi sawah. c. Penanaman Bibit muda yang siap ditanam berumur < 21 hari setelah disemai. Jumlah bibit yang ditanam sebanyak 1-3 bibit/rumpun. Jarak tanam untuk padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong dan jarak tanam yang digunakan adalah 40x20x20 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak 166.667. Pola penanaman untuk padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dan jarak tanam yang digunakan adalah 40x20x12,5 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak 320.000. Sedangkan sistem tanam tegel memiliki jarak yang sama pada setiap tanaman yakni 25x25x25 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak 160.000. Sedangkan perbedaan selanjutnya yaitu upah tenaga kerja yang

41 bersal dari luar keluarga (TKLK). Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah Rp. 70.000, upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah Rp. 60.000 dan upah tenaga kerja pada sistem tanam tegel adalah Rp. 60.000. Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan tegel disebabkan sistem tanam ini masih tergolong baru penerapannya sehingga para buruh tani masih mengalami kesulitan dan belum terbiasa dalam hal penanaman. d. Penyulaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari setelah tanam. Umumnya penyulaman dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Penyulaman dilakukan tergantung pada kondisi tanaman di lahan persawahan baik untuk padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. e. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman padi sawah. Proses penyiangan di lakukan secara berkala sesuai dengan kondisi gulma di lahan persawahan. Umumnya penyulaman dilakukan sendiri oleh petani sehingga tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. f. Pemupukan dan Pengendalian Hama Umumnya pemupukan dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu setelah pengolahan lahan, setelah penanaman, dan setelah penyiangan. Pengendalian hama dilakukan ketika muncul tanda-tanda serangan hama dengan cara disemprot.

42 h. Pengairan Umumnya pengairan dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengairan padi sawah untuk ketiga sistem tanam tersebut bersumber dari jaringan irigasi yang tersedia. Pengairan ini dilakukan saat ingin melakukan pengolahan lahan, dua minggu setelah tanam hingga sebelum padi mengeluarkan malai. i. Panen Umumnya panen dilakukan dengan cara sistem upah borongan. Panen dilakukan saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar. Cara memanen padi menggunakan arit, dengan panjang 30-40 cm di atas permukaan tanah. Kemudian gabah yang telah diarit ditumpuk menggunakan alas tikar plastik sebelum dirontok. ontokan gabah menggunakan power tresher atau pedal tresher. 5.1 Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja usahatani padi sawah diperoleh dari dalam keluarga dan luar keluarga petani. Tenaga luar keluarga dapat diperoleh dengan cara upahan. Tenaga kerja pria biasanya dapat mengerjakan seluruh pekerjaan, dan tenaga kerja wanita biasanya digunakan untuk menanam, menyulam dan menyiang. Pembayaran upah biasanya secara borongan. Namun, dengan adanya teknologi yang dapat meringankan pekerjaan manusia maka pekerjaan yang berat seperti membajak sawah digantikan dengan tenaga mesin seperti traktor. Besarnya 1 HKM tenaga kerja mesin traktor setara dengan 25 HKP dalam kegiatan usahatani padi sawah.

43 Adapun besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut: Tabel 13. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0,588 0 0 0 0 0 Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 21,071 Penanaman 0 0 0 0 7,160 0 Penyulaman 0,225 0 0 0 0 0 Penyiangan 0,288 0 0 0 0 0 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,550 0 0 0 0 0 Pengairan 0,263 0 0 0 0 0 Pemanenan 0 0 0 10,301 0 0 Jumlah 1,914 0 0 10,301 7,160 21,071 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Tabel 14. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0,543 0 0 0 0 0 Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 17,857 Penanaman 0 0 0 0 7,023 0 Penyulaman 0,291 0 0 0 0 0 Penyiangan 0,320 0 0 0 0 0 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,509 0 0 0 0 0 Pengairan 0,320 0 0 0 0 0 Pemanenan 0 0 0 9,739 0 0 Jumlah 1,983 0 0 9,739 7,023 17,857 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja pada tahap persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga. Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap

44 yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan. Tabel 15. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0,525 0 0 0 0 0 Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 14,643 Penanaman 0 0 0 0 5,520 0 Penyulaman 0,070 0 0 0 0 0 Penyiangan 1,089 0 0 0 0 0 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,225 0 0 0 0 0 Pengairan 0,138 0 0 0 0 0 Pemanenan 0 0 0 7,375 0 0 Jumlah 2,047 0 0 7,375 5,520 14,643 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

45 Tabel 16. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0,742 0 0 0 0 0 Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 17,857 Penanaman 0 0 0 0 8,067 0 Penyulaman 0,078 0 0 0 0 0 Penyiangan 1,715 0 0 0 0 0 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,367 0 0 0 0 0 Pengairan 0,293 0 0 0 0 0 Pemanenan 0 0 0 10,208 0 0 Jumlah 3,195 0 0 10,208 8,067 17,857 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja pada tahap persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga. Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama, serta pengairan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria dari dalam keluarga, dan pemanenan dikerjakan oleh tenaga pria berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan.

46 Tabel 17. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Tegel Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam tegel Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0,621 0 0 0 0 0 Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 16,205 Penanaman 0 0 0 0 6,556 0 Penyulaman 0,126 0 0 0 0,282 0 Penyiangan 0,566 0 0 0 0,353 0 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,81 0 0 0 0 0 Pengairan 0,122 0 0 0 0 0 Pemanenan 0 0 0 9,102 0 0 Jumlah 2,245 0 0 9,102 7,191 16,205 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Tabel 18. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Tegel Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Tegel Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0,809 0 0 0 0 0 Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 17,857 Penanaman 0 0 0 0 8,193 0 Penyulaman 0,162 0 0 0,110 0 0 Penyiangan 1,049 0 0 0,137 0 0 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,498 0 0 0 0 0 Pengairan 0,262 0 0 0 0 0 Pemanenan 0 0 0 9,735 0 0 Jumlah 2,780 0 0 9,982 8,193 17,857 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja2 pada tahap persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga. Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja

47 wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman dan penyiangan dikerjakan oleh tenaga kerja pria dan wanita yang berasal dari dalam keluarga, pemupukan dan pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan. Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh total curahan tenaga kerja per tahapan dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut: Tabel 19. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jenis Tahapan Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel HKP HKP HKP semaian 0,588 0,525 0,621 Pengolahan Lahan 21,071 14,643 16,205 Penanaman 7,16 5,52 6,556 Penyulaman 0,225 0,07 0,408 Penyiangan 0,288 1,089 0,919 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,55 0,225 0,81 Pengairan 0,263 0,138 0,122 Pemanenan 10,301 7,375 9,102 Jumlah 40,446 29,585 34,390 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

48 Tabel 20. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jenis Tahapan Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel HKP HKP HKP semaian 0,543 0,742 0,809 Pengolahan Lahan 17,857 17,857 17,857 Penanaman 7,023 8,067 8,193 Penyulaman 0,291 0,078 0,272 Penyiangan 0,320 1,715 1,186 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,509 0,367 0,498 Pengairan 0,320 0,293 0,262 Pemanenan 9,739 10,208 9,735 Jumlah 36,602 39,327 38,812 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 Pada tahap persemaian curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah jam kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Pada tahap pengolahan lahan jumlah curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 sama dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan sistem upah dengan cara borongan sama yaitu dua kali bajak dan satu kali garu yang dikerjakan oleh satu orang pekerja. Pada tahap penanaman curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam tegel. Pada tahap penyulamam curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan

49 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan saat penanaman jumlah bibit yang ditanam hanya 1-2/lubang tanam. Pada tahap penyiangan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah tanaman yang lebih sedikit sehingga curahan tenaga kerja lebih rendah karena pertumbuhan gulma terkendali dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah tanaman yang lebih banyak mengakibatkan banyaknya gulma yang tumbuh. Pada tahap pemupukan dan pengendalian hama curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan adanya jumlah baris kosong membuat petani lebih detail untuk memupuk tanaman dan pengendalian hama melalui baris kosong dan waktu yang digunakan juga lebih lama sehingga curahan tenaga kerja lebih tinggi. Pada tahap pengairan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. Pada tahap pemanenan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah rumpun yang lebih sedikit sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan lebih tinggi dari sistem tanam tegel dikarenakan jumlah rumpun lebih banyak sehingga waktu yang digunakan lebih lama dan curahan tenaga kerja yang tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah rumpun tanaman yang lebih banyak. Dari uraian diatas secara fisik terlihat ada perbedaan curahan tenaga kerja antara ketiga sistem tanam tersebut. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:

50 Tabel 21. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. No Sistem Tanam Curahan Tenaga Kerja Petani (HKP/Petani/MT) Curahan Tenaga Kerja Hektar (HKP/Ha/MT) 1 Jajar Legowo 2:1 40,446 36,602 2 Jajar Legowo 4:1 29,585 39,327 3 Tegel 34,743 38,812 Sumber:Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa besarnya curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah jam kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1.Walau terlihat ada perbedaan, namun secara statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 22. Hasil Analisis Uji ANOVA Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 43,731 2 21,866,682,512 Within Groups 1089,386 34 32,041 Total 1133,118 36 Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun 2017. Dari hasil uji analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,512 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja yang lebih signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1,

51 sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 23. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Post Hoc Tests Multiple Comparisons (I) grup (J) grup Sig. Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1,535 Tegel,594 Tukey HSD Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1,535 Tegel,972 Tegel Jajar Legowo 2:1,594 Jajar Legowo 4:1,972 Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun 2017. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,535 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,594 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,972 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.

52 5.2 Biaya Produksi Biaya produksi usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dari awal hingga akhir dalam proses produksi selama satu kali musim tanam. Biaya produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya penyusutan. Adapun rincian biaya produksi tersebut adalah sebagai berikut: Biaya benih merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan benih. Harga benih adalah Rp. 10.000/Kg. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Tabel 24. Penggunaan Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Kg Kg Kg Kg Kg Kg Benih 29,50 25,00 20,70 25,33 23,71 28,30 Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa penggunaan benih pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan penggunaan benih tertinggi adalah sistem tanam tegel dikarenakan petani yang menggunakan sistem tanam tegel terbiasa menyemai benih lebih banyak sebagai cadangan untuk penyulaman apabila bibit yang ditanam terkena banjir atau terserang hama seperti keong mas.

53 Tabel 25. Biaya Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Benih 295.000 250.000 207.000 2.533.333 237.059 282.953 Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya benih pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam tegel. Biaya pupuk merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Tabel 26. Penggunaan Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel (Kg) (Kg) (Kg) Jenis Pupuk Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Urea 196,90 165,13 90,75 135,00 107,91 122,38 SP-36 164,00 141,58 101,50 116,50 88,74 97,47 ZA 125,50 119,58 101,10 114,50 88,74 97,74 NPK 126,70 121,08 101,50 116,50 88,74 97,74 Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk masing-masing sistem tanam berbeda jumlah dosisnya. Penggunaan pupuk sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel baik untuk penggunaan pupuk Urea, SP-36, ZA, dan NPK.

54 Tabel 27. Biaya Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pupuk 1.382.300 1.238.373 897.925 1.097.700 851.597 944.288 Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pupuk sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk sistem tanam jajar legowo lebih tinggi. Pada tahap pengendalian hama jumlah dosis yang digunakan juga berbeda. Umumnya pengendalian hama dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengendalian hama yang dilakukan oleh petani menggunakan pestisida dengan cara disemprot, adapun pestisida yang digunakan untuk lahan padi sawah per hektar adalah sebagai berikut : Tabel 28. Penggunaan Pestisida Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Tanam Jajar 4:1 Tegel (Botol) (Botol) (Botol) Jenis Pupuk Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Spontan 2,60 2,08 3,10 4,28 3,24 3,95 Maxima 0,85 0,57 0,52 0,75 0,76 0,72 Rosasol 1,25 0,84 0,97 1,38 0,59 0,75 Blast 0,74 0,71 0,18 0,30 0,73 0,80 Ultimex 0,74 0,73 0,63 0,94 0,77 0,93 Welcot 0,74 0,71 0 0 0,30 0,35 Emerge 0,59 0,70 0,63 0,79 0,53 0,54 Inotan 0 0 0,25 0,80 0 0 Sekribid 0 0 0,14 0,20 0 0 Skor 0 0 0 0 0 0 Diten 45 0 0 0,85 1,30 0 0 Sumber:Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

55 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida pada sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah Spontaan, Maxima, Rosasol, Blast, Ultimex, Welcot, dan Emerge begitu juga dengan sistem tanam tegel sedangkan sistem tanam jajar legowo 4:1 menggunakan pestisida Spontan, Maxima, Rosasol, Blast, Ultimex, Emerge, Inotan, Sekribid dan Diten 45. Biaya pestisida merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pestisida. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Tabel 29. Biaya Pestisida Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pestisida 554.400 480.167 726.700 1.059.375 545.588 630.915 Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pestisida sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pestisida sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih sedikit jenis nya dan biaya pestisida tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah jenis pestisida yang digunakan lebih banyak. Biaya tenaga kerja merupakan hasil kali curahan tenaga kerja dengan upah. Besarnya upah tenaga adalah Rp. 70.000/HKP, tetapi upah penanaman upah berbeda, untuk sistem tanam jajar legowo 2:1 sebesar Rp. 70.000 dan untuk sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel sebesar Rp. 60.000. Untuk upah pengolahan lahan dengan tenaga mesin traktor adalah Rp. 50.000/rante atau

56 bila dikonversikan ke satuan luas lahan yaitu hektar adalah Rp. 1.250.000. Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah sebagai berikut: Tabel 30. Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jenis Biaya Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp semaian 41.125 37.990 36.750 51.917 42.988 56.603 Pengolahan Lahan 1.475.000 1.250.000 1.025.000 1.250.000 1.097.059 1.250.000 Penanaman 501.200 491.633 331.200 484.000 381.529 491.595 Penyulaman 15.750 20.343 4.900 5.440 28.618 19.018 Penyiangan 20.125 22.385 76.230 120.035 64.297 83.062 Pemupukan & P.Hama 38.500 35.656 15.750 25.667 26.147 34.878 Pengairan 18.375 22.385 9.625 20.490 8.544 18.362 Pemanenan 721.070 681.713 516.250 714.583 615.074 681.434 Jumlah 2.831.145 2.562.105 2.015.705 2.672.132 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya persemaian sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Biaya pengolahan lahan memiliki biaya yang sama karena upah borongan per hektar juga sama sebesar Rp. 1.250.000. Biaya penanaman sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan upah tanam sistem jajar legowo 2:1 lebih tinggi sebesar Rp. 70.000 bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel sebesar Rp. 60.000. Biaya penyulaman sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi. Biaya penyiangan sistem tanam

57 jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah gulma yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan untuk penyiangan juga tinggi. Biaya pemupukan dan pengendalian hama sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk dan pestisida lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tegel. Biaya pengairan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo lebih tinggi. Biaya pemanenan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan curahan tenaga kerja tinggi. Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan dari suatu peralatan yang digunakan petani dalam usahatani padi sawah. Biaya penyusutan diperoleh dari selisih harga awal dengan harga akhir peralatan dibagi dengan masa pakai. alatan yang digunakan dalam usahatani padi sawah seperti cangkul, koret, parang, arit, semprot manual, semprot mesin, ember, hand tractor, dan mesin babat. Besarnya biaya penyusutan peralatan tersebut adalah sebagai berikut:

58 Tabel 31. Biaya Penyusutan alatan Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo Tanam Jajar 4:1 Tegel 2:1 Jenis Pupuk (Rp) (Rp) (Rp) Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Cangkul 7.192 7.969 17.671 43.018 8.569 14.722 Koret 0 0 0 0 1.313 4.753 Parang 7.645 10.124 10.550 23.292 8.032 14.135 Arit 12.522 15.739 22.650 50.679 26.765 69.352 Semprot Manual 11.985 17.625 20.356 44.105 28.949 54.741 Semprot Mesin 8.188 8.188 0 0 0 0 Ember 5.500 4.156 7.500 15.417 8.431 20.350 Hand Tractor 424.932 413.726 88.462 442.308 164.069 121.720 Mesin Babat 8.625 8.625 0 0 1.961 654 Jumlah 486.589 486.152 167.189 618.819 248.089 300.426 Sumber:Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017. Tabel 32. Total Biaya Penyusutan alatan Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Biaya Penyusutan No Sistem Tanam Petani Hektar (Rp) (Rp) 1 Jajar Legowo 2:1 486.589 486.152 2 Jajar Legowo 4:1 167.189 618.818 3 Tegel 248.089 300.426 Sumber: Lampiran 4 Data (Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya penyusutan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan biaya awal peralatan pada sistem tanam jajar legowo 4:1 lebih mahal dan umur ekonomis peralatan rendah dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam tegel dikarenakan umur ekonomisnya lebih lama. Berdasarkan uraian diatas maka besarnya total biaya produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut:

59 Tabel 33. Total Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Biaya Produksi No Sistem Tanam Petani Hektar (Rp) (Rp) 1 Jajar Legowo 2:1 5.549.434 5.016.797 2 Jajar Legowo 4:1 4.014.519 5.701.357 3 Tegel 4.146.589 4.793.534 Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah), Tahun 2017. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan lebih tinggi bila dibandingkan sistem tanam tegel. Walau terlihat ada perbedaan, namun secara statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 34. Hasil Analisis Uji ANOVA Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 5282176605963,90 2 2641088302981,95 2,957,065 Within Groups 30372481816912,35 34 893308288732,71 Total 35654658422876,26 36 Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah, Tahun 2017. Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,065 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tanam tegel. Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi yang lebih signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1, sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut:

60 Tabel 35. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Post Hoc Tests Multiple Comparisons (I) grup (J) grup Sig. Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1,251 Tegel,825 Tukey HSD Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1,251 Tegel,055 Tegel Jajar Legowo 2:1,825 Jajar Legowo 4:1,055 Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah), Tahun 2017. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,251 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,825 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,055 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.

61 5.3 Produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan luas lahan yang digunakan selama musim tanam. Secara fisik terlihat ada perbedaan produktivitas antara ketiga sistem tanam tersebut. bedaan ini dikarenakan Luas lahan sawah yang dimiliki dan input yang digunakan seperti varietas benih, pupuk dan pestisida tiap petani berbedabeda antara ketiga sistem sehingga mempengaruhi produktivitas Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 36. Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Produktivitas No Sistem Tanam Petani Hektar (Ton) (Ton) 1 Jajar Legowo 2:1 8,77 7,48 2 Jajar Legowo 4:1 5,33 6,45 3 Tegel 4,65 5,03 Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun 2017. Tabel 37. sentase Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. sentase Produktivitas No Sistem Tanam Petani Hektar (%) (%) 1 Jajar Legowo 2:1 46,77 39,45 2 Jajar Legowo 4:1 28,43 34,02 3 Tegel 24,80 26,53 Total 100 100 Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun 2017. Berdasarkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan rata-rata produktivitas padi sawah dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah 5,11 ton/ha. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa produktivitas per hektar sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. Bila dilihat dari standart rata-rata produktivitas maka usahatani sistem

62 tanam jajar legowo 2:1 tergolong tinggi bahkan ada yang mencapai 9 ton/ha. Oleh karena produktivitas padi sawah sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel maka sebaiknya usahatani yang diterapkan didaerah penelitian adalah sistem tanam jajar legowo 2:1. bedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 38. Hasil Analisis Uji ANOVA Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 39,599 2 19,800 35,940,000 Within Groups 18,731 34,551 Total 58,330 36 Sumber: Lampiran 9 (Data Diolah), Tahun 2017. Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tegel. Untuk mengetahui perbedaan produktivitas yang lebih signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1, sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut:

63 Tabel 39. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Post Hoc Tests Multiple Comparisons (I) grup (J) grup Sig. Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1,011 Tegel,000 Tukey HSD Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1,011 Tegel,000 Tegel Jajar Legowo 2:1,000 Jajar Legowo 4:1,000 Sumber: Lampiran 9 (Data Diolah), Tahun 2017. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,011 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,000 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,000 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.