BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran matematika bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan memiliki ketrampilan menyikapinya. Tujuan lain dari belajar matematika yaitu mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam memecahkan masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307). Siswa sekolah dasar umurnya berkisar antara 6/7 tahun sampai 12/13 tahun. Menurut Piaget (Herman, Ibid: 1-2 ), mereka berada pada fase operasional konkret. Ia mengemukakan bahwa kemampuan yang tampak fase ini adalah kemampuan pada proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun mereka masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Oleh karena itu, untuk memudahkan pelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan teknik atau metode yang membuat siswa mudah memahami dalam belajar dengan adanya belajar bersama baik itu berupa kelompok kecil dan kelompok besar siswa akan lebih menguasai belajar dengan teman sebaya dengan bahasanya sendiri. Pelajaran matematika dipandang siswa kelas VI SD Muhammaddiyah 1 Malang sangat membosankan, rumit dan siswa sering tidak memahami materi 1
2 yang dipelajarinya. Hal ini ditunjukkan dalam tiap kali pelajaran matematika, ada sebagian siswa yang melakukan aktifitas lain yang yang lebih menarik perhatian siswa (menggambar, mencoret-coret kertas, permainan dengan benda-benda yang ada di meja, bahkan ada yang berpindah-pindah tempat duduk). Ketika ditanya sudah jelas atau belum? siswapun tidak ada yang menjawab. Dan akhirnya ketika siswa disuruh untuk mengerjakan soal banyak jawaban siswa yang masih salah. Selain kurangnya kemampuan dalam memahami pelajaran matematika yang abstrak, faktor lain yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran matematika adalah metode guru menyampaikan pelajaran. Ada beberapa siswa tidak suka mata pelajaran matematika karena mereka memandang pelajaran matematika yang membosankan dan rumit sehingga prestasi pelajaran matematika masih rendah. Proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam memainkan fungsinya sebagai pimpinan, fasilitator, dinamisator sekaligus sebagai pelayan. Dalam praktek pembelajaran guru banyak menghadapi permasalahan diantaranya kurangnya metode yang masuk ke dunia siswa sehingga kurang menarik minat belajar siswa. Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung pengajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika. Terkait dengan pembelajaran matematika kalas VI SD Muhammadiyah I Malang bahwa masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mempelajari bentuk pecahan bilangan bulat. Kelas tersebut terdiri dari 35 siswa, hanya ada 10 siswa yang sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dengan kata lain prosentasi siswa yang belum tuntas adalah 65,5% sedangkan
3 siswa yang tuntas 34,3% dari jumlah siswa. KKM yang ditentukan pada mata pelajaran matematika di SD Muhammadiyah I Malang adalah sebesar 70. Selain itu dijelaskan bahwa kelas VI SD Muhammadiyah I Malang mengalami kesulitan belajar pada siswa dikarenakan siswa masih sulit kesulitan dalam menentukan, dan memecahkan permasalahan dalam berhitung pecahan bilangan bulat. Hal ini dibuktikan dengan nilai kognitif siswa masih rendah dibawah KKM. Informasi lain yang diperoleh peneliti adalah siswa kurang memiliki minat dalam belajar. Hal ini ditunjukkan dari siswa kurang antusias dan aktif dalam belajar. Keadaan tersebut dikarenakan pembelajaran yang diterapkan cenderung menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Pembelajaran tersebut hanya menyatakan interaksi dengan pola dari guru ke siswa dan siswa ke guru. Padahal interaksi antar siswa sangat baik sekali dan sudah terlatih. Konsekuensinya guru menjadi lebih dominan dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pasif, tidak berani dalam mengemukakan pendapat, kurang mandiri, dan bertanggung jawab, sehingga kegiatan belajar kurang maksimal. Selain itu, kurangnya latihan yang diberikan oleh guru penyebab siswa kurang terampil dalam mengerjakan soal matematika. Keadaan ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk senang memecahkan masalah dalam belajar matematika, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan. Terkait dengan permasalahan yang ada, perlu diupayakan salah satu cara efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan meningkatkan proses pembelajaran pada siswa Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini
4 akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masingmasing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Karena siswa pada saat pembelajaran berlangsung siswa mempunyai aktivitas yang tanpa diharapkan oleh guru. Sebelum lembar kerja/soal latihan dibagikan guru, siswa sangat aktif berkomunikasi dengan teman sekelas, sangat percaya diri melontarkan pendapat diluar materi pembelajaran. Ketika pembelajaran matematika berlangsung adanya pembagian kelompok setelah lembar kerja dibagikan oleh guru siswa kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapat, tidak berani bertukar pikiran karena merasa dirinya tidak bisa dalam menyelesaikan masalah dan kurang aktif dalam pelajaran matematika. Aktivitas bertanya, berpendapat, bersosialisasi antar teman ini sangat penting harus diperhatikan oleh guru. Guru sangat mengaharapkan problem aktivitas siswa yang telah dilakukan di implementasikan kedalam pembelajarn yang menjadi aktif bertanya, aktif berpendapat dan berdiskusi saling bertukar pikiran dalam berkelompok. Hal ini akan melatih kebiasaan siswa dalam percaya diri saling bertukar pendapat dengan teman sebaya, sehingga akan meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Menurut Sardiman (2007: 97). Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
5 siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Uno Hamzah (2012 : 77), Strategi pembelajaran yang aktif adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berfikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Suatu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran salah satunya adalah dengan memiliki strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran matematika. Misalnya dengan bimbingan siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang di ajarkan. Pemahaman ini memerlukan penerapan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Salah satu penerapan pembelajaran yang tepat dalam perkembangan anak adalah belajar dalam berkelompok baik kelompok kecil dan berkelompok besar. Siswa akan terbiasa dalam dalam berdiskusi, bertuksr pendapat, dan belajar dalam menyampaikan hasil kelompok yang telah dikerjakan bersama. Oleh karena itu perlu suatu metode pembelajaran yang tepat di mana mampu mengembangkan potensi, kemampuan mendasar siswa dalam suatu kerja maksimal sesuai taraf perkembangan pikirannya. Metode pengajaran yang dianggap sesuai adalah metode Group Investigation (GI). Metode pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan salah satu tipe metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode GI sangatlah cocok dalam penerapan pembelajaran matematika dalam proses belajar mengajar yang
6 melibatkan siswa mulai dari perencanaan baik dalam menetukan topik maupun cara mempelajari melalui investigation. Karena dapat menumbuhkan keaktifan dalam belajar, berantusias dalam berpendapat, dan mudah bersosialisasi dalam belajar dengan menggunakan metode GI. Model pembelajaran kooperatif tipe group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara peorangan maupun kelompok (Rusman, 2012: 222). Pada saat pembelajaran dikelas, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen yang terdiri 4-5 siswa. Setiap kelompok memilih topik-topik yang akan dipelajari, melakukan investigasi terhadap topik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporan yang kepada seluruh siswa dalam satu kelas, sehingga siswa berperan aktif dan saling bertukar pendapat dalam belajar. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan proses belajar mengajar dapat menjadi lebih efektif dan efesien, selain itu, metode pembelajaran ini memberikan kesmpatan yang besar bagi siswa untuk melibatkan secara langsung dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran yang bermakna. Dengan demikian pemebelajaran yang akan berlangsung diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan sebuah tindakan sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) yang memberikan kesempatan siswa untuk belajar. Dengan demikian,peneliti mengambil judul Penerapan Metode Group Investigation(GI) dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Operasi Bilangan Bulat Kelas VI SD Muhammadiyah I Malang
7 1.2 Fokus Masalah Melihat fakta di lapangan siswa kelas VI SD Muhammadiyah I Malang, tahun ajaran 2013/2014 khususnya di materi operasi hitung campuran masih rendah. Hal tersebut didasari dengan fakta kurang optimalnya penanaman konsep matematika sehingga siswa kurang memahami aplikasi konsep-konsep matematika dalam menyelesaikan soal matematika. Beberapa faktor yang dijelaskan di atas merupakan pemicu siswa lemah dalam penyelesaikan operasi hitung campuran bilangan bulat, maka perlu adanya metode pembelajaran meningkatkan kemampuan hasil belajar matematika. Metode salah satu alternatif untuk membantu meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa pembelajaran matematika khususnya pada materi operasi hitung campuran bilangan bulat. Kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan penggabungan antara pembelajaran kelompok dengan pembelajaran individual (Suyanto, 2009: 57)
8 1.3 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan metode Group Investigation (GI) dalam proses pembelajaran matematika materi operasi bilangan bulat siswa kelas VI SD Muhammadiyah 1 Malang? 2. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika operasi hitung bilangan bulat dengan metode Group Investigation (GI) kelas VI Muhammadiyah I Malang? 3. Apakah ada peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika operasi hitung bilangan bulat dengan metode Group Investigation (GI) kelas VI Muhammadiyah I Malang? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian dalam proses perbaikan pembelajaran tesebut adalah : 1. Mengetahui penerapan metode Group Investigation (GI) dalam proses pembelajaran matematika materi operasi bilangan bulat siswa kelas VI SD Muhammadiyah 1 Malang. 2. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran matematika di SD Muhammadiyah I malang. 3. Mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika operasi hitung bilangan bulat dengan metode Group Investigation (GI) kelas VI Muhammadiyah I Malang.
9 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Peneliti ini diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran Group Investigation dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini bagi guru diharapkan dapat menjadi inovasi dalam pebelajaran matematika sehingga dengan penerapan dengan metode pembelajaran group investigation guru dapat menciptakan pembelajaran matematika yang menarik, kreatif, dan bermakna serta dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa. b. Bagi Sekolah Penelitian ini bagi sekolah diharapkan dapat menjadi bahan pertimbngan membuat kebijakan dalam melakukan inovasi pembelajaran khususnya dalam pemabalajaran matematika yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran di SD Muhammadiyah I Malang.
10 1.6 Batasan Istilah 1. Group Investigation (GI) Metode pembelajaran GI merupakan sesuatu metode yang perencanaan dalam pengaturan kelas pada umumnya di mana para kerja siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Robert E. Slavin (2008 : 25). 2. Bilangan bulat Sulistya P. (2010) menyatakan bahwa bilangan bulat adalah gabungan himpunan bilangan negatif, himpunan bilangan nol, dan himpunan bilangan asli. Sementara menurut ahli lain, himpunan bilangan bulat adalah gabungan (Riyadi, 2011:33) himpunan bilangan negatif, himpunan bilangan nol, dan himpunan bilangan asli yaitu {«,-3,-2,- 1,0,1,2,3,«} dengan tujuan agar operasi pengurangan bersifat tertutup. 3. Aktivitas belajar Aktivitas belajara siwa adalah kegiatan yang dilakukan siswa pada saat kegiatan berlangsung yang bercakap saling ketergantungan positif, ketrampilan menjalin antar pribadi dan aktif saling bertukar pikiran antar siswa yang lain dalam belajar. Aktivitas bertanya, berpendapat, berani dalam presentasi (hasil laporan), mudah dalam bersosialisasi dalam belajar, aktivitas inilah yang diharapkan oleh guru karena aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
11 Aktivitas adalah yang besifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar ke dua aktivtas itu harus berkait (Sardiman, 2007: 100) 4. Hasil belajar Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku pada siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif siswa melalui kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari hasil tes, keaktifan siswa, Lembar Kerja Siswa, yang mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, perencanaan tujuan intruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai oleh siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian (Sudjana, 20008: 3)