BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

ED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1

BAB II LANDASAN TEORI. BPRS atau yang dulu dikenal sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2008:2) sistem akuntansi pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG KOTA MALANG

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Novi Ria Rahmawati.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dari kata

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

EVALUASI KESESUAIAN PSAK 102 (AKUNTANSI MURABAHAH) DENGAN MERUJUK KEPADA AL-QURAN, HADIST DAN IJMA ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya. beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum. Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian:

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )

RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA HASIL PEMBAHASAN. saya akan membahas perlakuan akuntansi pendapatan atas pembiayaan murabahah

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap Pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk. Abstrak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis Perlakuan Akuntansi Syariah Untuk Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Serta Kesesuaiannya Dengan Psak No. 102, Dan 105 penelitian ini dititik beratkan pada jenis pembiayaan yang mendominasi di Bank Muamalat Cabang Pekanbaru yaitu pembiayaan murabahah dan mudharabah yang diatur dalam PSAK No.102 tentang Akuntansi Murabahah dan PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, hasil penelitian yaitu Bank Muamalat Cabang Pekanbaru belum sepenuhnya dapat menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102 dan 105 tentang Akuntansi Murabahah dan mudharabah. Penelitian yang dilakukan oleh Bastian (2015) tentang Analisis Perlakuan Akuntansi Murabahah Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang penelitian ini membahas tentang perlakuan akuntansi akad murabahah dan memberikan rekomendasi perlakuan akuntansi murabahah sesuai PSAK 102 Tahun 2007 di PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang. Metode penelitian kualitatif deskriptif digunakan untuk menjabarkan proses pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah. hasil penelitian menunjukkan perlakuan akuntansi murabahah di BRI Syariah Cabang Kota Malang tidak mematuhi PSAK 102 Tahun 2007 dan PSAK 102 Revisi Tahun 6

7 2013. Perilaku BRI Syariah Cabang Kota Malang yang memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk memperoleh persediaan murabahah dan mengukur keuntungan murabahah menggunakan metode anuitas adalah dua perlakuan akuntansi yang diatur PSAK 55. Penelitian yang dilakukan Marcela dan Sululing (2015) tentang Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk penelitian ini membahas tentang kesesuaian penerapan akuntansi murabahah terhadap pernyataan standar akuntansi keuangan nomor 102 pada bank syariah mandiri, penelitian ini termasuk jenis penelitian terapan, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102 tentang Akuntansi Murabahah. Di dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah, Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. B. Landasan Teori 1. Pengertian pembiayaan Pembiayaan adalah aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif, menguntungkan dan dikelola oleh anggota yang jujur dan bertanggung jawab (Sumiyanto, 2008: 165). a. Pembiayaan Produktif. Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik

8 usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut: 1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atu mutu hasil produksi. b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) b. Pembiayaan Konsumtif. Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kousumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. c. Berdasarkan dari segi unsur balas jasa pembiayaan atau mekanisme pengambilan keuntungan, operasional pembiayaan dibagi dalam dua jenis pembiayaan yaitu pembiayaan secara Konvensional dan pembiayaan secara Syariah sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2011:52) seperti berikut: 1) Pembiayaan Konvensional Pembiayaan Konvensional merupakan kegiatan pe-nyaluran dana kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Bank Kovensional, dalam Perbankan Konvensional, pembiayaan lebih dikenal dengan istilah

9 Kredit atau Pinjaman. Kasmir (2008:96) mengemukakan Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam upaya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya maka Bank berupaya untuk dapat menyalurkan kredit kepada Masyarakat yang membutuhkan dana (defisit spending unit). Dalam penyaluran kredit tersebut pihak Bank akan membebankan bunga kepada Masyarakat yang menggunakan kredit dari Bank tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Martono (2007:55) Bunga kredit adalah suatu jumlah ganti rugi atau balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah. Bunga kredit merupakan balas jasa yang sangat diharapkan oleh Bank dari semua produk pembiayaan yang ditawarkannya. Bunga memegang peran penting dalam upaya Bank dalam menghasilkan laba. Menurut Firdaus dan Ariayanti (2009:4) Apabila pemberian kredit berjalan baik (lancar) maka bunga kredit dapat mencapai 70% sampai 90% dari keseluruhan pendapatan Bank. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bunga kredit merupakan tulang punggung aktivitas Bank Konvensional, semakin lancar penerimaan bunga kredit atau pembiayaan yang didapat oleh Bank akan dapat menjamin pergerakan Bank selanjutnya.

10 2) Pembiayaan Syariah Pembiayaan Syariah merupakan kegiatan penyaluaran dana yang dilakukan Bank Syariah yang berprinsip pada konsep Perbankan Syariah atau Perbankan Islam yang didasari oleh larangan agama islam untuk meminjamkan dan dengan mengharap kan keuntungan yang berupa bunga sebagaimana yang di kemukakan oleh Antonio (2011:41) riba merupakan penambahan atas harta pokok karena unsur waktu. Dalam dunia Perbankan, hal tersebut dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman yang hal ini biasanya di lakukan oleh Perbankan Konvensional. Kasmir (2008:96) mengemukakan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Selain itu didalam Perbankan Syariah istilah kredit atau pinjaman tidak dapat digunakan untuk menjelaskan kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh Bank Syariah. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan pernyataan diatas. Pertama, pinjaman hanyalah salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Masih banyak metode lain yang diajarkan oleh Syariah seperti jual beli, bagi hasil, sewa dan lain-lain. Kedua, pinjaman dalam konteks Islam adalah akad sosial, bukan akad

11 komersial. Artinya apabila Bank memberikan pinjaman, nasabah tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Bank Syariah sebagai lembaga komersial yang mengharapkan keuntungan, tentu saja tidak dapat melakukan hal ini. Bank Syariah dapat melakukan jual beli dimana Bank Syariah boleh mengambil keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli sesuai dengan akadnya. Selain itu Bank Syariah juga dapat melakukan bagi hasil, sewa, ataupun jenis jasa-jasa keuangan lainnya. Bank Syariah tidak menggunakan istilah pinjaman atau kredit, melainkan pembiayaan (financing). Pembiayaan adalah transaksi dalam Perbankan Syariah yang merupakan bentuk penyaluran dana ke sektor riil. Perbedaan utama dengan kredit terletak pada konsep bunga. Prinsip ekonomi Islam mengkategorikan bunga sebagai riba dan hukumnya haram. Pembiayaan menggunakan konsep profit and loss sharing atau bagi hasil. Besarnya bagian tergantung pada perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Berdasarkan prinsip syariah pembiayaan dibagi menjadi tiga: a) Sewa guna usaha dilakukan berdasarkan 1. ijarah, adalah akad sewa menyewa 2. ijarah muntahiyah bittamlik adalah sewa yang diakhiri pemindahan kepemilikan

12 b) Anjak piutang 1. Wakalah bil ujrah adalah akad untuk pemberian asuransi c) Pembiayaan konsumen 1. Murabahah, adalah akad jual beli dengan menjelaskan biaya perolehan pada pembeli. 2. Salam, adalah akad jual beli namun pembayaran dilakukan di muka. 3. Itishnah adalah akad jual beli berdasarkan pesanan. 2. Murabahah Pengertian Murabahah Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu. Definisi lain murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. (Muhammad, 2009:57) Dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian (KPP). (Muhammad, 2009:57) Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan

13 sesuai jumlah tertentu. Dalam akad murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual. Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan, seperti yang dikemukakan oleh (Ismail 2013 :138). Sedangak menurut Menurut Nurhayati, (2011 :168) Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. a. Dasar Hukum Murabahah 1) Al-Qur an: (Q.S. al-baqarah (2): 275) Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Q.S. an-nisa (4): 29) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 2) Hadits: Dari Shaleh bin suhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (H.R Ibnu Majah).

14 b. Rukun dan syarat murabahah Rukun murabahah dalam perbankan adalah sama dengan fiqih dan hanya dianalogikan dalam pratek perbankannya. 1) Penjual (Ba i) dianalogikan sebagai bank 2) Pembeli (Musytari) dianalogikan sebagai nasabah 3) Objek Jual Beli (Mabi ) Adanya barang yang akan diperjual belikan merupakan salah satu unsure terpenting demi suksesnya transaksi. Contoh: alat komoditas transportasi, alat kebutuhan rumah tangga dan lain lain. 4) Harga (Tsaman) merupakan unsur penting yang harus ada, dianalogikan seperti pricing atau plafond pembiayaan. 5) Ijab Qabul Para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak, kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab qobul yang dilangsungkan. Menurut mereka ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dan transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli, akad sewa, dan akad nikah. Menurut (Mujahidin, 2010: 159 ) c. Syarat pembiayaan murabahah Menurut pendapat Wahbah al-zuhailiy 1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. Bank harus memberitahu secara jujur berkaitan dengan harga pokok pem-biayaan dan harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

15 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba. Transaksi yang dilandaskan dengan hukum islam merupakan syarat utama dalam pembiayaan diperbankan syari ah. Usaha yang halal merupakan satu satunya transaksi yang dilakukan bank islam. 4) Penjual harus menjelaska pada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesuai pembelian. Maka bank harus menjelaskan kualitas barang yang akan diperjual belikan, baik dari segi fisik dan kelayakan nilai suatu barang agar mendapat kepuasan pembelian yang dilakukan oleh nasabah. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4), (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual c) Membatalkan kontrak d. Karakteristik pembiayaan murabahah Berikut karakteristik pembiayaan murabahah menurut PSAK No. 102 Tahun 2013 adalah :

16 1) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. 2) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. 3) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. 4) Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan. 5) Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu merupakan hak pembeli. 6) Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi: a) diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang; b) diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang;

17 c) komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang. 7) Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. 8) Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual dan/atau aset lainnya. 9) Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli. 10) Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda

18 11) Diperuntukkan sebagai dana kebajikan. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli: a) melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau b) melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati. 12) Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika pembeli: a) melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau b) mengalami penurunan kemampuan pembayaran. e. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Menurut PSAK 102 1) Pengakuan Dan Pengukuran Persediaan yang dimiliki oleh penjual dinilai sebesar biaya atau harga perolehannya. Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset hingga aset tersebut siap untuk dijual atau digunakan. PSAK 102 secara jelas menyebutkan bahwa penjual harus memiliki akun persediaan dalam mencatat perolehan aset murabahah. Setelah persediaan tersebut berada di tangan penjual, penjual harus mengukur nilai persediaan berdasarkan jenis transaksi murabahah. Pengukuran persediaan murabahah pesanan mengikat berdasarkan a) dinilai sebesar biaya perolehan,

19 b) jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut dicatat sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jurnalnya adalah: Beban Penurunan Nilai Persediaan Persediaan Murabahah Sedangkan untuk pengukuran persediaan murabahah dengan pesanan tidak mengikat atau tanpa pesanan berdasarkan a) nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dengan nilai bersih yang dapat direalisasi dan b) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah daripada harga perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jurnalnya adalah: Kerugian Penurunan Nilai Persediaan Persediaan Murabahah Terkait dengan diskon pembelian aset murabahah, pengakuannya adalah: a) mengurangi harga perolehan aset murabahah, bila terjadi sebelum akad murabahah; b) menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad disepakati menjadi hak pembeli; c) menambah keuntungan murabahah, bila terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual; d) menambah pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.

20 kewajiban kepada pembeli di atas akan dihapus saat dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar diskon pembelian dikurangi biaya pengembalian. Penjual memindahkannya sebagai dana sosial jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual. Ketika terjadi penjualan persediaan kepada pembeli, penjual mengakui adanya penerimaan kas untuk penjualan tunai atau pengakuan piutang murabahah untuk penjualan tangguh. Nilai kas atau piutang ini sebesar harga perolehan persediaan ditambah keuntungan yang disepakati. Penjual mengakui nilai bersih piutang yang dapat direalisasi pada akhir periode laporan keuangan. Jurnalnya adalah: Kas/Piutang Murabahah Persediaan Murabahah Pendapatan Margin Murabahah Penjual mengakui keuntungan murabahah a) saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun dan b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk pembayaran tangguh. Metode pengakuan keuntungan untuk kejadian kedua adalah, a) saat penyerahan barang murabahah jika risiko penagihan kas dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil. Jurnal penyerahan aset adalah:

21 Piutang Murabahah Persediaan Murabahah Pendapatan Murabahah b) diakui proporsional sesuai besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah jika risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan atau beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif besar juga. Pengukuran proporsional diperoleh dari persentase margin dan persentase harga perolehan dikalikan kas yang berhasil ditagih. Jurnal penyerahan aset dan pembayaran angsuran piutang adalah: Piutang Murabahah Persediaan Murabahah Pendapatan Murabahah Tangguhan Kas Pendapatan Murabahah Tangguhan Piutang Murabahah Pendapatan Murabahah c) diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih jika risiko piutang tidak tertagih dan atau beban pengelolaan piutang besar. Jurnal saat penyerahan aset dan pelunasan akhir piutang adalah: Piutang Murabahah Persediaan Murabahah Pendapatan Murabahah Tangguhan

22 Kas Pendapatan Murabahah Tangguhan Piutang Murabahah Pendapatan Murabahah Penjual mengakui potongan piutang murabahah karena dua hal, yaitu disebabkan pembeli melunasi piutang tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati dan disebabkan pembeli mengalami penurunan kemampuan pembayaran. Kasus pertama, penjual mengakuinya sebagai pengurang keuntungan murabahah, sedangkan pada kasus kedua diakui sebagai beban penjualan murabahah. Pemberian potongan piutang saat pelunasan akan mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah. Jurnalnya adalah: Kas Pendapatan Murabahah Piutang Murabahah sedangkan jurnal untuk mengakui potongan piutang setelah pelunasan adalah: Kas Pendapatan Murabahah Piutang Murabahah Beban Lain-Lain Potongan Murabahah Kas/Utang Lain-Lain Potongan Murabahah

23 Pada satu kasus, pembeli akan memberikan uang muka sebagai jaminan pelunasan piutang murabahah. Uang muka mempunyai dua pengertian yaitu sebagai hamish gedyyah, dimana uang muka sebagai tanda serius memesan, bila batal maka kerugian diambil dari pembayaran ini, kedua adalah urboun, dimana uang muka dianggap sebagai pemotong harga jual murabahah namun jika batal menjadi hak penjual (Wiroso, 2011). Uang muka sesuai Fatwa DSN MUI adalah hamish gedyyah, meskipun di lapangan lebih dikenal sebagai urboun. Saat pembeli menyerahkan uang muka, jurnalnya adalah: Kas Utang Lain-Lain Uang Muka Murabahah Saat pembeli membeli barang, jurnalnya adalah: Utang Lain-Lain Uang Muka Murabahah Piutang Murabahah Piutang Murabahah Pendapatan Murabahah Tangguhan Persediaan Murabahah Saat pembeli membatalkan pembeli, jurnalnya adalah: Beban Lain-Lain Murabahah Utang Lain-Lain Uang Muka Murabahah Kas

24 Apabila pembeli melanggar akad yakni lalai dalam melaksanakan kewajibannya, penjual dapat mengenakan denda sesuai kesepakat-an di awal. Denda tersebut harus diakui sebagai penambah dana sosial atau kebajikan. Jurnalnya adalah: Kas Dana Kebajikan Pendapatan Denda Dana Kebajikan Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk pembeli : Pembeli mengakui pembelian aset murabahah secara tunai dan tangguhan. Perbedaan antara akuntansi sisi penjual dan pembeli adalah pembeli mengakuisisi penerimaan aset murabahah, mengakui beban murabahah, dan utang murabahah. Saat pembayaran angsuran utang murabahah, pembeli mengurangi nilai akun utang murabahah dan beban murabahah sesuai metode pengakuan pembayaran utang murabahah. Begitu pula dengan perlakuan akuntansi seperti denda pembayaran yang mengakui adanya kerugian pada pengeluaran kas. DSAS IAI dalam PSAK 102 (2013) menjelaskan hal-hal yang perlu disajikan dalam transaksi murabahah sebagai berikut: a) piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. b) margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang piutang murabahah.

25 c) beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang utang murabahah. f. PSAK 102 (2013) Akuntansi murabahah DSAS IAI menerbitkan PSAK 102 Revisi pada tanggal 30 September 2013. PSAK 102 edisi revisi ini bertujuan untuk memberikan petunjuk praktis dari buletin teknis nomor 9 yang diterbitkan DSAS IAI sebelumnya. Perubahan ketentuan dalam PSAK 102 (2013) ini meliputi: kriteria transaksi murabahah yang merupakan pembiayaan, dan perlakuan akuntansi murabahah yang merupakan pembiayaan murabahah. Perlakuan akuntansi untuk pembeli tidak dilakukan revisi. PSAK 102 Tahun 2013 ini secara substansi membahas mengenai dua hal utama yakni jenis murabahah dan pengakuan pendapatan murabahah. Jenis murabahah yang diakui oleh DSAS IAI melalui PSAK ini adalah murabahah yang merupakan jual beli, dimana pelaku transaksi melakukan perlakuan akuntansinya sesuai PSAK 102 Tahun 2013 dan murabahah yang merupakan pembiayaan berbasis jual beli dengan menggunakan PSAK 50, 55, dan 60 sebagai acuan perlakuan akuntansinya. Pengakuan pendapatan murabahah jual beli berbasis risk and reward dan diatur dalam PSAK 102 Tahun 2013, sedangkan pembiayaan murabahah yang menggunakan imbal hasil efektif dalam pengakuan keuntungannya harus mengacu pada PSAK 50, 55, dan 60.

26 Perlakuan akuntansi penjual secara garis besar menyerupai dengan PSAK 102 Tahun 2013, sesuai dengan penjelasan di atas, entitas wajib menilai satu per satu jenis transaksi murabahah yang dilakukan untuk mengakui dan mengukur nilai pendapatan murabahah-nya. Guna memenuhi tujuan penilaian jenis transaksi murabahah, penjual wajib mengidentifikasi risiko kepemilikan persediaannya. Jika penjual memiliki risiko kepemilikan persediaan yang tidak signifikan, maka tidak terekspos risiko sebagai penjual, sehingga dikategorikan sebagai pelaku pembiayaan. Sebaliknya, penjual yang memiliki risiko signifikan atas persediaan maka dikategorikan sebagai penjual yang melakukan jual beli murabahah. Penyajian akuntansi murabahah disesuaikan dengan perilaku penjual. Penjual yang memiliki risiko persediaan maka mereka menggunakan penyajian yang diatur dalam PSAK 102 (2013), sedangkan mereka yang tidak memiliki risiko persediaan akan mengikuti peraturan dalam PSAK 50, 55, dan 60. Pengungkapan yang wajib disajikan oleh penjual adalah risiko terkait dengan kepemilikan persediaan antara lain: 1) risiko perubahan harga persediaan; 2) keusangan dan kerusakan persediaan; 3) biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan; 4) risiko pembatalan pesanan pembelian secara sepihak.