BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

dokumen-dokumen yang mirip
A = log P dengan A = absorbans P 0 = % transmitans pada garis dasar, dan P = % transmitans pada puncak minimum

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

LAMPIRAN A SKEMA KERJA PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

3. Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

Y ij = µ + B i + ε ij

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III. METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Aktivitas Antibakteri Kitosan Kulit Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Terhadap Bakteri Kontaminan Bakso Ikan Tuna (Thunnus Sp.)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

III. METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Nopember 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB, dan Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain neraca analitik, FTIR jenis Perklin Elmer seri SpectrumOne, viskometer Ostwald, ph meter, cawan petri, mikropipet, pengaduk magnet, inkubator, autoklaf. Bahan-bahan yang digunakan adalah kitosan A (merupakan kitosan niaga dari Bratako dengan DD 70.15% dan BM 3.10 5 g/mol (hasil karakterisasi Wahyono (2009)), NaOH, asam asetat 1% (PT. Kalbe Farma), Bakteri Staphylococcus aureus (ATCC 25923) dan Escherichia coli (ATCC 25922), Nutrient agar (NA), NaCl, Standar Mc Farland (BaCl 2 dan H 2 SO 4 ). Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : (1) hidrolisis kitosan A dengan penambahan NaOH dihasilkan kitosan B, (2) karakterisasi kadar air, kadar abu, viskositas, BM, dan DD kitosan, (3) uji aktivitas antibakteri kitosan dengan metode difusi sumur agar terhadap bakteri S. aureus dan E. coli, dan (4) menentukan KHM kitosan sebagai antibakteri. Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH Hidrolisis kitosan A dilakukan dengan menambahkan NaOH 50% (Prasetyaningrum 2007). Sebanyak 50 g kitosan A ditambahkan 500 ml NaOH, dan diaduk selama 1 jam pada suhu 100ºC. Residu kemudian dicuci dengan aquades sampai ph netral dan dikeringkan dalam oven bersuhu 60ºC selama 4 jam. Kitosan yang dihasilkan kemudian dinamakan kitosan B.

Karakterisasi Kitosan A dan B Penentuan kadar air (AOAC 1999) Kadar air kitosan ditentukan dengan metode gravimetri. Sebanyak 1 g kitosan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya, kemudian cawan beserta isinya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dan penimbangan dilakukan secara triplo sampai diperoleh bobot konstan. Penentuan kadar abu (AOAC 1999) Kadar abu kitosan ditentukan dengan metode gravimetri. Cawan porselen dibersihkan dan panaskan dalam tanur untuk menghilangkan sisa kotoran yang menempel pada cawan, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 0,5 g kitosan dimasukkan ke dalam cawan tersebut dan dipanaskan sampai tidak berasap, kemudian dibakar dalam tanur pengabuan dengan suhu 600ºC sampai diperoleh abu warna putih. Setelah itu, cawan beserta isinya didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Uji viskositas dan penentuan BM kitosan (Tarbojevich & Cosani 1996) Bobot molekul kitosan ditentukan dengan menggunakan metode viskometri. Sebanyak 0.1 g kitosan dilarutkan dalam 100 ml asam asetat 0.5 M, kemudian diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam viskometer Ostwald-Cannon- Fenske untuk ditentukan waktu alirnya. Pengukuran juga dilakukan untuk beberapa konsentrasi lainnya dan waktu alir dibaca sebanyak 3 kali ulangan. Viskositas relatif : Viskositas spesifik : Viskositas kinematik :

Dimana k kin : koefisien kinematik viskometer Ostwald (0,009671 cst perdetik) Viskositas intrinsik: Bobot molekul kitosan dihitung menggunakan persamaan Mark-Houwink : Nilai Keterangan t : waktu alir zat T o : waktu alir pelarut η : viskositas zat η o : viskositas pelarut M : bobot molekul zat Derajat Deasetilasi Kitosan (Moore dan Robert 1977) Penentuan DD kitosan A dan B dengan metode base line menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared). Sebanyak ±2 µg kitosan A dan B masingmasing dibuat pelet dengan KBr 1%, kemudian dilakukan penyusuran pada daerah frekuensi antara 4000-400 cm -1. Contoh cara penentuan DD dari spektrum FTIR seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Puncak tertinggi dicatat dan diukur dari garis dasar yang dipilih. Nilai absorbansi dihitung dengan menggunakan rumus : Gambar 4 Penentuan derajat deasetilasi dengan metode base line

Perbandingan antara absorbansi pada ν = 1655 cm -1 (serapan pita amida I) dengan absorbansi pada ν = 3450 cm -1 (serapan gugus hidroksil). Deasetilasi kitin yang sempurna (100%) diperoleh nilai A 1655 = 1,33. Pengukuran nilai absorbansi pada puncak yang terkait derajat N-deasetilasi dapat dihitung dengan rumus: Uji Aktivitas Antibakteri Pengujian antibakteri yang dilakukan menggunakan metode difusi sumur agar, meliputi beberapa tahap sebagai berikut: (1) persiapan media, yaitu media agar miring dan media agar untuk uji, (2) persiapan inokulum berupa suspensi bakteri, (3) uji aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus, dan (4) penentuan KHM. Persiapan media Media untuk pertumbuhan bakteri ini adalah NA (Bacto Nutrient Agar Dehydrated- DIFCO), dengan formula per liter berupa beef extract 3 g, pepton 5 g, dan agar 15 g. Media NA dimasak dalam erlenmeyer sebelum dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan cawan petri. Sterilisasi pada 115ºC selama 20 menit menggunakan autoklaf. Media NA sebanyak 20 ml untuk tiap petri dan sebanyak 6 ml pada setiap tabung reaksi untuk media agar miring. Sebelum dilakukan pengujian, semua alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada alat yang dapat mengganggu pengujian. Persiapan inokulum Mikroba uji ditumbuhkan dalam agar miring, inkubasi selama 18-24 jam suhu 37ºC. Selanjutnya mikroba uji disuspensikan dalam NaCl 8,5% sampai diperoleh kekeruhan sebanding dengan standar McFarland 10 5 cfu/ml. Suspensi bakteri yang digunakan adalah 100 µl untuk masing-masing petri.

Uji aktivitas antibakteri metode sumur agar Kitosan A dan B masing-masing dilarutkan dalam asam asetat 1% hingga diperoleh konsentrasi kitosan 10.000 ppm, kemudian dilakukan pengenceran bertingkat dengan akuades hingga konsentrasinya mencapai 5000, 2500, 1250, dan 625 ppm. Pada tiap cawan petri ditempatkan 20 ml NA dan 100 µl suspensi bakteri uji, kemudian digoyang-goyang hingga homogen. Media dibiarkan memadat, setelah itu dibuat sumur berukuran 6.5 mm yang dilakukan secara steril. Sampel yang ditambahkan pada tiap lubang sebanyak 50 µl dan pengerjaan dilakukan triplo. Masing-masing cawan petri diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam kemudian diameter zona bening yang terbentuk diamati dengan menggunakan jangka sorong. Kontrol positif digunakan amoksisilin 100 ppm, sedangkan kontrol negatif digunakan asam asetat dengan konsentrasi yang sama dengan kitosan. Penentuan konsentrasi hambat minimal Konsentrasi hambat minimal kitosan A dan B ditentukan dengan metode difusi sumur agar menggunakan media agar dengan jumlah inokulum 10 5 CFU/mL. Konsentrasi kitosan secara pengenceran bertingkat, yaitu 5000, 2500, 1250, 625, 312.5, dan 156.25 ppm. Diameter zona bening diukur dengan jangka sorong, dan pada zona bening terkecil yang terbentuk merupakan KHM kitosan.