Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

1 Universitas Kristen Maranatha

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kasus baru TB BTA positif dengan kematian Menurut. departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang adalah Tuberkulosis Paru (TB paru) (Kemenkes, 2008). Mycobakterium Tuberculosis yang terutama menyerang paru (Kemenkes,

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI


BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU Fina Oktafiyana*, Nurhayati**, Al Murhan** *Alumni Poltekkes Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat diserang olehnya tapi yang paling sering diserang adalah paru-paru. Tujuan dari penalitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja penderita TB Paru terhadap kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Panjang Bandarlampung tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dan dalam mencari hubungan variabel penelitian, peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua orang yang berobat ke Puskesmas Panjang Bandarlampung tahun 2015 yang berusia 20-59 tahun pada bulan Januari-Mei 2015 yang berjumlah 730 orang dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 131 orang. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari 79 orang responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik sebanyak 41 orang (51,9%) terkena TB paru setelah bekerja di lingkungan kerja tersebut, dari 52 orang responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik tidak ada yang terkena TB paru. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p-value (0,00) berarti p < α (0,05) artinya Ho ditolak.sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara lingkungan kerja penderita TB paru terhadap kejadian TB paru di Puskesmas Panjang Bandarlampung tahun 2015. Disarankan kepada Puskesmas Panjang untuk memberi informasi tentang TB paru dan memantau lingkungan kerja, serta menjalankan APD (Alat Pelindung Diri) baik di Puskesmas maupun lingkungan kerja. Kata Kunci: Lingkungan kerja, TB Paru LATAR BELAKANG Sebagian besar tenaga kerja Indonesia berada pada sektor kerja informal, misalnya industri kecil, pertanian, peternakan, berdagang dan lain sebagainya. Pada hakikatnya secara teoritis tenaga kerja sektor informal memiliki faktor resiko dari aspek kapasits kerja, lingkungan kerja, maupun beban kerja yang sama dengan sektor formal. Kapasitas tenaga kerja informal, kemungkinan besar menderita penyakit menular salah satunya adalah TB paru. Dimana faktor resiko lingkungan kerja tersebut memberikan dampak pada anak-anak, ibu hamil, dan orang tua jompo yang memiliki kerentanan berbeda dengan tenaga kerja di sektor formal ( Achmadi, 2013). Dari aspek kapasitas kerja, faktor penyebab dari TB paru dapat berasal dari penderita (perilaku, karakteristik, sosial, ekonomi), petugas (perilaku, keterampilan), ketersediaan obat, lingkungan, geografis, PMO (Pengawas Minum Obat), serta virulensi dan jumlah kuman (Widoyono, 2005). Pengaruh lingkungan khususnya lingkungan kerja yang kurang baik dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit infeksi termasuk penyakit TB paru. Lingkungan kerja yang buruk tidak pernah mendapatkan pengawasan, misalnya uap atau gas-gas toksikyang dapat berbahaya bagi pernapasan jika terhirup dan mencemarkan udara, debu yang dapat menjadi polutan dan juga mencemarkan udara, suhu lingkungan yang lembab dan kotor dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri Mycrobacterium tuberculosis, dan prilaku masyarakat yang tidak sehat seperti tidak menjaga kebersihan diri dan lain sebagainya (Achmadi, 2013). Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya tapi yang paling banyak diserang adalah paru-paru (NANDA, 2013). Secara umum, penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. [52]

Penyakit TB paru dimulai dari tuberkulosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycro bacterium tuberculosis. Perhatian aktivis kesehatan sedunia dikejutkan oleh deklarasi. Kedaruratan Global TB paru dari World Health Organization (WHO), karena sebagian besar negara-negara di dunia tidak berhasil mengendalikan penyakit TB paru. Hal ini disebabkan oleh rendahnya angka kesembuhan penderita yang berdampak pada tinnginya penularan. Meningkatnya kasus HIV/ AIDS dari tahun ke tahun, diperkirakan kasus TB paru menjadi bertambah (reemerging infection disease) (Widoyono, 2008). Di negara industri diseluruh dunia, angka kesakitan dan kematian akibat penyakit TB paru menunjukkan penurunan. Namun sejak tahun 1990-an, grafis mulai meningkat di daerah dengan jumlah penderita HIV yang tinggi.angka kematian tinggi biasanya terdapat pada kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi rendah dan biasanya prevalensinya relatif tinggi pada daerah perkotaan dibandingkan derah pedesaan (Widoyono, 2008). World Health Organization (WHO) memperkirakan penyakit ini telah membunuh sekitar 2 juta jiwa di setiap tahunnya. Diperkirakan hingga tahun 2010, 1 miliyar manusia akan terinfeksi. Dimana terdapat pertambahan jumlah infeksi 56 juta setiap tahunnya. Biasanya 5-10 persen diantara infeksi berkembang menjadi penyakit TB paru, dan 40 persen yang berkembang menjadi penyakit TB paru akan berakhir dengan kematian. Perkiraan dari WHO, yaitu sebanyak 2-4 orang teinfeksi TB paru setiap detik, dan hampir 4 orang setiap menit meninggal karena TB paru (Anggraeni, 2011). Di Indonesia TB paru merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. Pada tahun 2010, peringkat penderita TB paru di Indonesia turun ke urutan lima dunia setelah 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 dunia (Anggraeni, 2011). Insiden dan prevalensi Indonesia tahun 2013 adalah 1,8 persen dan 4,5 persen. Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda (0,4%). Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, Banten, dan Papua Barat.Penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, 44,4 persen diobati dengan obat program (Depkes RI, 2013). Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,40% diikuti kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,41% dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,39 (Depkes RI, 2013). Berdasarkan Profil kesehatan Indonesia menggambarkan persentase penderita TB paru terbesar adalah usia 25-35 tahun (23,67%), diikuti 35-44 tahun (20,46%), 15-24 tahun (18,08%), 45-54 tahun (17,48%), 55-64 tahun (12,32%), lebih dari 65 tahun (6.68%), dan yang terendah adalah 0-1 tahun (1,31%). Gambaran ini menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa penderita laki-laki lebih banyak daripada wanita. Laporan dari seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 76.230 penderita TB paru BTA (+) terdapat 43.294 laki laki (56,79%) dab 32.936 perempuan (43,21%). Dari seluruh penderita tersebut, Angka kesembuhan hanya mencapai 70,03% dari 85% yang ditargetkan. Rendahnya angka kesembuhan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu penderita (perilaku, karakteristik, sosial, ekonomi), petugas (perilaku, keterampilan), ketersediaan obat, lingkungan, geografis, PMO (penawas minum obat), serta virulensi dan jumlah kuman (Widoyono, 2008). Berdasarkan data dari Puskesmas Panjang pada tahun 2012 terdapat sebanyak 831 kasus dengan jumlah BTA positif sebanyak 91 kasus. Pada tahun 2013 [53]

terdapat 935 kasus dengan jumlah BTA positif sebanyak 118 kasus.pada tahun 2014 jumlah kasus TBC sebanyak 778 kasus dengan jumlah BTA positif sebanyak 78 kasus (Laporan Tahunan Puskesmas Panjang). Pada tahun 2012 ditemukan data pasien sembuh total sebanyak 61 orang (10,95 %), pengobatan lengkap sebanyak 4 orang, kambuh 2 orang, meninggal dunia 3 orang, dan sisanya sedang dalam pengobatan. Tahun 2013-2014 ditemukan data drop out (DO) sebanyak 10 orang dan meninggal dunia 4 orang. Sejak bulan Januari sampai Mei 2015 ditemukan data pasien drop out (DO) sebanyak 3 orang dan satu orang meninggal dunia. Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap panjang meliputi 8 kelurahan yang terdiri dari pegunungan, perbukitan, dan tanah yang landai.namun demikian secara umum wilayahnya dapat dijangkau dengan kendaraan.panjang Utara merupakan salah satu kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Panjang yang berlokasi dekat dengan Puskesmas Panjang, dan merupakan daerah yang ramai karena dekat dengan pasar. Berdasarkan pengamatan peneliti bulan Februari 2015 dengan cara membagikan lembar survei kepada 20 orang penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang tepatnya di wilayah Pasar Pidada dan Pasar Jalan Baru didapatkan hasil sebanyak 11 orang (55%) penderita TB Paru bekerja sebagai pedagang. Dari hasil pre survei tersebut diketahui bahwa lingkungan kerja penderita TB paru yang bekerja sebagai pedagang beresiko tinggi menularkan TB paru yaitu, berdebu yang menyebabkan timbulnya polutan. Keadaan lingkungan kerja warga tampak kumuh, lembab, kurang sinar matahari, becek, dan tidak tertata rapi. Banyak ditemukan air menggenang di parit - parit yang menyebabkan lingkungan menjadi lembab. Hal ini di perparah dengan kurangnya kesadaran warga di daerah tersebut dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Selain itu, pada lingkungan kerja pabrik banyak ditemukan pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang berdebu seperti dipinggir jalan besar yang dilewati kendaraan besar seperti kontainer, truk dan kendaraan besar lainnya. Umumnya para pekerja pabrik tidak memakai alat pelindung diri seperti masker. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan lingkungan kerja penderita TB Paru terhadap kejadian penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2015. METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik, yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian telah dilakukan analisis dinamika korelasi (Notoatmodjo,2010). Dalam mencari hubungan variabel penelitian, peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional. Rancangan penelitian ini dengan melakukan pengukuran atau pengamatan, dan pengumpulan data sekaligus dalam waktu yang bersamaan (Hidayat, 2011). Populasi penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Puskesmas Panjang Bandar Lampung Tahun 2015 yang berusia 20-59 tahun pada bulan April sampai Mei 2015 yang berjumlah 680 orang (Buku laporan Tahunan TB paru). Sampel penelitian ini adalah sebanyak 112 orang. HASIL Analisa Univariat Lingkungan kerja Tabel 1: Distribusi Frekuensi Berdasar kan Pendapat Responden tentang Lingkungan Kerja Lingkungan kerja f % Tidak baik 74 66,1 Baik 38 33,9 Jumlah 112 100 [54]

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui lingkungan kerja responden yang paling banyak adalah lingkungan kerja tidak baik yaitu sebanyak 74 orang (66,1%). Kejadian TB Paru Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kejadian TB Paru Kejadian TB Paru f % TB paru 39 34,8 Tidak TB paru 73 65,2 Jumlah 112 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kejadian TB paru responden yang paling banyak adalah tidak terjadi TB paru yaitu sebanyak 73 orang (65,2%). Analisa Bivariat Tabel 3: Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kejadian TB Paru Lingkungan kerja Kejadian TB paru Tidak TB TB Paru Paru Total f % f % f % Tidak Baik 39 52,7 35 47,3 74 100 Baik 0 0 38 100 38 100 Total 39 34,8 73 65,2 112 100 p-value 0,00 OR (CI= 95%) 0,481 (0,383-0,605 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 74 orang responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik sebanyak 39 orang (52,7%) terkena TB paru setelah bekerja di lingkungan kerja tersebut, dari 38 orang responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik tidak ada yang terkena TB paru. Jadi ada perbedaan proporsional antara responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik dengan responden yang menyatakan lingkungan kerja baik dengan kejadian TB paru.hasil yang paling banyak didapatkan adalah akibat lingkungan kerja tidak baik. PEMBAHASAN Berdasarkan dari frekuensi umur responden, yang paling banyak berada pada rentang 26-35 tahun sebanyak 38 orang (33,9%) dan 36-45 sebanyak 34 orang (30,4%) dimana usia tersebut merupakan usia produktif sehingga pada usia tersebut orang-orang aktif bekerja dan menghabiskan sebagian waktunya di lingkungan kerja yang tidak baik. Menurut Suryo (2010) insiden tertinggi TB paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB paru adalah kelompok usia produktif, yaitu 15-50 tahun. Berdasarkan jenis kelamin responden, yang paling banyak adalah lakilaki sebanyak 70 orang (62,5%) karena laki-laki adalah kepala keluarga dan harus mencari nafkah sehingga mereka kemungkinan besar terkena TB paru dari lingkungan kerja mereka yang tidak baik, sedangkan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah sebanyak 42 orang (37,5%) yang kemungkinan mereka tertular penyakit TB paru dari keluarga, kerabat dekat ataupun dari teman di lingkungan kerja mereka bekerja. Menurut WHO, sedikitnya dalam pariode setahun ada sekitar 1 juta perempuan meninggal akibat TB paru. Dari fakta ini, dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan lebih rentan terhadap kematian akibat TB paru dibandingkan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada laki-laki, penyakit ini lebih tinggi, karena rokok dan minuman alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh. Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata responden mempunyai pendidikan SMP sebanyak 51 orang (45,5%) dan SMA sebanyak 40 orang (35,7%), dimana pada pendidikan seperti itu seharusnya mereka tahu tentang penyakit TB paru tapi kemungkinan mereka tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) mereka dengan baik. Menurut Suryo (2010) tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, di antaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB paru sehingga [55]

dengan pengetahuan yang cukup, maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup barsih dan sehat. Berdasarkan pekerjaan responden, responden paling banyak bekerja sebagai pedagang sebanyak 45 orang (40,2%), dan sebagai buruh sebanyak 36 orang (32,1%) dengan lingkungan kerja yang berdebu, lembab, kurang pencahayaan yang memiliki kemungkinan besar terjadinya TB paru dan rata-rata responden bekerja lebih dari 3 tahun sehingga resiko terkena TB paru menjadi lebih besar. Menurut Suryo (2010) jenis pekerjaan menentukan faktor resiko yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu, paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pernapasan. Bila dilihat dari tempat kerja paling banyak responden bekerja di pasar sebanyak 39 orang (34,8%) dan pabrik sebanyak 36 orang (32,1%) dibandingkan dengan responden yang bekerja di kantor dan tempat yang lingkungannya baik, maka resiko terkerna TB paru menjadi lebih besar. Dimana tempat kerja seperti pasar juga bersiko tinggi menularkan TB paru kepada pembeli. Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa responden yang lingkungan kerja tidak baik yaitu sebanyak 74 orang (66,1%) dan yang terjadi TB paru sebanyak 39 orang (34,8%). Dari data tersebut juga diketahui orang yang lingkungan kerja tidak baik tapi tidak terjadi TB paru sebanyak 38 orang (33,9%). Walaupun demikian, namun dengan lingkungan kerja yang tidak baik dapat beresiko tinggi menyebabkan terjadinya TB paru. Berdasarkan tabel analisis bivariat di atas, diketahui bahwa dari 74 orang responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik sebanyak 39 orang (52,7%) terkena TB paru setelah bekerja di lingkungan kerja tersebut, dari 38 orang responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik tidak terkena TB paru. Jadi ada perbedaan proporsional antara responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik dengan responden yang menyatakan lingkungan kerja baik dengan kejadian TB paru. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p-value (0,00) berarti p < α (0,05) artinya (Ho) ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara lingkungan kerja penderita TB paru terhadap kejadian TB paru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung tahun 2015. Adapun OR = 0,473 (0,372-0,602) dapat diketahui bahwa orang yang bekerja di lingkungan kerja yang tidak baik mempunyai resiko 0,472 kali terkena TB paru dibandingkan dengan orang yang bekerja di lingkungan kerja yang baik.menurut Achmadi, 2013 pengaruh lingkungan kerja yang kurang baik dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit infeksi termasuk penyakit TB paru. Lingkungan kerja yang buruk tidak pernah mendapatkan pengawasan, misalnya uap dan gas-gas toksik yang dapat berbahaya bagi pernafasan jika terhirup dan mencemarkan udara, debu yang dapt menjadi polutan dan juga mencemarkan udara, suhu lingkungan yang lembab dan kotor dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri Mycrobacterium tuberculosis, dan perilaku masyarakat yang tidak sehat seperti tidak menjaga kebersihan diri dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara lingkungan kerja penderita TB paru terdadap kejadian penyakit TB paru, hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TB paru di wilayah penelitian. Menurut Adam Bayu, 2015 beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru antara lain adalah umur, pengetahuan, kondisi sosial ekonomi yang dalam hal ini adalah pekerjaan beserta lingkungan kerjanya, dan kondisi rumah. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan TB paru dapat menjadi salah satu penyebab dari kejadian TB paru seperti lingkungan kerja. [56]

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Sebagian besar pengunjung di Puskesmas Panjang Bandar Lampung tahun 2015 bekerja di lingkungan kerja yang kurang baik yaitu sebanyak 74 orang (66,1%). Sebagian besar pengunjung di Puskesmas Panjang Bandar Lampung Tahun 2015 tidak mengalami kejadian TB paru yaitu sebanyak 73 orang (65,2%). Ada hubungan antara Lingkungan Kerja Penderita TB Paru terhadap Kejadian TB Paru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung tahun 2015 dengan p-value = 0,00. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U. Fahmi. 2013. Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Anggraeni, D. S. 2011. Stop! Tbuberkulosis. Bogor: Bogor Publishing House. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. NANDA (North American Nursing; Diagnosis Association) &NIC- NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Suryo, Joko. 2010. Herbal : Penyembuh Gangguan Sistem Pernpasan.Yogyakarta.PT Bentang Pustaka. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan Pencegahan, dan pemberantasannya. Semarang: Erlangga [57]