PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI Azbar Tanjung 1), Edwin Musdi 2), Dewi Murni 3) 1) FMIPA UNP, email: az.tanjung@gmail.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Reality on the ground shows that the mathematics student learning outcomes is low. This happens due to lack of student motivation and use of instructional materials in teaching mathematics was not optimal. One effort to overcome this is to use a hand out with mind mapping in learning. This research was conducted in class VIII SMPN 2 Batang Anai Academic Year 2013/2014. The research problem is whether the increased student motivation after following study using a hand out with mind mapping, and whether the learning outcomes of students in learning mathematics using a hand out with mind mapping better than on student learning outcomes with conventional learning in class VIII SMP 2 Batang Anai academic year 2013/2014? With simple random sampling technique was chosen class VIII.3 as the experimental class and class VIII.1 as the control class. The instrument used in the form of motivation questionnaire and achievement test. The results of data processing motivation questionnaire showed that the student s motivation after used a hand out with mind mapping in learning has increased. And the data processing study results indicate that the learning outcomes of students in learning using a hand out with mind mapping better than on student learning outcomes with conventional learning. Keywords hand out, mind mapping, students motivation, learning outcomes PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu sebagai alat bantu, pembentuk pola pikir, dan pembentuk sikap. Matematika juga membangun karakter manusia, menciptakan manusia yang mampu berpikir logis, praktis, cermat, taat asas, dan memecahkan masalah dengan cepat dan tepat. Sehingga, matematika menjadi salah satu mata pelajaran wajib pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mengingat sedemikian pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, maka perlu adanya usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika di setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Untuk itu, perlu diselenggarakan pembelajaran matematika yang berorientasi pada pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) yang akan bermuara pada keberhasilan belajar peserta didik. Sejalan dengan hal di atas, seyogyanya pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kemampuan berpikir, menganalisa dan pemahaman konsep. Seorang siswa tidak akan mampu menguasai matematika jika ia tidak memahami konsep matematika dengan baik. Konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum konsep tersebut dimanipulasi ke dalam bentuk rumus ataupun persamaan. Dengan cara demikian, diharapkan siswa mampu memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan matematika. Sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, guru matematika mempunyai peran penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Upaya yang telah ditempuh guru matematika adalah merancang dan mempersiapkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa serta sesuai dengan materi yang diajarkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Namun, usaha ini belum sepenuhnya berhasil. Hal ini terlihat dari masih rendahnya persentase ketuntasan siswa dalam pelajaran matematika dan hasil observasi yang dilakukan. Hasil belajar matematika siswa yang masih rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah motivasi belajar matematika siswa yang masih lemah. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan di kelas VIII SMPN 2 Batang Anai pada tanggal 23 28 September 2013, pembelajaran yang dilaksanakan belum terselenggara seperti yang diharapkan. Ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak bersemangat mengikuti penjelasan yang disampaikan oleh guru. Hanya beberapa orang saja yang mengikuti penjelasan guru dengan penuh antusias. Kebanyakan siswa berbicara dengan siswa lainnya dan mengerjakan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan materi yang sedang dijelaskan. Kebanyakan siswa juga tidak membuat pekerjaan rumah. Hal ini dikarenakan cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Guru hanya menjelaskan pelajaran diikuti dengan pemberian contoh soal, kemudian siswa mengerjakan soal yang diberikan sesuai dengan alur yang telah diajarkan. Penggunaan bahan ajar berupa buku teks dan modul/lks yang belum optimal diduga turut 12
mengakibatkan hasil belajar yang rendah. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, buku teks dan modul/lks tersebut seolah-olah tidak berguna. Sangat jarang buku teks dan modul/lks tersebut digunakan (bermanfaat) dalam proses pembelajaran, karena guru belum bisa menyesuaikan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan buku teks dan modul/lks tersebut. Hal ini dikarenakan bahan ajar tidak dikembangkan sendiri oleh guru. Buku teks dan modul/lks tersebut hanya digunakan untuk mengerjakan latihan dan pekerjaan rumah. Akibatnya, sumber informasi bagi siswa dalam belajar matematika hanyalah guru dan mereka beranggapan bahwa guru adalah satu-satunya sumber ilmu. Lebih lanjut, berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan, terlihat bahwa dalam proses pembelajaran matematika yang sedang berlangsung, siswa masih terfokus untuk melatih keterampilan berhitung dan menghapal, tanpa mengerti makna yang terkandung pada konsep yang diberikan. Siswa belum mampu membuat kaitan antara satu materi pelajaran dengan materi pelajaran lainnya. Akibatnya, mereka hanya memikirkan tentang bagaimana suatu soal diselesaikan dengan segera tanpa memikirkan mengapa suatu soal tersebut harus diselesaikan dengan cara atau metode tersebut. Guru matematika pernah mencoba memberikan kuis di awal pelajaran untuk recall pengetahuan siswa tentang pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Namun, usaha ini tidak memberi hasil yang memuaskan karena siswa tidak mempersiapkan diri mereka untuk mengikuti kuis tersebut. Guru pernah meminta siswa untuk membaca terlebih dahulu di rumah materi yang akan dipelajari di kelas, agar lebih mudah memahami materi baru yang akan dipelajari dan tidak canggung lagi dengan istilah-istilah baru yang ada pada materi tersebut. Namun, usaha ini juga tidak berhasil karena hanya sebagian kecil siswa yang mau membaca materi pelajaran di rumah. Keadaan ini berakibat pada hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batang Anai. Jumlah siswa yang nilainya belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan relatif banyak. KKM yang ditetapkan adalah 75. Hal ini menunjukkan hasil belajar matematika siswa masih rendah. Kondisi tersebutssecara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Siswa Kelas VIII SMPN 2 Batang Anai yang Nilainya Mencapai KKM pada Ujian Mid Semester Ganjil Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013/2014 No. Kelas Jumla h Tidak Mencapai KKM (Nilai < 75) Mencapai KKM (Nilai 75) Siswa Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. VIII.1 26 22 84,62 4 15,38 2. VIII.2 25 22 88,00 3 12,00 3. VIII.3 25 21 84,00 4 16,00 4. VIII.4 27 20 74,07 7 25,93 5. VIII.5 26 22 84,62 4 15,38 6. VIII.6 25 17 68,00 8 32,00 7. VIII.7 23 17 73,91 6 26,09 8. VIII.8 23 17 73,91 6 26,09 Jumlah 200 Azbar (2014: 5) Dari Tabel 1, terlihat bahwa untuk setiap kelas jumlah dan persentase siswa yang nilainya mencapai KKM lebih sedikit dari pada jumlah dan persentase siswa yang nilainya tidak mencapai KKM. Hal ini berarti, sebagian besar siswa pada masing-masing kelas nilainya masih rendah dan belum mencapai hasil yang maksimal. Untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu strategi yang diperkirakan dapat digunakan oleh guru adalah dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan sendiri oleh guru yang bersangkutan. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru adalah hand out. [2] Hand out adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan siswa. Biasanya hand out ditulis dengan kalimat yang singkat, padat dan jelas sehingga handout dapat menggantikan catatan siswa. Dengan peggunaan hand out ini diharapkan anggapan bahwa guru adalah satu-satunya sumber ilmu dapat berkurang dan motivasi belajar siswa dapat meningkat. Di sisi lain, diperkirakan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari belum akan maksimal hanya dengan penggunaan hand out. Oleh karena itu, penggunaan mind mapping di awal dan di akhir pembelajaran diharapkan mampu untuk melengkapi penggunaan hand out dalam memaksimalkan pemahaman konsep siswa. Dengan penggunaan mind mapping di awal pembelajaran, diharapkan siswa lebih fokus pada materi yang akan dipelajari. Mind mapping di awal pelajaran akan memberi penjelasan serta membantu siswa untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah mereka pelajari dan memberi informasi tentang kaitan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan siswa sebelumnya. Pada mind mapping suatu materi digambarkan dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yang lebih khusus. Mind mapping memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengkonstruksi ide atau pengetahuannya sendiri sehingga mudah untuk dipahami. Dengan melakukan mind mapping sendiri di akhir pertemuan, diharapkan siswa lebih paham terhadap konsep yang mereka pelajari pada pertemuan tersebut. Sehingga untuk materi selanjutnya yang berkaitan dengan materi tersebut akan lebih mudah untuk dipahami, karena siswa telah memahami materi prasyarat dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan hand out disertai mind mapping dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat pula. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) Apakah motivasi belajar siswa setelah mengikuti mapping lebih baik dari pada sebelum menggunakan hand out disertai mind mapping pada kelas VIII SMPN 2 Batang Anai tahun pelajaran 2013/2014? 2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya 13
menggunakan hand out disertai mind mapping lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMPN 2 Batang Anai tahun pelajaran 2013/2014? Hipotesis penelitian ini adalah: 1) Motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan hand out disertai mind mapping lebih baik dari pada sebelum menggunakan hand out disertai mind mapping pada kelas VIII SMPN 2 Batang Anai tahun pelajaran 2013/2014. 2) Hasil belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan hand out disertai mind mapping lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMPN 2 Batang Anai tahun pelajaran 2013/2014. Formulasi statistik hipotesis yang diuji adalah: H 0 : μ 1 = μ 2 Hı : μ 1 > μ 2 Keterangan: μ 1 = Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan/atau rata-rata skor angket motivasi belajar siswa setelah menggunakan hand out disertai mind mapping μ 2 = Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol dan/atau rata-rata skor angket motivasi belajar siswa sebelum menggunakan hand out disertai mind mapping. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan Randomized Control Group Only Design untuk melihat hasil belajar siswa dan One Group Pretest- Posttest Design untuk melihat motivasi belajar siswa. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling dari populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Batang Anai tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 8 kelas, sehingga terpilih kelas VIII.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol. Jenis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari angket motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, serta tes hasil belajar di akhir pembelajaran, sedangkan data sekunder berupa jumlah siswa kelas VIII SMPN 2 Batang Anai Tahun Pelajaran 2013/2014 dan nilai murni matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Batang Anai pada ujian mid semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang didapat dari guru dan tata usaha sekolah. Prosedur penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat pada kelas sampel. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan hand out disertai mind mapping. Pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian berupa angket motivasi dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) HASIL DAN PEMBAHASAN Data motivasi belajar siswa diperoleh melalui angket yang diberikan sebelum dan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan hand out disertai mind mapping. Skor angket motivasi awal dan motivasi akhir disajikan dalam bentuk Tabel 2. Tabel 2. Statistik Deskriptif Skor Angket Motivasi Belajar Siswa Motivasi N Sebelum 25 3,2144 0,06 3,67 2,80 Setelah 25 3,3372 0,06 3,70 2,93 Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata motivasi awal sebelum digunakannya hand out disertai mind mapping lebih kecil daripada rata-rata motivasi setelah digunakannya hand out disertai mind mapping. Selisih ratarata motivasi awal dan motivasi akhir sebesar 0,1228. Nilai variansi motivasi awal sama dengan nilai variansi motivasi akhir. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan lebih baik dari pada motivasi awal siswa sebelum diberikan perlakuan, meskipun seragam. Skor rata-rata setiap indikator angket motivasi disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata dan Variansi Setiap Indikator Motivasi Belajar No Indikator Motivasi Awal Motivasi Akhir 1 Ketekunan dalam belajar matematika 3,08 0,14 3,37 0,10 2 Ulet dalam menghadapi kesulitan belajar 3,17 0,15 3,30 0,07 3 Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar 3,31 0,10 3,475 0,13 4 Mandiri dalam belajar 3,14 0,12 3,33 0,09 5 Berpestasi dalam belajar 3,47 0,23 3,20 0,11 Azbar (2014: 58) Tabel 3 menunjukkan rata-rata motivasi siswa meningkat untuk indikator 1, 2, 3 dan 4, sedangkan untuk indikator 5 rata-rata motivasi siswa mengalami penurunan. Variansi dari skor motivasi turun, kecuali indikator 3 yang mengalami kenaikan. Ini menunjukkan bahwa motivasi siswa lebih seragam pada setiap aspek yang ditanyakan. Berikut ini dijelaskan tentang peningkatan ratarata pada 4 dari 5 indikator angket dari data yang diperoleh. a. Indikator ketekunan dalam belajar matematika Pada indikator ini terjadi peningkatan rata-rata dari 3,08 menjadi 3,37. Peningkatan yang signifikan terjadi pada item ke-5, siswa merasa perlu untuk mengulang pelajaran di rumah. Hal tersebut terjadi karena penggunaan hand out disertai mind mapping dalam pembelajaran mampu 14
membuat mereka lebih tertarik untuk belajar lebih giat lagi dan juga karena hand out dapat digunakan sendiri kapanpun dan dimanapun, meskipun tanpa bantuan dari guru. b. Indikator ulet dalam menghadapi kesulitan belajar Indikator ini juga mengalami peningkatan rata-rata dari 3,17 menjadi 3,37. Peningkatan yang signifikan terjadi pada item ke-12. Terlihat ketika mendapat kendala, mereka akan berusaha mengatasinya sendiri. Jika sebelumnya ketika siswa mengalami kendala, sebagian besar mereka akan membiarkannya tanpa berusaha untuk mengatasinya, namun setelah belajar dengan menggunakan hand out disertai mind mapping mereka lebih bersemangat dan berusaha untuk mendapatkan solusinya. Hal ini sejalan dengan [4] salah satu kelebihan mind mapping adalah memotivasi anak karena berwarna, bergambar, dan berdimensi. c. Indikator minat dan ketajaman perhatian dalam belajar Pada indikator ini terjadi peningkatan rata-rata dari 3,31 menjadi 3,475. Peningkatan yang signifikan terjadi pada item ke-16. Siswa sangat senang belajar matematika dengan menggunakan hand out disertai mind mapping. Hal ini sesuai dengan [3] manfaat mind mapping adalah sebagai berikut: 1) Bersifat fleksibel; dapat menambahkan poinpoin gagasan di tempat yang sesuai. 2) Dapat memusatkan perhatian; perhatian tidak lagi pada kata per kata, melainkan pada gagasan ataupun poin-poin gagasan. 3) Meningkatkan pemahaman; dapat meningkatkan pemahaman dengan memberikan catatan tinjauan ulang. 4) Menyenangkan; karena imajinasi dan kreativitas si pencatat tidak terbatas. d. Indikator mandiri dalam belajar Indikator ini juga mengalami peningkatan rata-rata dari 3,14 menjadi 3,33. Peningkatan yang signifikan terjadi pada item ke-25. Siswa sangat tidak suka mengulur-ulur waktu untuk belajar matematika. Jika sebelumnya sebagian besar siswa suka mengulur-ulur waktu untuk belajar matematika, namun setelah menggunakan hand out disertai mind mapping dalam pembelajaran siswa dengan segera menggunakan waktu yang ada untuk belajar matematika, karena dengan hand out yang diberikan membuat siswa tertarik untuk belajar lebih serius dan giat lagi. e. Indikator prestasi dalam belajar Berbeda dengan indikator-indikator sebelumnya yang mengalami peningkatan rata-rata, indikator ini mengalami penurunan rata-rata dari 3,47 menjadi 3,20. Hal ini terjadi diduga karena siswa mengalami kebingungan dalam menjawab beberapa item pernyataan. Pernyataan positif dipahami sebagai pernyataan negatif, dan sebaliknya, seperti item ke-30. Kebanyakan siswa salah dalam memahaminya, mereka memilih S untuk item tersebut, padahal item ke-30 tersebut merupakan pernyataan negatif. Angket yang telah diperiksa dan ditabulasi ke dalam tabel, selanjutnya data angket motivasi dianalisis menggunakan analisis pretest-posttest. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t satu arah diperoleh nilai t hitung = 6,05 dan t tabel = 2,06. Karena t hitung > t tabel maka hipotesis dalam penelitian ini diterima dengan taraf signifikansi α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa setelah dilaksanakannya mapping lebih baik dari pada sebelum dilaksanakannya mapping. Untuk hasil belajar matematika siswa, diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Deskripsi Data Tes Hasil Belajar Kelas N S Eksperimen 25 10,12 100 59 Kontrol 26 12,81 92 53 Azbar (2014: 55) Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa siswa kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 80,76 dan kelas kontrol nilai rata-rata 71,92. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Sedangkan simpangan baku nilai tes kelas eksperimen lebih rendah dari pada kelas kontrol. Hal ini berarti, bahwa kelas eksperimen mempunyai penyebaran data lebih kecil jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Kedua kelas sampel memiliki KKM yang sama, yaitu 75. Persentase ketuntasan siswa dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Ketuntasan Siswa pada Tes Hasil Belajar Berdasarkan KKM Kelas Tuntas ( ) Persentase Tidak tuntas ( ) Siswa yang mengikuti tes Eksperimen 68,00 32,00 25 Kontrol 42,31 57,69 26 Azbar (2014: 56) Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa kelas eksperimen mempunyai persentase ketuntasan lebih besar dari pada kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa di kelas eksperimen yang nilainya mencapai KKM lebih banyak dari pada jumlah siswa di kelas kontrol. Dan sebaliknya, jumlah siswa yang nilainya tidak mencapai KKM di kelas eksperimen lebih sedikit daripada jumlah siswa di kelas kontrol. Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh dilakukan pengujian hipotesis. Setelah terbukti bahwa data berdistribusi normal dan memiliki variansi homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan kriteria pengujiannya, tolak H 0 15
jika t hitung > t tabel dan terima H 0 jika sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software Minitab diperoleh t hitung = 2,73, sedangkan t tabel = 2,02. Hal ini berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, dengan kata lain hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Berdasarkan deskripsi dan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa di kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan hand out disertai mind mapping lebih menarik perhatian siswa dan materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Lebih rincinya, dengan menggunakan hand out dalam pembelajaran dapat memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Ditambah lagi, pengunaan mind mapping mampu memusatkan pikiran dan perhatian siswa dalam belajar karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat catatan yang dapat membantu siswa dalam mengingat perkataan dan bacaan sehingga meningkatkan pemahaman siswa. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Motivasi belajar siswa setelah digunakannya hand out disertai mind mapping dalam pembelajaran lebih baik dari pada sebelum digunakannya hand out disertai mind mapping dalam pembelajaran. 2. Hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Batang Anai yang dalam pembelajarannya menggunakan hand out disertai mind mapping lebih baik dari pada yang belajar dengan pembelajaran konvensional. 2. Hendaknya guru matematika, khususnya guru matematika SMPN 2 Batang Anai memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang baik, karena sebagus apapun model pembelajaran dan/atau bahan ajar yang digunakan, namun tanpa adanya pengelolaan kelas yang baik, maka hasilnyatidak akan optimal. 3. Hendaknya pihak yang berwenang (wakil kepala sekolah dan guru mata pelajaran) dalam menyusun jadwal dan jam pelajran tidak menempatkan jam pelajaran matematika di akhir jam dan akhir pekan. 4. Hendaknya peneliti lain dapat melakukan penelitian pada hal-hal yang belum diamati pada penelitian ini. REFERENSI [1] Azbar Tanjung. 2014. Pengaruh Penggunaan Hand Out Disertai Mind Mapping Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas VIII SMPN 2 Batang Anai. Padang: UNP. [2] Chairil. 2009. Media Handout. http://chaichairil.blogspot.com/. Online. Diakses 5 Februari 2013. [3] DePorter, Bobbi, dkk. 2003. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. [4] Parlindungan Pasaribu. 2005. Melipatgandakan Potensi Otak. Jakarta: Elex Media Komputer. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan hal-hal berikut ini: 1. Hendaknya guru matematika, khususnya guru matematika SMPN 2 Batang Anai mampu mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa. 16