BAB V PEMBAHASAN PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi memiliki komitmen tinggi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada seluruh komponen pada proses kerja. Seperti halnya dengan PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M- Cileduk Paket Kapten Tendean sangat memperhatikan aspek K3 dari seluruh proses kerja. Komitmen untuk melaksanakan K3 ini dilakukan perusahan untuk memenuhi Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Penerapan K3 pada seluruh proses kerja meliputi baik tahapan proses kerja, tenaga kerja, lingkungan, dan peralatan. Hal tersebut dikarenakan seluruh proses kerja tentunya akan saling terkait antara komponen-komponen tersebut di atas. Dalam penerapan K3 di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M-Cileduk Paket Kapten Tendean sendiri mengacu pada peraturan dan undang-undang Republik Indonesia dan standar-standar internasional terkait K3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, penerapan K3 alat berat khususnya Launcher Gantry di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M-Cileduk Paket Kapten Tendean mengacu pada peraturan pemerintah yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut. 68
69 Seluruh alat berat yang digunakan di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M-Cileduk Paket Kapten Tendean haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I seperti alat berat harus memiliki Surat Ijin Alat (SIA) dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mana telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB VII PENGESAHAN Pasal 135 ayat (1) yang berbunyi: Setiap pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan dan atau perbaikan teknis pesawat angkat dan angkut harus mendapat pengesahan dari Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya; Sebelum mengoperasikan alat, PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M-Cileduk Paket Kapten Tendean harus memperpanjang terlebih dahulu SIA ke Disnaker setempat, dimana saat pengajuan permohonan perpanjangan SIA melampirkan beberapa dokumen terkait alat yang mana sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB VII PENGESAHAN Pasal 135 ayat (2) yang berbunyi: permohonan dimaksud ayat (1) harus mangajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya dengan melampirkan: 1. Gambar konstruksi dan instalasi serta sistem pengamannya dengan skala sedemikian rupa sehingga cukup jelas dan terang; 2. Sertifikat bahan dan sambungan-sambungan konstruksinya; 3. Perhitungan kekuatan konstruksi dari bagian-bagian yang penting.
70 Launcher gantry yang ada di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M-Cileduk Paket Kapten Tendean dioperatori oleh orang dari subkontraktor CV Pancang Sakti Citra Perkasa. Operator launcher gantry digolongkan ke dalam operator kelas I. Untuk operator sendiri sudah memiliki Surat Ijin Operator (SIO) sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut BAB II Kualifikasi dan Syarat-Syarat Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut Bagian Kesatu Operator Pesawat Angkat dan Angkut Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi: Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya. Selain itu operator juga dibantu oleh seorang signal man yang akan membantu operator mengarahkan alat dimana antara operator dengan signal man mengerti satu sama lain akan sandi yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB III PERALATAN ANGKAT Pasal 18 yang berbunyi: Menaikkan, menurunkan dan mengangkat muatan dengan pesawat pengangkat harus diatur dengan sandi isyarat yang seragam dan yang benar-benar dimengerti. Salah satu regulasi di Indonesia yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam pasal 7 ayat (2) (a) (1) yang berbunyi: (2) Dalam menyusun
71 kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling sedikit harus melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa perusahaan minimal harus melakukan identifikasi potensi bahaya penilaian dan pengendalian risiko. Hal tersebut telah sesuai dengan pelaksanaan pembuatan JSA di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M-Cileduk Paket Kapten Tendean. Seperti pada pekerjaan install launcher gantry dan pelaksanaan erection segmental box girder di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M-Cileduk Paket Kapten Tendean sebelumnya telah dibuat JSA masing-masing untuk penerapan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang juga merupakan wujud pemenuhan terhadap OHSAS 18001: 2007 BAB 4.3 subbab 4.3.1 tentang Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian yang berbunyi: Organisasi harus membuat, menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, penetapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk mengidentifikasi bahaya harus memperhatikan aktifitas rutin dan tidak rutin. Seluruh peralatan yang akan digunakan di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean-Blok. M- Cileduk Paket Kapten Tendean haruslah dilakukan pemeriksaan terhadap alat yang biasa disebut sebagai special inspection. Inspeksi pada launcher gantry dilakukan dengan memeriksa semua komponen launcher gantry. Dalam
72 pemeriksaan launcher gantry tim HSE mengacu pada checklist peralatan standar dari pembuat yaitu Comtec. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB VIII PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN Pasal 138 ayat (1) yang berbunyi: Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan; Pelaksanaan ispeksi launcher gantry dilakukan oleh tim HSE dengan didampingi oleh pegawai dari PJK3 yang telah ditunjuk oleh Disnaker. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB VIII PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN Pasal 138 ayat (5) yang berbunyi: Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain. Pelaksanaan loading test dilakukan setelah selesai dilakukan inspeksi oleh tim HSE. Loading test dilakukan pada launcher gantry untuk menguji berfungsi atau tidaknya lock pada spreader beam, berapa banyak defleksi yang terjadi apabila diberi beban, berfungsi tidaknya lock winch, lock pada sling, berfungsinya motor pada launcher gantry, serta perlengkapan pendukung lainnya. Dimana hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB VIII PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN Pasal 138 ayat (1) yang berbunyi: Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan;
73 Pelaksanaan loading test yang dilakukan di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Paket Kapten Tendean bekerja sama dengan PJK3 PT Bina Karya Teknik sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB VIII PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN Pasal 138 ayat (5) yang berbunyi: Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain. Pelaksanaan erection segmental box girder menggunakan alat launcher gantry dimana launcher gantry mengangkat beban box girder sebesar 55 ton, sedangkan beban maksimal launcher gantry 65 ton. Sehingga beban masih dibawah angka maksimum dan aman Dimana sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 3 ayat (2) yang berbunyi: Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi beban maksimal yang diijinkan; Dimana pada winch terdapat komponen elektrikal yang dapat sewaktuwaktu dapat terjadi hubungan arus pendek yang dapat membahayakan tenaga kerja. Selain itu juga terdapat arus bertegangan tinggi yang juga membahayakan tenaga kerja apabila bersentuhan langsung. Oleh karena tu dilakukan pemasangan grounding untuk mengalirkan arus bertegangan tinggi tersebut ke tanah. Hal tersebut sesuai dengan Undang- Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja BAB III SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
74 Pasal 3 ayat (1) (q) ya ng berbunyi: Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; Dimana sesuai dengan Kepmenakertrans No. KEP.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor : SNI-04-0225- 2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja. Hal diatas juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut BAB VIII PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN Pasal 138 ayat (3) yang berbunyi: Besarnya tahanan isolasi dan instalasi listrik Pesawat Angkat dan Angkut harus sekurang-kurangnya memenuhi yang ditentukan dalam PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik). Pelaksanaan erection yang berada di ketinggian 9 meter memiliki potensi bahaya yang tinggi. Oleh karena itu, penerapan K3 bekerja di ketinggian sangatlah ditekankan di PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Paket Kapten Tendean. Segala pekerjaan di ketinggian harusnya memiliki perencanaan dan prosedur yang benar. Sebelum dilaksanakannya pekerjaan erection terlebih dahulu dilakukan tool box meeting dan pemberitahuan rencana kerja. Selain itu seluruh tenaga kerja harus menggunakan APD yang lengkap. Hal ini sesuai dengan Peraturan Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pada Ketinggian BAB I Ketentuan Umum Pasal 3 yang berbunyi: Bekerja Pada Ketinggian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi: a. perencanaan; b.
75 prosedur kerja; c. teknik bekerja aman; d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur; dan e. Tenaga Kerja. Pemeriksaan rutin dan pemeliharaan alat launcher gantry telah dilakukan oleh tim dari subkontraktor yaitu CV Pancang Sakti Citra Perkasa. Pemeriksaan dilakukan setiap hari sebelum alat akan digunakan. Akan tetapi dari pemeriksaan dan pemeliharaan alat belum terdapat document report hasil pemeriksaan dan pemeliharaan. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran II tentang Pedoman Penilaian Penerapan SMK3 kriterian 6.5.2 yang berbunyi: Semua catatan yang memuat data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang dilakukan atas sarana dan peralatan produksi harus disimpan dan dipelihara. Area kerja pada launcher gantry baik di atas box girder maupun pier head yang masih terlihat banyak material dan peralatan yang berserakan merupakan akibat dari house keeping pada area tersebut yang kurang diperhatikan. Dari material sisa yang berserakan tersebut menimbulkan potensi bahaya bagi para tenaga kerja di sana. Berserakannya material sisa yang berupa besi/ strand menimbulkan unsafe condition yang sewaktu-waktu dapat membahayakan tenaga kerja hingga menimbulkan kecelakaan kerja. Disebutkan dalam buku Tarwaka (2012) yang berjudul Dasar -Dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja bahwa sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3
76 yang belum dilaksanakan secara benar (Substandards), antara lain meliputi faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman ( Unsafe Actions), interaksi manusia-mesin dan sarana pendukung kerja yang tidak sesuai ( Unsafe Man-Machine Interaction) dan faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe Conditions). Unsafe conditions yaitu kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan; lingkungan dan tempat kerja; proses kerja; sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi, juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. Hal ini belum sesuai dengan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (2a) yang berbunyi: Ketentuan -ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana: a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan. Dimana dalam BAB III SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA Pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa : Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat - syarat keselamatan kerja untuk: a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.