IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap Kolesterol Daging Ayam Broiler. Hasil pengatamatan kadar kolesterol daging pada ayam broiler pada penelitian dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan Perlakuan T0 T1 T2 T3 T4...mg/dl... 1 103,02 98,44 97,81 103,65 101,98 2 103,86 101,56 95,93 105,53 111,37 3 110,32 106,99 103,02 102,40 99,90 4 102,40 103,23 100,10 98,44 70,07 Rata-rata 104,90±3.66 102,55±3.56 99,22±3.06 102,50±3.00 95,83±17.88 Keterangan : T0 = Tanpa pemberian (TP) T1 = Pemberian susu sapi secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan (SS) T2 = Pemberian susu sapi fermentasi secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan (SSF) T3 = Pemberian susu kedelai fermentasi secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan (SKF) T4 = Pemberian susu sapi fermentasi + susu kedelai fermentasi dengan perbandingan 1 : 1 secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan (SSF+SKF) Berdasarkan hasil analisis secara statistika menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05), akan tetapi hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kolesterol daging ayam broiler, berdasarkan Tabel 7. dapat di lihat rataan kadar kolesterol daging tertinggi hingga terendah berturut-turut T0= 0,00% (104,90 mg/dl), T1= 2,24% (102,55 mg/dl), T3= 2,29 % (102,50), T2= 5,42 % (99,22 mg/dl), T4= 8,65 % (95,83 mg/dl).
Penurunan paling rendah terdapat pada perlakuan T4 (95,83 mg/dl) dan kadar kolesterol tertinggi terdapat pada perlakuan T0 (104,90 mg/dl). Tampak pada perlakuan T2, T3, dan T4 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan T0 dan T1. T4 menghasilkan kadar kolesterol paling rendah yaitu 95,83 mg/dl, bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan T0 nilainya turun sebesar 8,65 %, hal ini disebabkan susu fermentasi dapat memperbaiki keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Daud dkk, 2007). Penurunan kolesterol dalam penelitian ini terjadi karena susu fermentasi yang merupakan salah satu produk probiotik memproduksi enzim Bile Salt Hydrolise (BSH) yang dapat mendekonjugasi garam empedu. BSH mengakibatkan empedu terkonjugasi dan kolesterol terbuang bersama sama dengan feses sehingga menyebabkan kadar kolesterol berkurang (Sunarlim, 2009;Lee dkk, 2009), hal ini mengakibatkan semakin banyak kolesterol yang dibutuhkan untuk mensintesis garam empedu sehingga akan menurunkan kadar kolesterol dan bakteri asam laktat akan mengikat kolesterol sehingga mencegah penyerapan kolesterol kembali ke hati (Lee dkk, 2009). Susu fermentasi menyebabkan terjadinya proses asimilasi kolesterol di dalam usus broiler yang terjadi melalui mekanisme pengambilan kolesterol oleh dinding sel bakteri asam laktat yang kemudian kolesterol tersebut akan berinkorporasi dengan membran sel bakteri sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah kolesterol bebas yang ada di dalam tubuh. Bakteri asam laktat yang teradapat pada susu kedelai fermentasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan daya cerna isoflavon yang terkandung di dalam susu kedelai. Senyawa isoflavon dalam kedelai dapat merupakan zat aktif dari kedelai yang memiliki berbagai aktivitas biologi yang berguna sebagai antioksidan, terbukti berpotensi sebagai anti-kontriksi pembuluh
darah pada konsentrasi 5µg/ml dan juga berpotensi menghambat pembentukan LDL. Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol telah terbukti tidak saja pada ternak percobaan seperti tikus dan kelinci, ayam broiler dan juga pada manusia dan efek yang lebih luas terbukti pula pada perlakuan terhadap tepung kedelai, dimana tidak saja kolesterol yang turun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density lipoprotein). Tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high density lipoprotein) (Amirthaveni danvijayalaksha, 2000). Akibat pengaruh susu kedelai fermentasi, kandungan isoflavon meningkat hal ini karena senyawa isoflavon mengalami transformasi, terutama melalui proses hidrolisa sehingga diperoleh senyawa isoflavon bebas dan adanya aktifitas enzim β-glukosidase dalam bakteri yang dapat menghidrolisis isoflavon menjadi senyawa isoflavon bebas yang di sebut aglikon yang memiliki aktivitas lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol serta mudah diserap oleh tubuh (Larkin dkk, 2009;Ralston 2005). Hasil transformasi lebih lanjut dari senyawa aglikon menghasilkan senyawa yang mempunyai aktivitas biologi lebih tinggi yaitu faktor-2 (6,7,4 -trihidroksi isoflavon), Hal ini ditunjukkan oleh penelitian terdahulu Zilliken (1987) dan (Murata,1985) yang membuktikan bahwa faktor-2 (6,7,4 -trihidroksi isoflavon) mempunyai aktivitas antioksidan dan antihemolitik lebih baik dari daidzein dan genistein dan merupakan senyawa isoflavon yang paling besar pengaruhnya. Mekanisme lain penurunan kolesterol oleh isoflavon diterangkan melalui pengaruh terhadap peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi, yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol.
Senyawa lain yang terdapat dalam susu kedelai fermentasi yang dapat menghambat penyerapan kolesterol adalah flavonoid. Flavonoid juga mampu menghambat aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril CoA yang berperan dalam penghambatan sintesis kolesterol serta enzim actylcoa: Cholesteryl aciltransferase yang berperan dalam penurunan esterifikasi kolesterol pada usus dan hati (Fuhrman dan Aviram., 2001). Perlakuan yang menggunakan kombinasi antara susu sapi dan kedelai fermentasi menunjukkan hasil kolesterol lebih rendah dibandingkan yang menggunakan kedelai fermentasi saja, karena jenis karbohidrat di dalam susu kedelai tidak dalam bentuk laktosa sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh bakteri asam laktat, berbeda dengan susu sapi yang mengandung laktosa di dalamnya oleh sebab itu perlu campuran antara susu sapi dan susu kedelai dalam pembuatan susu fermentasi agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Campuran dari Susu sapi dan susu kedelai fermentasi juga mampu menurunkan kadar kolesterol karena adanya senyawa yang dihasilkan seperti asam-asam lemak rantai pendek dari proses fermentasi produk susu kedelai ataupun akibat dari aktifitas probiotik dari susu sapi fermentasi di dalam saluran pencernaan. Senyawa tersebut akan berkompetisi dengan HMG CoA untuk berikatan dengan enzim HMG CoA reduktase, sehingga sintesis kolesterol akan terhambat (Hardiningsih dan Nurhidayat., 2006).
4.2. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap ph Usus Ayam Broiler. Hasil pengatamatan ph usus pada ayam broiler pada penelitian dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata ph Ileum dan Kolon pada Ayam Broiler Ulangan Perlakuan T0 T1 T2 T3 T4...pH ileum... 1 5,97 6,06 5,9 6,03 5,83 2 6,03 5,98 6,2 5,97 6,16 3 6 6,43 6,11 6,01 6,21 4 5,96 5,86 6,07 6,38 6,06 Rata-rata 5,99±0,03 6,08±0,25 6,07±0,13 6,10±0,19 6,07±0,17...pH Kolon... 1 5,92 6,04 5,96 5,86 5,88 2 6,01 5,54 5,91 6,03 5,82 3 6,12 6,04 6,04 5,88 5,86 4 5,99 5,95 5,97 6,25 5,85 Rata-rata 6.02±0,08 5,89±0,024 5,97±0,05 6,01±0,18 5,85±0,02 Keterangan : T0 = Tanpa pemberian (TP) T1 = Pemberian susu sapi secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan T2 (SS) = Pemberian susu sapi fermentasi secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan (SSF) T3 = Pemberian susu kedelai fermentasi secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan (SKF) T4 = Pemberian susu sapi fermentasi + susu kedelai fermentasi dengan perbandingan 1 : 1 secara force feeding sebanyak 1,25% dari bobot badan (SSF+SKF) Berdasarkan hasil ananlisis statistika diperoleh bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap nilai ph usus ayam broiler baik ph ileum dan ph Kolon. Besar rataan nilai ph pada ileum jika di urutkan nilainya dari yang terendah, maka hasilnya sebagai berikut: T0 (5,99), T2 (6,07), T4 (6,07), T1 (6,08), T3 (6,10), ph saluran pencernaan ayam broiler berkisar antara 3,47 (gizzard) sampai 6,43 (usus halus) (Mabelebele et al., 2013).
Hasil dari penelitian ini menunjukan ph ileum pada ayam broiler hampir seragam hal ini disebabkan pencernaan dalam usus yang berperan adalah pankreas, empedu, dan usus yang mengeluarkan cairan bersifat basa, sebagai syarat utama bekerjanya enzim sebagai katalisator dalam proses pencernaan. Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan bikarbonat yang disalurkan ke dalam duodenum. Bikarbonat didalam usus berfungsi untuk menetralkan keasaman atau ph isi usus, terjadinya perubahan ph yang dapat mempengaruhi keadaan enzim dan ion substrat, perubahan ion hidrogen (ph) merupakan faktor kritis bagi lingkungan enzim, karena terganggunya fungsi Na bikarbonat (NaHCO3) sebagai bufferr untuk menekan terbentuknya ion H + yang berlebihan. Enzim yang dihasilkan oleh pankreas terutama berfungsi untuk mencerna protein. Selain itu, duodenum juga menerima cairan empedu yang dihasilkan oleh hati melalui kantong empedu. Hasil pencernaan dari duodenum tersebut kemudian diteruskan ke bagian segmen berikutnya yaitu kebagian jejunum yang terletak diantara duodenum dan ileum, kemudian masuk kedalam Ileum yang merupakan bagian terakhir dan terpanjang dari usus halus, pada bagian ini dikeluarkan pula cairan pahit atau cairan empedu yang dihasilkan oleh hati, berguna untuk mencerna lemak dalam usus halus sehingga berpengaruh dalam ph pada ileum. Hyden (2000) juga melaporkan bahwa asam laktat adalah salah satu acidifier yang dapat mempertahankan ph saluran pencernaan dan menciptakan kondisi ph yang sesuai untuk pencernaan zat makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan, menekan mikroba patogen dan meningkatkan pertumbuhan mikroba yang menguntungkan. Kondisi tidak asam pada ileum broiler dapat juga di karenakan dalam pemberian asam laktat dalam bentuk cair sebelum mencapai usus halus sudah tercampur dengan bahan pakan yang lain dan di daerah mulut
sudah terjadi reaksi mekanik yang kemudian dilanjutkan pada daerah gizzard dan proventrikulus yang sudah terjadi reaksi enzimatis sehingga akan mengurangi kerja dari asam laktat. ph kolon pada ayam broiler yang diberikan perlakuan menunjukan tidak berpengaruh nyata. Besar rataan nilai ph pada kolon menunjukan nilai yang hampir seragam hasilnya sebagai berikut: T0 (6,02), T1 (5,89), T2 (5,97), T3 (6,01), T4 (5,85) hasil penelitian ini menunjukan nilai ph kolon tidak berpengaruh nyata terhadap ph kolon karena ph masih dalam kondisi normal, kolon yang berada setelah usus halus memungkinkan nutrisi digesta telah banyak berkurang. Nutrisi pada digesta telah berkurang karena proses absorbsi pada usus halus yang dibantu oleh enzim. Penyerapan berbagai jenis makromineral dan nutrisi penting yang ada pada pakan di dalam usus halus menyebakan nutrisi ketika sampai pada kolon sudah berkurang. Matin dkk. (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pada usus halus terjadi penyerapan jenis makro mineral. Mitchell and Lemme (2008) menjelaskan bahwa dalam usus halus terjadi penyerapan asam amino dan glukosa. Berdasarkan anatomi saluran pencernaan ayam, dimungkinkan kandungan karbohidrat dan protein digesta pada sekum telah berkurang. Kandungan nutrisi digesta yang telah berkurang pada kolon mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat (sumber energi dan bahan pembentuk asam laktat) dan protein (penyusun bagian sel) untuk tumbuh (Azizah dkk, 2012). Karbohidrat dan protein yang ada pakan telah diserap oleh usus halus sehingga pada kolon jumlah bakteri asam laktat berkurang menyebabkan kondisi ph pada kolon tidak berpengaruh. Nilai ph yang seragam pada ileum dan kolon disebabkan oleh dosis pemberiaan probiotik yang kurang sehingga menyebabkan
kondisi asam yang di harapkan tidak terjadi. Beberapa hasil penelitian terdahulu menyatakan probiotik yang digunakan dalam penelitiannya mengandung mikroorganisme mampu menghasilkan asam laktat dapat menghasilkan ph rendah sehingga menimbulkan suasana asam pada usus dan bahwa Lactobacillus sp dapat memetabolis karbohidrat menjadi asam laktat yang mengakibatkan suasana usus menjadi asam, sehingga bakteri patogen tidak dapat bertahan di dalam usus hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini di karenakan jumlah dosis dan cara pemberian probiotik yang berbeda.