BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang

Modul ke: AUDIT INTERNAL. Standar Audit Internal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unit operasi perusahaan, jenis usaha, melebarnya jaringan distribusi, dan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut American Accounting Association, internal audit adalah proses sistematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. concern) dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) (Brigham et al

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan pemeriksa (auditor). Seorang auditor pada mulanya bertindak sebagai

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pedoman Kerja Komite Audit

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

PIAGAM AUDIT INTERNAL

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS. dari buku-buku, yang berkaitan dengan profesionalisme audit internal dan kualitas

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PT KEDAUNG INDAH CAN TBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENGATASI RISIKO PENJUALAN KREDIT

PIAGAM KOMITE AUDIT. 1. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris.

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum dari perusahaan adalah untuk mempertahankan laba agar

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya, perbedaan yang begitu mendasar mengenai pengertian audit

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB II KERANGKA TEORI. American Accounting Association mendefenisikan sebagai proses. kepada pihak yang berkepentingan (Sawyer et al, 2005:8).

yang bertugas melakukan kegiatan pemeriksaaan yang meliputi perencanaan pemeriksaaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit

SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM

DAFTAR ISI...I MUKADIMAH...1 DEFINISI...5 KODE ETIK...6 STANDAR PROFESI...8

Presiden Direktur. Internal Audit. Direktur Keuangan Direktur Produksi Direktur Pemasaran. Manager Produksi. Ass. Manager

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Kuesioner Peranan Controller Dalam Pengelolaan Persediaan Bahan baku Guna Menunjang Kelancaran Proses Produksi. No Variabel independen Ya Ragu-ragu

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB IV. A. Analisis terhadap Pelaksanaan Audit Operasional dalam Kegiatan Operasional

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter) PENDAHULUAN

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INTERNAL AUDIT CHARTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bandung, 14 oktober Kepada Yth, Bapak / Ibu respoden Di tempat

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal 2.1.1 Pengertian Audit Internal Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, penulis mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian Audit Internal. Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004 ; 4) dalam bukunya yang berjudul Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal menyatakan : Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance. Sedangkan menurut Hiro Tugiman (2006 ; 13) mengemukakan pengertian Intenal Audit yang telah ditetapkan oleh IIA Board of Directors pada bulan Juni 1999 sebagai berikut: Internal auditing is an independent appraisal fuction established within on organization to examine and evaluate it s activities as a service to the organization (Reatlif, 1996, P.49 ; Sawyer, 1996, P.5 ; Moeller and witt, 1999, P.1-1). Secara bebas pengertian Audit Internal adalah suatu fungsi independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk melaksanakan pengujian dan mengevaluasi semua aktivitas sebagai bentuk pelayanan kepada organisasi. Selain pengertian di atas Internal audit adalah merupakan bagian dalam perusahaan, yang tugasnya melakukan pemeriksaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, ketaatan terhadap kebijakan 5

6 manajemen puncak yang telah ditentukan serta ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan lain yang berlaku. Audit Internal ditugaskan untuk melaksanakan audit yang dipandang perlu oleh organisasi, yang seringkali disebut sebagai mata dan telinga manajemen dan tugasnya tidak hanya memeriksa kegiatan akuntansi dan keuangan, tetapi juga jenis program lainnya dalam entitas. Audit Internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi. 2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Internal Audit Mengenai tujuan internal audit sebenarnya sudah tersirat dalam definisi itu sendiri, yaitu membantu seluruh anggota manajemen agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif, dengan jalan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan keterangan dari operasi perusahaan yang diperiksanya. Menurut Lawrence B. Sawyer, Mortimer A D., dkk dalam buku Sawyer Internal Auding (2005 ; 32) yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani mengemukakan ruang lingkup audit internal sebagai berikut: Departemen internal audit mampu membantu manajemen dalam : 1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak. 2. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko. 3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior. 4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis. 5. Membantu proses pengambilan keputusan. 6. Menganalisis masa depan - bukan hanya untuk masa lalu. 7. Membantu manajemen untuk mengelola perusahaan. Menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, dkk dalam bukunya Auditing (2000 ; 23) yang diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe mengemukakan ruang lingkup audit internal meliputi tugas-tugas berikut: a. Menelaah reabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam itu.

7 b. Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta menetukan apakah organisasi telah mematuhinya. c. Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan, secara tepat meverifikasi keberadaan aktiva tersebut. d. Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan. e. Menelaah operasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncakan. Sedangkan tujuan audit internal menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, dkk dalam bukunya Auditing (2000 ; 23) diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe yang mengutip dari Statement of Responsibility of Internal Auditor yang diterbitkan oleh IIA sebagai berikut: Tujuan Audit Internal adalah untuk membantu anggota organisasi melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk mencapai tujuan di atas, staf audit internal diharapkan dapat melengkapi organisasi dengan analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi, dan informasi tentang kegiatan yang ditelaah. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang maksimal dari audit internal, perlu diperhatikan faktor kualitas dari auditor internal yaitu harus cakap, terampil, mempunyai pengetahuan yang baik dalam bidang akuntansi, dan memiliki inisiatif yang tinggi. Agar tujuan audit internal itu tercapai, kegiatan audit internal mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Meneliti dan menilai apakah pelaksanaan pengendalian internal di bidang akuntansi dan keuangan dan operasi telah cukup memadai dan memenuhi syarat. 2) Menilai apakah kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan betul-betul ditaati.

8 3) Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam organisasi perusahaan. 4) Menilai mutu atas pelaksanaan dari masing-masing tugas yang telah diberikan kepada masing-masing anggota manajemen. Sedangkan menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004;37) dalam bukunya Standar Profesi Audit Internal mengemukakan: Tujuan, wewenang, dan tanggungjawab fungsi audit internal harus dituangkan dalam suatu charter. Charter audit harus: (a) menjelaskan posisi fungsi audit internal dalam organisasi (b) menyatakan kewenangan fungsi audit internal untuk mendapatkan akses terhadap semua catatan, personil, dan aset perusahaan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugasnya, dan (c) menjelaskan ruang lingkup fungsi audit internal. 2.1.3 Indepedensi dan Objektivitas Internal Audit Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, internal audit bertanggung jawab tidak dalam kapasitas fungsi eksekutif maupun operasi. Bagian ini harus mempunyai wewenang untuk mengkaji dan menilai setiap bagian dalam perusahaan sehingga dalam melaksanakan kegiatannya, auditor internal dapat bertindak seobjektif dan seefisien mungkin. Oleh karena itu pula, sebaiknya auditor internal tidak mempunyai wewenang langsung atas setiap bagian yang akan diperiksa sehingga dapat mempertahankan independensinya dalam organisasi. Sedangkan menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004;41) dalam bukunya Standar Profesi Audit Internal mengemukakan: 1) Auditor internal harus mendapatkan dukungan penuh dari Manajer Senior, Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi, sehingga mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang kooperatif, serta dalam melaksanakan pekerjaannya terbebas dari segala gangguan. 2) Pimpinan fungsi audit Internal bertanggung jawab kepada seseorang (individu) dalam organisasi tersebut yang mempunyai kewenangan untuk meningkatkan independesi audit internal, serta menjamin bahwa dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan kebebasan untuk menentukan cakupan auditnya, bebas mengkomunikasikan hasil audit serta saran perbaikan yang diusulkan. 3) Idealnya Pimpinan Fungsi Audit Internal melapor kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi dan secara administratif juga melapor kepada Direktur Utama.

9 4) Pimpinan fungsi audit internal harus dapat berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi. Komunikasi yang reguler dengan pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi akan meningkatkan saling pengertian diantara mereka. 5) Komunikasi secara langsung bisa dilakukan apabila pimpinan fungsi audit internal secara reguler diikutsertakan dalam rapat pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi dalam mengevaluasi tanggung jawab manajemen tentang masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan audit, pengendalian internal, dan laporan keuangan. 6) Indepedensi akan meningkat apabila pengangkatan dan pemberhetian pimpinan fungsi audit internal dibicarakan lebih dahulu dan disetujui bersama oleh Dewan Direksi. Sedangkan menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, dkk dalam bukunya Auditing (2000 ; 413) yang diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe mengemukakan tentang indepedensi sebagai berikut: Auditor internal menempatkan indepedensi pada tingkat yang paling tinggi. Indepedensi memungkinkan auditor untuk membuat keputusan yang tidak bias dalam memberikan jasa kepada entitas. Karena auditor internal merupakan karyawan penuh waktu dari entitas yang diaudit, maka auditor internal tidak memiliki indepedensi setajam yang dimiliki auditor eksternal. Indepedensi auditor internal diperoleh melalui status organisasi dan obyektivitas. Seluruh auditor internal harus seobyektif mungkin ketika melaksanakan suatu audit, dalam pengertian auditor internal tidak boleh mengurangi pertimbangannya atas suatu masalah audit di bawah pertimbangan lain. Disamping itu, obyektivitas juga dapat menjadi lemah apabila auditor internal melakukan audit atas setiap kegiatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, dkk dalam bukunya Auditing (2000 ; 413) yang diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe mengemukakan sebagai berikut: Faktor-faktor yang dapat mengurangi indepedensi auditor internal meliputi hal-hal berikut ini:

10 a. Siapa yang menetapkan agenda departemen audit internal. b. Apakah ada orang yang dapat menutupi temuan auditor internal. c. Apakah Auditor internal memiliki akses ke komite audit dari dewan direksi tanpa kehadiran manajemen. d. Frekuensi pertemuan antara auditor internal dengan komite audit dewan direksi. e. Apakah rekomendasi auditor internal disampaikan secara tepat waktu. f. Apakah departemen audit internal memiliki kebijakan untuk merotasi pekerjanya diantara berbagai bidang audit. 2.1.4 Program Internal Audit Program audit adalah langkah langkah yang disusun secara rinci yang kemudian dilaksanakan dalam melakukan suatu pekerjaan audit. Agar pelaksanaan audit internal dapat berjalan dengan baik, penyusunan program program audit harus direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, program audit merupakan petunjuk atau pedoman bagi auditor internal dalam melakukan audit, sehingga dapat dicapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Lawrence B. Sawyer, Mortimer A D., dkk dalam buku Sawyer Internal Auding (2005 ; 205) yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani mengemukakan sebagai berikut: Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam mengambil langkah langkah audit tertentu.langkah langkah audit dirancang untuk (1) Mengumpulkan bahan bukti audit dan (2) untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat mengenai efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program tersebut berisi arahan arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit. Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan pekerjaan lapangan. Dalam survei pendahuluan, auditor internal mengidetifikasi tujuan operasi, resiko, kondisi kondisi operasi, dan kontrol yang diterapkan. Dalam pekerjaan lapangan mereka mengumpulkan bahan bukti tentang efektivitas sistem kontrol, efisiensi operasi, pencapaian tujuan, dan dampak resiko terhadap perubahan.

11 Program audit yang disusun dengan baik bisa memberikan banyak manfaat, seperti yang diungkapakan oleh Lawrence B. Sawyer, Mortimer A D., dkk dalam buku Sawyer Internal Auding (2005 ; 206) yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani Sebagai berikut : 1. Memberikan rencana yang sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yang merupakan suatu rencana yang dapat dikomunikasikan dengan baik kepada supervisor audit maupun kepada staf audit. 2. Menjadi dasar penugasan auditor. 3. Manjadi sarana pengwasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit karena memuat waktu audit yang dianggarkan. 4. Memungkinkan supervisor audit dan manager membandingkan apa yang dikerjakan dengan apa yang direncakan. 5. Membantu melatih staf staf yang belum berpengalaman dalam tahap tahap pelaksanaan audit 6. Memberi ringkasan catatan pekerjaan yang dilakukan. 7. Membantu auditor pada audit selanjutnya untuk mengenal lebih dekat jenis jenis pekerjaan audit yang dilakukan dan waktu yang dibutuhkan. 8. Mengurangi waktu supervisi langsung yang dibutuhkan. 9. Menjadi titik awal bagi penilai fungsi audit internal untuk mengevaluasi upaya audit yang telah dilakukan. 2.1.5 Laporan dan Tindak Lanjut Audit Laporan audit internal dibuat setelah selesai melakukan audit. Laporan ini merupakan hal yang penting, karena dalam laporan ini auditor internal menuangkan seluruh hasil pekerjaannya, dan merupakan realisasi tanggung jawab auditor internal untuk menginformasikan hasil pengukuran aktivitas perusahaan, terutama mengenai penilaian pelaksanaan pengendalian internal perusahaan. Pekerjaan auditor internal hanya akan memberikan sedikit manfaat bagi entitas apabila hasilnya tidak dikomunikasikan dengan benar kepada orang-orang yang tepat. Setelah audit diselesaikan, auditor internal harus menyerahkan draft laporan secara tertulis yang setelah direview dan dinyatakan final, selanjutnya laporan hasil pemeriksaan ditandatangani oleh pimpinan bagian internal audit. Standar praktik profesional auditor internal mendorong auditor internal untuk

12 membahas kesimpulan audit serta rekomendasinya dengan tingkat manajemen yang sesuai sebelum menerbitkan laporan akhir. Sebagai contoh, apabila auditor internal mengaudit lokasi cabang, dia harus membahas kesimpulan dan rekomendasinya dengan manager cabang sebelum menerbitkan laporan akhir kepada kantor pusat. Melalui pertemuan dengan tingkat manajemen yang sesuai, auditor internal dapat mengumpulkan lebih banyak bukti tentang validitas temuan, menentukan apakah terdapat kekurangan atau situasi yang tidak biasa, serta menilai pengaruh temuan tersebut. Menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, dkk dalam bukunya Auditing (2000 ; 418) yang diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe mengemukakan sebagai berikut: Laporan audit internal harus objektif dan ditulis dengan jelas. Laporan itu tidak hanya menguraikan ruang lingkup audit dan tujuannya, tetapi juga harus disertai dengan hasil audit. Laporan ini harus disampaikan secara tepat waktu dan bersifat kontruktif berikut rekomendasi untuk peningkatan atau perbaikannya. Laporan itu juga harus memuat kinerja yang memuaskan serta langkah perbaikan. Apabila laporan sudah dikeluarkan, bukan berarti semua tugas auditor internal telah selesai, karena diperlukan suatu tindak lanjut yang berupa evaluasi tindakan tindakan yang diambil sehubungan dengan saran saran dan rekomendasi rekomendasi perbaikan yang ditemukan. Menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, dkk dalam bukunya Auditing (2000 ; 418) yang diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe mengemukakan sebagai berikut: Auditor internal harus menindaklanjuti masalah yang dikemukakan atau rekomendasi yang disampaikan dalam laporan. Audit internal harus menentukan apakah setiap tindakan perbaikan yang diperlukan, yang dinyatakan dalam laporan audit, telah dilakukan atau apakah manajemen menyadari resiko yang terkait dengan tidak dilaksanakannya tindakan perbaikan tersebut.

13 2.2 Persediaan 2.2.1 Pengertian Pesediaan Ada beberapa pendapat yang penulis kutip mengenai pengertian persediaan. Pengertian persediaan menurut Mulyadi (2002 ; 261) sebagai berikut: Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual. Sedangkan menurut Earl K. Stice dkk (2004 ; 653) yang diterjemahkan oleh Palupi Wuriarti dalam buku Akuntansi Intermediate mengemukakan: Persediaan ditujukan untuk barang barang yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini juga ditujukan untuk barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi. Bagi sebagian perusahaan, persediaan merupakan unsur aktiva yang paling berpengaruh dalam operasi perusahaan, yang secara terus menerus harus dibeli, diproduksi dan dijual. Sebagian besar dari sumber daya perusahaan dapat diinvestasikan dalam barang yang dibeli atau diproduksi. Tetapi, kemajuan dalam teknologi informasi telah mendorong perusahaan untuk lebih efisien dalam mengelola tingkat persediaan mereka. Berdasarkan uraian di atas, persediaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Bahan Baku dan bahan pembantu, bahan baku adalah barang barang yang merupakan bahan utama untuk keperluan produksi, sedangkan bahan pembantu atau pelengkap adalah barang barang yang diperlukan sebagai pelengkap dalam proses produksi; 2) Barang dalam proses, yaitu bahan bahan yang telah masuk dalam proses produksi tetapi belum menjadi barang jadi; 3) Barang jadi, yaitu barang barang yang merupakan produk akhir sebagai hasil produksi yang siap jual.

14 2.2.2 Pengendalian Persediaan Barang Jadi Mengingat persediaan barang jadi sangat penting dalam suatu perusahaan khususnya pada perusahaan manufaktur, untuk menjaga kelancaran penjualan dan karena persediaan juga merupakan salah satu unsur aktiva yang berpengaruh dalam operasi perusahaan, ketepatan penerapan sistem pengendalian atas persediaan menjadi sangat dibutuhkan. Pada dasarnya pengendalian persediaan barang jadi akan menyangkut dua aspek, yaitu: (1) pengendalian secara fisik dan (2) pengendalian secara akuntansi. Pengendalian secara fisik, yaitu menyangkut apakah persediaan telah digunakan seefisien mungkin dan pengamanan secara fisik telah dilakukan dengan baik. Sedangkan pengendalian secara akuntansi, adalah menyangkut apakah pembebanan biaya atas persediaan telah dibebankan dengan tepat. Untuk menghindari kekurangan dan koreksi persediaan karena kelemahan pengendalian fisik, atau karena kelemahan pengendalian internal, Willson dan Campbell (1991 ; 449) dalam bukunya Cotrollership yang dialih bahasakan oleh Gunawan Hutahuruk mengusulkan hal sebagai berikut : 1. Memelihara tempat yang aman bagi bahan, semua bahan yang tinggi nilainya harus mendapatkan perhatian yang khusus; 2. Pemindahan bahan dari satu lokasi ke lokasi lain harus dilakukan sesuai dengan persetujuan manajemen, bahan bahan hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bon permintaan yang telah disetujui oleh atasan yang berwenang; 3. Pemisahan tugas sehingga mereka yang menyelenggarakan catatan pembukuan tidak menangani penerimaan ataupun pengeluaran bahan; 4. Mengadakan inventarisasi persediaan secara rotasi dan hasilnya direkonsiliasikan dengan catatan persediaan; 5. Mengharuskan auditor intern untuk melakukan penilaian secara mendalam mengenai sistem pengendalaian persediaan; 6. Menilai dan menganalisa catatan persediaan untuk menetapkan setiap kelemahan yang mungkin terjadi; 7. Mengevaluasi tenaga kerja yang menangani persediaan dan mengecek latar belakang mereka (apabila perlu); 8. Melakukan survei periodik mengenai keamanan persediaan dan mengeliminasi kesempatan berbuat curang.

15 Agar dapat menerapkan pengendalian yang baik terhadap persediaan, sebelumnya harus dilakukan perencanaan yang menyeluruh terhadap persediaan. Dari segi manajemen, perencanaan persediaan barang jadi yang baik harus menghindarkan persediaan yang berlebihan agar dapat meminimalkan biaya yang mengikutinya (carrying costs) seperti: biaya asuransi, resiko kehilangan, pencurian, produk kadarluasa, biaya depresiasi, pajak persediaan, dan lain lain. Selain itu, juga harus dihindari terjadinya kekurangan persediaan barang jadi yang akan menimbulkan resiko terhambatnya penjualan dan bahkan dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan karena membeli barang pengganti dari pesaing. 2.3 Hubungan antara audit internal dengan Pengendalian Persediaan Barang Jadi Bagian Audit Internal mempunyai tanggung jawab kepada pimpinan perusahaan. Tanggung jawab tersebut akan dapat dicapai secara memadai apabila audit yang dilakukannya memperoleh dukungan penuh dari manajemen sehingga para auditor dapat memastikan serta menilai aktivitas yang terjadi dalam perusahaan secara independen. Dengan demikian, akan dapat diketahui pula sampai sejauh mana pengendalian intern atas persediaan barang jadi telah dijalankan oleh bagian yang diberi wewenang sesuai dengan tanggung jawabnya. Fungsi auditor intern dalam pengendalian barang jadi meliputi seluruh aspek yang terkait dengan persediaan, tidak hanya mengecek jumlah persediaan, sistem dan prosedur pengelolaan persediaan, tetapi meliputi hal yang lainnya seperti pencatatan dalam proses akuntansinya. Seperti yang dikemukakan oleh Willson dan Campbell (1991 ; 729) dalam bukunya Controllership yang dialih bahasakan oleh Gunawan Hutahuruk tujuan dilakukannya pemeriksaan intern adalah sebagai berikut: Tujuan pemeriksaan intern bagi sebuah perusahaan yang cukup besar untuk melakukan itu tidak boleh hanya sekedar untuk mengamati dan mengecek persediaan fisik tahunan tetapi juga

16 melaksanakan suatu fungsi yang sangat berguna dalam melakukan pengecekan periodik terhadap catatan catatan untuk: (1) menetapkan kebenaran catatan catatan, (2) Mengevaluasi sistem pengendalian intern, (3) mengecek untuk melihat adanya taat azas kepada prosedur prosedur yang telah ditetapkan. Dari uraian tersebut fungsi auditor intern atas pengendalian persediaan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Melakukan observasi terhadap perhitungan fisik, menyertai akuntan publik dalam melakukan tugasnya, dan melakukan perhitungan secara fisik untuk dibandingkan dengan catatan. 2) Memeriksa dan mengevaluasi jumlah maksimum dan minimum persediaan. 3) Memeriksa ketaatan terhadap prosedur yang berkenaan dengan persediaan 4) Menguji dan menyatakan bahwa catatan itu benar serta melakukan koreksi apabila diperlukan. 5) Menganalisis kebutuhan sehubungan dengan adanya perubahan permintaan secara tiba tiba. Penilaian yang objektif dan independen yang dilakukan oleh internal audit akan menunjang efektivitas pengendalian persediaan barang jadi karena adanya pengamatan dan rekomendasi dari auditor, sehingga pimpinan perusahaan dapat memperoleh informasi yang cepat dan akurat mengenai persediaan barang jadi. Laporan internal audit yang memadai dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan atas pengelolaan persediaan barang jadi, khususnya apabila ada temuan hasil pemeriksaan yang penting dan dapat mempengaruhi terhadap sistem pengelolaan persediaan secara keseluruhan disertai rekomendasi yang bersifat konstruktif yang disampaikan oleh internal audit kepada manajemen untuk ditindaklanjuti.