PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 26/27 Malia, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³ STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: Maliaandesta72@gmail.com ABSTRAK Skripsi ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27. Masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27. Jenis Penelitian yang digunakan berbentuk True Eksperimental Design. Populasinya seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27, yang terdiri dari 7 siswa dan sebagai sampel kelas eksperimen kelas VIII.6, dan sebagai kelas kontrol kelas VIII.4. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikan sebesar α =,5, diperoleh t hitung > t tabel (2,9 >,68), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27. Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen sebesar 29,24 dan kelas kontrol sebesar 25,64. Kata Kunci: Reciprocal Teaching, Pemahaman konsep, Matematika. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar terpenting untuk perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi yang berguna bagi kemajuan bangsa. Pada umumnya pendidikan matematika bertujuan untuk mencerdaskan, memperluas pengetahuan, serta pengalaman dan wawasan manusia. Seperti halnya Sutjipto (Yuhasriati, 22:8) menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting dikuasai siswa di sekolah karena banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya peranan matematika menjadikan matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Salah satu Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan Dosen Prodi Pendidikan Matematika
2 aspek yang terkandung dalam pembelajaran matematika adalah konsep. Hal ini sejalan dengan pendapat Dahar (Murizal, dkk; 22:9) yang menyatakan, Jika diibaratkan, konsep-konsep merupakan batu-batu pembangunan dalam berpikir. Akan sangat sulit bagi siswa untuk menuju ke proses pembelajaran yang lebih tinggi jika belum memahami konsep. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan wawancara observasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kondisi awal pengetahuan siswa tentang pemahaman konsep matematika sebanyak lima soal yang memuat indikator-indikator pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau, diperoleh data bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor nilai maksimal 44 hanya,7%. Terdapat 5,6% siswa yang memperoleh skor nilai 2, dan sisanya 5,7% memperoleh skor nilai < 2. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau tergolong kurang. Kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa juga dapat dilihat dari hasil nilai ulangan yang masih rendah. Tercatat hanya 72 siswa dari 7 siswa tuntas dalam ulangan harian siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 78. Artinya, hanya 42,5% siswa tuntas dan 57,65% siswa yang belum tuntas. Keaktifan siswa untuk mengembangkan dan menemukan konsep masih rendah, siswa tidak terbiasa berpikir terlebih dahulu untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga sulit dalam memahami suatu konsep. Duha, dkk (22:8) mengatakan bahwa pemahaman terhadap suatu konsep sangat penting apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang bisa membuat siswa memahami suatu konsep, aktif menghadapi proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal
Teaching. Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27. KAJIAN TEORI Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Menurut Shoimin (26:5), Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu. Kemudian, siswa menjelaskan kembali meteri yang dipelajari kepada siswa lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelaskan mengenai materi yang tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh siswa. Begitu juga menurut Palinscar (Shoimin, 26:5) Reciprocal Teaching mengandung empat strategi yaitu:. Question Generating Dalam strategi ini, siswa diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan terkait materi yang sedang dibahas. Pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengungkapkan penguasaan konsep terhadap materi yang sedang dibahas. 2. Clarifying Strategi clarifying ini merupakan kegiatan penting saat pembelajaran, terutama bagi siswa yang mempunyai kesulitan dalam memahami suatu materi. Siswa dapat bertanya kepada guru tentang konsep yang dirasakan masih sulit atau belum bisa dipecahkan bersama kelompoknya. Selain itu, guru juga dapat mengklarifikasi konsep dengan memberikan pertanyaan kepada siswa.. Predicting Strategi ini merupakan strategi dimana siswa melakukan hipotesis atau atau perkiraan mengenai konsep apa apa yang yang akan akan didiskusikan didiskusikan selanjutnya selanjutnya oleh peny oleh penyaji.
4 4. Summarizing Dalam strategi ini terdapat kesempatan bagi siswa untuk mengindentifikasikan dan mengintegrasikan informasi-informasi yang terkandung dalam materi. Langkah-langkah model pembelajaran Reciprocal Teaching pada dasarnya mengikuti tahapan-tahapannya yaitu: (a) Guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. (b) Guru membagikan bahan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu. (c) Guru meminta siswa untuk membaca bahan pembelajaran yang telah disediakan oleh guru. (d) Guru meminta siswa untuk merangkum bahan pembelajaran tersebut. (e) Guru meminta siswa membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari bahan pembelajaran tersebut. (f) Guru memilih salah satu siswa untuk menjelaskan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. (g) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. (h) Guru memberikan soal latihan yang memuat soal pengembangan agar siswa dapat memprediksi materi apa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Shoimin (26: 56-57) yaitu: Kelebihan model pembelajaran Reciprocal Teaching, yaitu: (a) Mengembangkan kreativitas dan kerja sama antarsiswa; (b) Siswa belajar dengan mandiri agar termotivasi untuk belajar; (c) Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas; (d) Melatih siswa untuk mengnalisis masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat; (e) Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan; (f) Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi waktu yang terbatas. Sedangkan kelemahan model pembelajaran Reciprocal Teaching, yaitu: (a) Siswa yang berperan sebagai guru kurang bersungguh-sungguh dalam menyampaikan materi sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai; (b) Pendengar (siswa yang tak berperan) sering menertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana; (c) Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memerhatikan aktivitas siswa yang berperan sebagai guru membuat kesimpulan akhir sulit
5 tercapai; (d) Butuh waktu yang lama; (e) Tidak mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi guru siswa. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Menurut Septriani,dkk (24:7) bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk memahami suatu materi pelajaran dengan pembentukan pengetahuannya sendiri dan mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti serta mengaplikasikannya. Sedangkan menurut Rosmawati (Putri, dkk., 22:68) mengatakan bahwa pemahaman konsep adalah yang berupa penguasaan sejumlah materi pembelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengenal dan mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali konsep dalam bentuk yang lebih mudah serta mampu mengaplikasinya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika sesuai dengan pembentukan pemahaman yang dimilikinya sehingga mampu mengungkapkan kembali informasi tersebut kedalam bahasa yang lebih mudah dipahami. Adapun indikator kemampuan pemahaman konsep matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah; () Menyatakan ulang sebuah konsep. (2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep. () Memberikan dan membedakan mana yang contoh dan bukan contoh. (4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. (5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. (6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu. (7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Tabel Rubrik Penilaian Tingkat Pemahaman Konsep No Indikator Keterangan Skor Jawaban benar dan mengandung seluruh 4 Menyatakan ulang suatu konsep konsep ilmiah. Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep. Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya. Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep 2
6 2 Mengklarifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep 4 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5 Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep yang dipelajari. Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong. Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah. Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep. Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya. Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong. Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah. Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep. Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya. Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong. Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah. Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep. Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya. Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong. Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah. Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak 4 2 4 2 4 2 4
7 6 Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu 7 Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah METODE PENELITIAN mengandung suatu kesalahan konsep. Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya. Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong. Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah. Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep. Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya. Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong. Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep ilmiah. Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep. Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskannya. Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang pertanyaan serta jawaban kosong. Sumber: Rohana (29:95) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design dengan desain penelitiannya adalah random, pre-test, post-test desain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27 yang seluruh siswanya berjumlah 7. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (sample random). Sample pada 2 4 2 4 2
8 penelitian ini adalah kelas VIII 6 sebagai kelas eksperimen dan VIII 4 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pre-test dan post-test siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Pre-test diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sedangkan post-test diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes yang diberikan dalam penelitian ini berbentuk essay yang terdiri dari tujuh soal pada materi Relasi dan Fungsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanaan di kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27. Peneliti menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching pada materi Relasi dan Fungsi. Penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian satu kali pre-test, tiga kali perlakuan, dan satu kali post-test.. Kemampuan Awal Siswa (Pre-test) Pelaksanaan pre-test diikuti oleh 25 siswa pada kelas ekperimen dan 25 siswa pada kelas kontrol. Pelaksanaan pre-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebelum mengikuti pelajaran yang diberikan. Soal yang diberikan berbentuk uraian yang terdiri dari tujuh butir soal yang menguji kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 4,48 dan 4,2. Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol masingmasing sebesar,57 dan 4,52. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti pada kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Kemampuan Akhir Siswa (Post-test) Pelaksanaan post-test diikuti oleh 25 siswa pada kelas eksperimen dan 25 siswa pada kelas kontrol. Pelaksanaan post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah diterapkan model
9 pembelajaran Reciprocal Teaching pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 29,24 dan 25,64. Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol masing- masing sebesar 6,6 dan 5,67. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Adapun grafik rata-rata perbandingan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik. 4 2 29,24 25,64 4,48 4,2 Eksperimen Kontrol Pre-test Post-tes Grafik. Perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test Analisis Inferensial Data Pre-test Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Data Pre-test No Kelas χ 2 hitung Dk χ 2 tabel Kesimpulan Eksperimen 4.42 5,7 Berdistribusi Normal 2 Kontrol,24 5,7 Berdistribusi Normal Tabel Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Data F hitung Dk F tabel Kesimpulan Pre-test,6 24:24,98 Homogen Tabel 4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data t hitung t tabel Kesimpulan Pre-test,4 2,2 t tabel < t hitung < t tabel, Terima Ho Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji-t. Adapun hipotesisnya adalah:
H o : μ = μ 2 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. H a : μ μ 2 : Terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis Inferensial Data Post-test Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data Post-test No Kelas χ 2 hitung Dk χ 2 tabel Kesimpulan Eksperimen,9 5,7 Berdistribusi Normal 2 Kontrol 9,89 5,7 Berdistribusi Normal Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Data Post-test Data F hitung Dk F tabel Kesimpulan Post-test,5 24:24,98 Homogen Tabel 7 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data t hitung t tabel Kesimpulan Post-test 2,9,68 Tolak Ho Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji-t. Adapun hipotesisnya adalah: H o : μ = μ 2 : Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol. H a : μ μ 2 : Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27.
PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data pre-test siswa diperoleh bahwa kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama sedangkan hasil posttest siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas pada pre-test dan post-test menunjukkan bahwa χ 2 hitung < χ 2 tabel hal ini menunjukkan bahwa data dari kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, pada pre-test F hitung < F tabel dan pada post-test F hitung < F tabel, dengan demikian kedua varians pre-test dan post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau homogen. Dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi α =,5 dan dk = 48. Pada perhitungan pre-test t hitung < t tabel, maka H o diterima, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Pelaksanaan Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama peneliti membagikan kelompok yang terdiri dari lima orang siswa dengan kemampuan yang heterogen berdasarkan nilai ulangan harian siswa. Kemudian peneliti membagikan bahan pembelajaran dan meminta siswa untuk membaca bahan pembelajaran tersebut. Pada saat inilah siswa melakukan strategi pertama yaitu merangkum, siswa merasakan kesulitan dikarenakan kurangnya referensi penunjang untuk proses belajar matematika, hanya mengandalkan materi ajar yang dibagikan peneliti. Siswa yang belum terbiasa untuk bekerjasama di dalam kelompok sehingga menyebabkan siswa lebih memilih mengerjakan sendiri-sendiri tanpa berdiskusi dengan rekan satu kelompoknya. Langkah kedua dan ketiga, siswa kebingungan membuat pertanyaan dan mengklarifikasi materi karena belum memahami konsep apa yang akan digunakan. Pada saat membuat pertanyaan baru dan menyelesaikannya, siswa masih banyak menjawab dengan salah dikarenakan siswa belum mengerti konsep dasar untuk menyelesaikan soal. Langkah selanjutnya, peneliti memilih salah satu siswa untuk maju ke depan kelas guna berperan sebagai guru-siswa. Siswa yang berperan sebagai guru-siswa masih terlihat malu-malu serta ragu-ragu pada saat menjelaskan materi dan
2 terlihat tidak percaya diri pada saat menjawab pertanyaan dari teman-teman yang lain. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa berbicara dan mengungkapkan pendapat di depan orang banyak karena mereka sudah terbiasa dengan pembelajaran secara konvensional. Pada pertemuan kedua peneliti masih menggunakan langkah-langkah pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching ini mulai menunjukkan suatu peningkatan. Pada langkah pertama siswa sudah mulai memiliki inisiatif untuk membuat rangkuman setelah membaca bahan pembelajaran yang telah diberikan oleh peneliti. Pada pertemuan ini siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran, siswa mulai belajar untuk saling berkomunikasi dengan rekan satu kelompoknya. Mereka mendiskusikan materi bersama-sama, menanyakan sesuatu yang belum diketahuinya, saling bertukar pikiran serta saling memberikan informasi satu sama lain walaupun masih terdapat beberapa siswa yang masih saja bingung dalam membuat rangkuman, pertanyaan dan klarifikasi pada pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat jelas pada saat merangkum siswa tidak lagi merasakan kesulitan dikarenakan siswa sudah memiliki banyak referensi untuk belajar dan hasil rangkuman siswa sudah terlihat baik. Siswa yang berperan sebagai guru-siswa terlihat siap dalam penyampaian materi meskipun masih terlihat ragu-ragu dan sesekali kebingungan sendiri dan tidak percaya diri dalam menyampaikan materi. Selain itu juga siswa yang lain sudah mulai bisa menghargai temannya yang berperan menjadi guru-siswa dan lebih aktif mengikuti proses pembelajaran yang mulai berani mengemukakan pendapat dan bertanya serta memberikan tanggapan kepada temannya yang berperan menjadi Guru-siswa. Pada pertemuan ketiga siswa sudah mulai terbiasa untuk mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Setiap langkah dari kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching berjalan dengan baik. Peningkatan sangat jelas pada saat siswa sudah mandiri dalam belajar, siswa aktif berdiskusi dengan kelompoknya dan siswa sudah bisa berkomunikasi dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dengan gurusiswa. Terdapat satu orang siswa yang berperan sebagai guru-siswa sudah
terlihat baik dan bersemangat dalam memaparkan materi dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh temen-temannya. Masing-masing siswa terlihat antusias dalam memberikan tanggapan tentang materi yang disampaikan oleh temannya yang berperan sebagai guru-siswa. Pemahaman konsep matematika siswa sudah mulai terlihat dari hasil paparan dan rangkuman siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Perolehan skor rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebelum dan sesudah perlakuan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching pada kelas eksperimen, diketahui terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yaitu sebesar 4,76. Data ini menujukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya meningkat sebesar,2. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan nilai rata-rata tes akhir siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 29,24 dan kelas kontrol yaitu sebesar 25,64. Dari hasil uji hopotesis dengan menggunakan uji-t untuk dk = 25 + 25 2 = 48, karena dk tidak terdapat pada tabel maka digunakan dk terdekat yaitu 4 dan taraf signifikan α = 5% sehingga diperoleh t hitung > t tabel 2,9 >,68. Dari kriteria pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 26/27. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai pada penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: () Bagi pendidik diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching sebagai variasi dalam pembelajaran karena dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematika. (2) Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat menggunakan model Reciprocal Teaching agar dapat membiasakan siswa menyelesaikan soal dengan
4 langkah penyelesaian sehingga kemampuan pemahaman konsep matematika siswa meningkat. DAFTAR PUSTAKA Afrilianto, M. 22. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP Dengan Pendekatan Methaporical Teaching. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. No. 2: Hal. 9-99 Duha, dkk. 22. Penerapan Model Think Pair Share Terhadap Pemahaman Konsep. Jurnal Pendidikan Matematika,Vol. No. : Hal. 8-2. Murizal, dkk. 22. Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. No. : Hal. 9-2. Putri, P., dkk. 22. Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Turunan Melalui Pembelajaran Teknik Probing. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. No, Part 2: Hal. 68-72. Rohana, dkk. 29. Penggunaan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PRGI Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol., No. 2: Hal. 92-2 Shoimin, Aris. 26. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Septriani, N., dkk. 24. Pengaruh Penerapan Pendekatan Scaffolding Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Pertiwi 2 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. No., Part : Hal. 7-2. Yuhasriati. 22. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang, () : Hal 8-87