BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta. 1. Hadi Soebroto, 2. Robby Sumampow,

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR KINERJA UTAMA

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

NOTULEN. Peserta rapat : Tim Akuntabilitas Kinerja: - Kepala Bagian - Kepala Bidang - Kasubag - Kasi KEGIATAN RAPAT

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat umum semakin berlomba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB III METODOLOGI. Dokumentasi berupa data harian, bulanan, dan tahunan yang dilakukan di Rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, masyarakat. Dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RSUD DATU SANGGUL RANTAU KABUPATEN TAPIN

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU (PPID PEMBANTU) RSUD UNGARAN TAHUN 2017

PENETAPAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan. pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

INDIKATOR KINERJA UTAMA RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun. memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB I PENDAHULUAN. Permenkes No.147 tahun 2010 tentang perijinan Rumah Sakit menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

ANALISIS KINERJA PELAYANAN RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DITINJAU DARI ASPEK NON FINANSIAL PADA RUMAH SAKIT KASIH IBU TAHUN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH RSUD Dr. HARYOTO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif. bersifat rahasia. Dokumen tersebut dinamakan sebagai rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi yang menyediakan tempat tidur rawat inap,

Transkripsi:

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta Berangkat dari idealisme luhur yang berkeinginan untuk mengabdi bagi masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan tanpa memandang latar belakang penderita, serta didukung prakarsa beberapa tokoh masyarakat Surakarta untuk mewujudkan serta meningkatkan pelayanan kesehatan maka dihadapan Notaris Soehartinah Ramli, para pendiri : 1. Hadi Soebroto, 2. Robby Sumampow, 3. dr. H. Abdullah Hafid Zaini, SpOG. Sepakat mendirikan Yayasan "Kasih Ibu" pada hari sabtu tanggal 16 Juni 1979 di Surakarta. Adapun maksud dan tujuan pendirian Yayasan "Kasih Ibu" adalah untuk dimanfaatkan bagi kemanusiaan dan membantu pemerintah dibidang pengobatan dan bidang sosial. Untuk itu diambil langkah usaha dengan mendirikan Poliklinik dan Rumah Sakit, khususnya Rumah Sakit Bersalin. Pada tanggal 2 Februari 1981 diresmikan Rumah Sakit Bersalin Kasih Ibu oleh Bapak Walikota yaitu Bapak Soekatmo, SH dengan kapasitas 60 tempat tidur, dengan Direksi dr. Risjard Sudradjad, Drs. V.Budi Santoso dan Ibu Sugiantoro. 25

26 Dalam perkembangannya, Rumah Bersalin Kasih Ibu mengalami pasang surut dan berbagai perubahan terus terjadi, pada tahun 1981 dr. Lo Siauw Ging bergabung dengan demikian terjadi perombakan struktural dan pada tahun 1982 ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Umum atas pertimbangan kebutuhan akan jasa layanan kesehatan masyarakat dan atas usul IKES (Inspektur Kesehatan). Sebagai Rumah Sakit umum, Kasih Ibu memberikan pelayanan kesehatan tidak hanya seputar masalah kebidanan dan penyakit kandungan tetapi juga untuk berbagai jenis penyakit yang lain,sehingga sejak tahun 1982 semakin berkembang dalam memberikan pelayanan kesehatan. Klinik Umum, Klinik Gigi, dan juga beragam poliklinik spesialis mulai dirintis. Dokter-dokter spesialis dan umum yang pertama kali berkarya diantaranya adalah: 1. dr. Budi Kadarto ahli Bedah, 2. dr. Hafidh Zaini ahli Kebidanan dan Kandungan, 3. dr. Arini S ahli Penyakit Dalam, 4. dr. Sabdo Waluyo ahli Penyakit Anak, 5. dr. Paul Hardjono sebagai Dokter Umum. Dibawah kepemimpinan dr. Lo Siauw Ging, pada tahun 1983-1984 dilakukan perluasan sehingga kapasitas menjadi 95 tempat tidur. Dengan adanya kemajuan yang pesat maka direksi mengusulkan perluasan gedung 5 lantai dan usulan ini disetujui

27 oleh Yayasan Kasih Ibu. Program perluasan ini memang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercamtum dalam Garis Besar Haluan Negara dan Sistem Kesehatan Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yaitu bahwa masyarakat termasuk swasta ikut bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan gedung 5 lantai dengan atap joglo yang merupakan jati diri daerah Surakarta dimulai tanggal 20 Semptember 1989 ditandai dengan pemancangan tiang pancang pertama oleh Bapak Walikotamadya Surakarta, Bapak R Hartomo dan selesai tepat waktu tanggal 20 Desember 1990 (15 bulan) dan pada tanggal 2 Februari1991 dilakukan peresmian oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah, Bapak H Ismail, dengan kapasitas 145 tempat tidur dan mempunyai fasilitasfasilitas baik kamar perawat maupun peralatan-peralatan medis canggih yang modern dan pula telah dipikirkan mengenai dampak lingkungan, untuk itu telah dibuat "Sistem Sewage Treatment" untuk pembuangan limbah medis cair, sedangkan untuk limbah medis kering menggunakan "Incenerator". Hal ini semuanya mendukung program "Solo Berseri" khususnya amat penting dalam rangka mendukung pencapaian Adipura Kencana bagi Kota Madya Surakarta.

28 Atas kerja keras dan komitmen yang tinggi, Rumah Sakit Kasih Ibu dibawah pimpinan dr. Lo Siauw Ging sebagai Direktur, berusaha menjadi yang terbaik di Surakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan Rumah Sakit Kasih Ibu menjadi juara pertama dalam lomba bidang pelayanan kesehatan, kebersihan dan ketertiban Rumah Sakit tingkat Jawa Tengah pada tahun 1991 dan dalam tahun yang sama juga menjadi juara pertama lomba Rumah Sakit tingkat Nasional dalam kategori Rumah Sakit Swasta Klas Utama. Pada tahun 2001 sampai dengan Februari 2002, dilakukan pembangunan sistem pengelolaan pembuangan limbah medis cair "Sistem Dewats" untuk mengganti Sistem Sewage Treatment. Dengan menggunakan sistem yang baru ini, hasil test pengujian air limbah medis memenuhi persyaratan dengan peraturan kadar maksimum yang diperbolehkan oleh Standart Buku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Golongan II, SKGUB DIY No. 65 Tahun 1999. Tidak hanya pembangunan fisik saja yang diperhatikan tetapi kemajuan dalam pelayanan menjadi tujuan utama. Pengembangan pelayanan Persalinan yang telah dirintis oleh dr Hafidh Zaini, SpOG terus dikembangkan, melalui tenaga yang terampil dan terlatih serta didukung berbagai alat canggih, memberikan pelayanan persalinan yang aman, nyaman dan

29 benar. Peran yang besar untuk mendukung perkembangan pada awal pertumbuhan Pelayanan Kamar Bedah telah dilakukan oleh dr. Budi Kadarto, SpB beserta tim bedah Rumah Sakit Kasih Ibu yang hingga kini terus berkembang, dengan berbagai jenis layanan bedah maupun dengan peralatan yang semakin canggih. Pada tahun 1995 Rumah Sakit Kasih Ibu telah mampu melakukan bedah Laparoscopy, pembedahan dengan luka sangat minimal dan resiko lebih kecil yang dikerjakan oleh dr. Sugandi, SpB dokter bedah umum tetap Rumah Sakit Kasih Ibu. Pada tahun yang sama dilakukan pembaharuan alat USG. Pengoperasian CT Scan mulai dilaksanakan pada tahun 2001. Dalam perkembangan selanjutnya Rumah Sakit Kasih Ibu berupaya untuk terus menambah jumlah dokter tetapnya baik tenaga dokter spesialis maupun umum. Pada tahun 1998 Rumah Sakit Kasih Ibu mendapat Sertifikat Akreditasi Penuh dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebagai pengakuan bahwa Rumah Sakit telah memenuhi standart pelayanan Rumah Sakit yang meliputi 5 pokja : 1. administrasi dan manajemen, 2. pelayanan medis, 3. pelayanan gawat darurat, 4. pelayanan keperawatan, 5. rekam medis.

30 Pada tahun 2004 sampai dengan 2006 Rumah Sakit Kasih Ibu dipimpin oleh dr. Hendrik Daniel Manueke, Mkes Kemudian pada tahun 2006 sampai dengan sekarang direktur Rumah Sakit Kasih Ibu dijabat oleh dr. Sugandi Hardjanto, SpB. Tahun 2009 Rumah Sakit Kasih Ibu telah berhasil memperoleh Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan Nomor : YM.01.10/III/2742/09 tertanggal 22 Juli 2009 meliputi : 1. Administrasi Manajemen, 2. Pelayanan Medis, 3. Pelayanan Gawat Darurat, 4. Pelayanan Keperawatan, 5. Rekam Medis, 6. Farmasi, 7. K 3, 8. Radiologi, 9. Laboratorium, 10. Kamar Operasi, 11. Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit, 12. Perinatal Resiko Tinggi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit maka

31 pada tanggal 1 Maret 2012 telah terbit Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.05/I/356/12 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Kasih Ibu. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI ini memutuskan bahwa mulai tanggal 1 Maret 2012 Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B (http://rskasihibu.com/). Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar (Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/Menkes/Per/III/2010). 2. Data Dasar Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta a. Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Kasih Ibu b. Jenis Rumah Sakit : Rumah Sakit Swasta c. Nama Direktur Rumah Sakit : dr. Sugandi Hardjanto, Sp.B d. Alamat : Jl. Slamet Riyadi 404 Surakarta, Jawa Tengah

32 e. Surat Ijin Penetapan 1) Nomor : YM.02.04.2.2.1479 2) Tanggal : 07 Juli 2000 3) Oleh : Departemen Kesehatan 4) Sifat : Tetap f. Penyelenggara : Yayasan Kasih Ibu g. Luas Lahan & Bangunan 1) Luas Lahan Keseluruhan : 8753 2) Bangunan : 6822.8 h. Fasilitas dan Layanan Kamar Perawatan Rawat Inap 1) Intensive Care Unit (ICU) a) PICU (ICU Anak) b) ICCU (ICU Jantung) c) ICU Umum d) NICU (ICU Bayi) 2) Kamar Bayi a) Kamar Bayi Sehat b) Kamar Bayi Sakit 3) Kamar Bersalin a) Kamar Bersalin Umum b) Kamar Bersalin VIP c) Asuransi 2

33 4) Ruang Perawatan Umum a) Ruang Amarta (kelas VIP) b) Ruang Khusus Isolasi c) Ruang Wisnu (Super VIP, SVIP Maternal, VIP, Ruang Bersalin dan Kamar Bayi VIP) d) Ruang Ayodya (VIP, SVIP) e) Ruang Narada (kelas II) f) Unit Stroke (kamar khusus untuk penderita Stroke) g) Ruang Kamajaya ( kelas III) h) Ruang Ismaya (kelas I single) i) Ruang Wirata (kelas I) 5) Ruang Perawatan Anak a) Ruang Sadewa (kelas III) b) Ruang Nakula (kelas II) c) Ruang Krisna (kelas I) d) Ruang Rama (kelas VIP) 6) Ruang Kebidanan dan Kandungan a) Ruang Srikandi (kelas III) b) Ruang Ratih ( kelas II) c) Ruang Shinta (kelas I) 7) Kamar Operasi (http://rskasihibu.com/).

34 3. Falsafah, Visi, Misi, Tujuan dan Motto a. Falsafah Rumah Sakit Kasih Ibu merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. b. Visi Menjadi Rumah Sakit unggulan dan terpercaya di Surakarta dan sekitarnya. c. Misi Senantiasa berdedikasi mengutamakan keselamatan pasien dengan memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan bermutu tinggi. d. Tujuan Meningkatan derajat kesehatan masyarakat serta menurunkan angka kesakitan dengan menyediakan layanan kesehatan yang bermutu dan mandiri dalam pengembangan Rumah Sakit e. Motto Kasih Dalam Pelayanan (http://rskasihibu.com/)

35 B. Analisis dan Pembahasan 1. Bed Occupancy Rate (BOR) Bed Occupancy Rate adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Persentase ini menunjukkan seberapa jauh pemakaian tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rasio ini dipengaruhi oleh jumlah hari perawatan pasien dalam satu tahun dan jumlah tempat tidur dalam satu ruangan perawatan. Standar nasional indikator mutu pelayanan untuk Bed Occupancy Rate adalah antara 70-85% (Nursalam, 2014: 311). Apabila rata rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah standar nasional mutu pelayanan (<70%) berarti tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit belum digunakan sebagaimana mestinya dan apabila melebihi standar yang ditetapkan (>85%) akan mengakibatkan tempat tidur terisi penuh sehingga tidak mampu untuk menampung pasien yang mengalami kejadian luar biasa. Selain itu akan mengakibatkan tidak adanya waktu untuk pembersihan kamar pasien yang dirawat karena hampir semua tempat tidur yang tersedia selalu terisi penuh dengan pasien sehingga akan meningkatkan terjadinya infeksi nosokomial pada pasien.

36 Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio BOR ini adalah : 100% Tabel III.1 Perhitungan Bed Occupancy Rate Jumlah Kenaikan (+) / Tahun HP BOR tempat tidur Penurunan (-) 2012 46665 175 72,86-2013 50522 175 79,10 6,24 2014 46822 175 73,30-5,79 Sumber : data yang diolah Tabel III.1 di atas dapat dilihat bahwa perhitungan Bed Occupancy Rate dari tahun 2012-2014 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 menunjukkan angka rasio sebesar 72,86% yang berarti bahwa Rumah Sakit Kasih Ibu dapat memanfaatkan pemakaian tempat tidur dalam satu ruang perawatan dengan baik karena berada pada kisaran standar nasional indikator mutu pelayanan. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan sebesar 6,24 menjadi 79,10% yang berarti bahwa tingkat pemakaian tempat tidur sudah sesuai dengan standar nasional indikator mutu pelayanan. Kenaikan ini disebabkan karena jumlah hari perawatan pasien yang semakin meningkat dari tahun sebelumnya, dan kenaikan pada hari perawatan ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan pula pada jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Pada tahun 2014 menurun menjadi 73,30% namun

37 penurunan ini tidak berarti buruk karena hasil perhitungannya masih berada pada kisaran standar yang ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Kasih Ibu sudah efisien dan efektif dalam pengelolaan mutu pelayanannya karena dapat memanfaatkan tempat tidur yang tersedia di ruang perawatan dengan baik sesuai dengan standar yang ditetapkan dan mendapatkan keuntungan / benefit yang sebesar besarnya karena semakin tinggi persentase BOR maka semakin tinggi pula keuntungan suatu Rumah Sakit. 2. Length Of Stay (LOS) Length Of Stay adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dan memberikan gambaran mutu pelayanan. Standar nasional indikator mutu pelayanan untuk LOS antara 1-6 hari. Apabila rata-rata perhitungan lama rawat seorang pasien melebihi standar yang ditetapkan (>6 hari) maka pasien dapat terindikasi infeksi lain yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di Rumah Sakit (infeksi nosokomial) dan tingkat kepuasan pasien akan menurun sehingga bisa dikatakan bahwa Rumah Sakit belum mampu memberikan mutu pelayanan secara efisien dan efektif kepada pasien. Rasio Length Of Stay dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

38 Tabel III.2 Perhitungan Length Of Stay Lama dirawat Pasien Kenaikan (+) / Tahun LOS (HP) keluar Penurunan (-) 2012 46665 13023 3,58-2013 50522 14235 3,55-0,03 2014 46822 13579 3,45-0,10 Sumber : data yang diolah Berdasarkan tabel III.2 di atas menunjukkan bahwa rata rata perhitungan rasio LOS Rumah Sakit Kasih Ibu selama tiga tahun terakhir adalah 4 hari yang berarti bahwa pasien yang dirawat dapat pulih dan dapat pulang setelah 4 hari menjalani perawatan di Rumah Sakit. Pada tahun 2012 2014 rasio Length Of Stay terus mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan karena tersedianya fasilitas peralatan kesehatan di Rumah Sakit Kasih Ibu yang cukup memadai sehingga kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien bermutu dan memuaskan. Selain itu, penanganan dari para tenaga medis yang ahli di bidang kesehatan juga dapat mempercepat proses penyembuhan seorang pasien. Secara keseluruhan hasil perhitungan rasio LOS ini menujukkan bahwa Rumah Sakit Kasih Ibu memberikan pelayanan kepada pasien secara efektif dan efisien karena rata rata hari perawatan pasien sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat memanfaatkan peralatan kesehatan dengan sebaik baiknya serta kemampuan para tenaga medis dalam

39 menangani pasien karena semakin rendah nilai LOS maka akan semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan sehingga pasien yang sedang menjalani perawatan dapat terhindar dari infeksi nosokomial. 3. Turn Over Interval (TOI) Turn Over Interval adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati (kosong) dari telah diisi ke saat terisi berikutnya atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati kembali oleh pasien lain. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio Turn Over Interval adalah : Tabel III.3 Perhitungan Turn Over Interval Tahun Jumlah Pasien Kenaikan (+) / tempat HP TOI keluar Penurunan (-) tidur 2012 175 46665 13023 1,33-2013 175 50522 14235 0,95-0,38 2014 175 46822 13579 1,27 0,32 Sumber : data yang diolah Berdasarkan Tabel III.3 di atas menunjukkan hasil perhitungan TOI yang paling tinggi adalah pada tahun 2012

40 sebesar 1,33 atau dibulatkan menjadi 1 hari yang berarti bahwa tempat tidur tidak terisi (kosong) dan terisi kembali dalam kurun waktu 1 hari. Pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,38 menjadi 0,95 hari. Penurunan ini disebabkan karena semakin banyaknya pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehingga rata rata hari tempat tidur kosong dan akan terisi kembali lebih cepat dari tahun sebelumnya. Namun semakin banyaknya pasien yang dirawat di Rumah Sakit ini tidak selalu menjadi hal yang baik karena bisa mengakibatkan pelayanan yang diberikan kepada pasien kurang maksimal terlebih jika jumlah tenaga keperawatan dalam satu ruangan perawatan tidak mencukupi untuk menangani pasien yang ada. Pada tahun 2014 angka rasio TOI kembali meningkat menjadi 1,27 hari dan masih berada dalam kisaran standar mutu yang ditetapkan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2012-2014 tempat tidur kosong dan terisi kembali rata-rata dalam kisaran 1 hari sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur Rumah Sakit dalam kategori ideal. 4. Bed Turn Over (BTO) Bed Turn Over adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode atau berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Apabila perhitungan

41 rasio ini berada diatas standar nasional indikator mutu pelayanan dapat mengakibatkan umur pakai sarana tempat tidur menjadi lebih pendek. Selain itu apabila frekuensi pemakaian tempat tidur melampaui batas ideal (>50 kali per tahun) akan mengakibatkan tingkat kepuasan pasien terhadap sarana dan prasarana pelayanan menjadi berkurang sehingga perlu untuk mengganti tempat tidur lama dengan tempat tidur yang baru. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus : Tabel III.4 Perhitungan Bed Turn Over Jumlah Jumlah Kenaikan (+) / Tahun pasien keluar tempat BTO Penurunan (-) (hidup+mati) tidur 2012 13023 175 74,42-2013 14235 175 81,34 6,93 2014 13579 175 77,59-3,75 Sumber : data yang diolah Berdasarkan Tabel III.4 di atas dapat dilihat bahwa perhitungan Bed Turn Over dari tahun 2012-2014 melampaui standar nasional indikator mutu pelayanan. Pada tahun 2012 hasil perhitungan BTO menunjukkan angka 74,42 kali yang berarti bahwa dalam satu ruang perawatan, satu tempat tidur terpakai sebanyak 74 kali per tahun. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 6,93 menjadi 81,34 kali.

42 Peningkatan ini akan memberikan dampak negatif terhadap pasien karena apabila frekuensi pemakaian satu tempat tidur lebih dari 50 kali per tahunnya akan mengakibatkan tempat tidur menjadi tidak nyaman untuk digunakan sehingga tingkat kepuasan pasien terhadap sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia menjadi berkurang. Selain itu peningkatan ini juga akan mengakibatkan umur pakai sarana tempat tidur menjadi lebih pendek sehingga Rumah Sakit Kasih Ibu perlu untuk mengganti tempat tidur yang lama dengan tempat tidur baru. Hal ini akan menimbulkan adanya biaya untuk pengadaan tempat tidur dan biaya untuk perawatan. Pada tahun 2014 mengalami penurunan walaupun masih melampaui batas ideal, yaitu 77,59 kali/80 kali yang berarti bahwa satu tempat tidur dalam satu ruang perawatan dipakai sebanyak 80 kali. Hasil perhitungan rasio Bed Turn Over pada Rumah Sakit Kasih Ibu selama tahun 2012 2014 belum menunjukkan hasil yang efektif dan efisien karena perhitunggannya masih melampaui standar ideal yang ditetapkan. 5. Net Death Rate (NDR) Net Death Rate adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di Rumah Sakit. Standar

43 nasional indikator mutu pelayanan untuk NDR adalah <2,5%. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini : Tabel III.5 Perhitungan Net Death Rate Jumlah Jumlah NDR Kenaikan (+) / Tahun pasien mati pasien keluar (%) Penurunan (-) >48 jam (hidup+mati) 2012 228 13023 1,75-2013 221 14235 1,55-0,20 2014 175 13579 1,29-0,26 Sumber : data yang diolah Jika di lihat dari tabel III.5 pada tahun 2012 hasil perhitungan NDR Rumah Sakit Kasih Ibu menunjukkan angka 1,75% yang berarti bahwa jumlah pasien meninggal setelah 48 jam menjalani perawatan adalah sebesar 1,75%. Pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,20 menjadi 1,55%. Penurunan ini memberikan indikasi telah terjadi peningkatan kinerja dan adanya sistem koordinasi antar unit yang sudah optimal serta kemampuan tenaga medis dalam memberikan pelayanan secara cepat, tepat, handal dan profesional karena angka kematian bersih dapat menurun dari tahun sebelumnya. Hal ini akan meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan di Rumah Sakit Kasih Ibu. Pada tahun 2014 hasil perhitungan NDR kembali mengalami penurunan menjadi 1,29%, angka ini

44 sudah sesuai dengan standar nasional indikator mutu pelayanan yakni <2,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 sampai 2014 rata-rata nilai NDR jika dibulatkan berada pada kisaran 1-2% dan terus mengalami penurunan di setiap tahunnya sehingga dapat dikatakan bahwa Rumah Sakit Kasih Ibu sudah mampu memberikan kepuasan kepada pasien dalam pelayanan. 6. Gross Death Rate (GDR) Gross Death Rate adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Standar nasional indikator mutu pelayanan untuk GDR adalah <3%. Rasio Gross Death Rate dihitung dengan menggunakan rumus : Tabel III.6 Perhitungan Gross Death Rate Tahun Jumlah Jumlah pasien GDR Kenaikan (+) / pasien mati keluar (%) Penurunan (-) seluruhnya (hidup+mati) 2012 483 13023 3,71-2013 450 14235 3,16-0,55 2014 336 46822 0,72-2,44 Sumber : data yang diolah Berdasarkan dari tabel III.6 di atas pada tahun 2012 hasil perhitungan menunjukkan angka sebesar 3,71% atau dibulatkan menjadi 4% yang berarti bahwa angka kematian umum (<48 jam dan/atau >48 jam) setelah menjalani perawatan sebesar 4%.

45 Pada tahun 2013 2014 mengalami penurunan masing masing sebesar 0,55 dan 2,44. Penurunan ini mengindikasikan kondisi fisik pelayanan dari tenaga medis yang semakin baik yang ditunjukkan dengan kemampuan dalam menggunakan alat dan perlengkapan kerja secara efektif dan efisien sehingga angka kematian umum dapat menurun dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, hasil perhitungan Gross Death Rate pada tahun 2012 2013 di Rumah Sakit Kasih Ibu masih menujukkan hasil yang kurang baik karena hasil perhitungannya tidak sebanding dengan standar ideal yang ditetapkan. Hal tersebut terjadi karena adanya pasien yang datang ke Rumah Sakit Kasih Ibu adalah pasien rujukan dari Rumah Sakit lain yang sudah dalam kondisi yang kritis. C. Temuan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan atas perhitungan BOR, LOS, BTO, TOI, NDR dan GDR pada Rumah Sakit Kasih Ibu tahun 2012 sampai 2014 memperoleh beberapa hasil penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Kelebihan a. Dilihat dari persentase BOR tahun 2012 sampai 2014 pada Rumah Sakit Kasih Ibu menunjukkan bahwa mutu perawatan dan pelayanan yang diberikan sudah cukup baik

46 serta sudah sesuai dengan standar nasional indikator mutu pelayanan yaitu 75 80%. b. Rata-rata perhitungan Length Of Stay atau lamanya perawatan pasien di Rumah Sakit Kasih Ibu pada tahun 2012 sampai 2014 sudah sesuai standar ideal dan mencapai target yang diharapkan. Kisaran lamanya perawatan pasien adalah 4 hari yang menunjukkan bahwa pasien yang dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu dapat lebih cepat pulih karena mutu perawatan dan pelayanan yang diberikan cukup baik serta di dukung dengan ketersediaan alat-alat kesehatan yang cukup memadai. c. Berdasarkan perhitungan Turn Over Interval atau rata-rata hari tempat tidur kosong/tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya pada Rumah Sakit Kasih Ibu selama tahun 2012 sampai 2014 sudah sesuai dengan standar ideal dan mencapai target yang diharapkan yaitu kisaran 1 hari. d. Pada perhitungan NDR Rumah Sakit Kasih Ibu sudah menunjukkan hasil yang baik karena sudah sesuai dengan standar ideal dengan angka kematian kurang dari 2,5%. 2. Kekurangan a. Dilihat dari rasio Bed Turn Over atau frekuensi pemakaian tempat tidur pada Rumah Sakit Kasih Ibu selama tahun 2012 sampai 2014 berada diatas standar nasional indikator

47 mutu pelayanan. Hal ini akan mengakibatkan umur pakai sarana tempat tidur menjadi lebih pendek karena tempat tidur menjadi tidak nyaman untuk digunakan sehingga Rumah Sakit Kasih Ibu perlu untuk mengganti tempat tidur yang lama dengan tempat tidur baru yang akan menimbulkan biaya pengadaan tempat tidur dan biaya perawatan. b. Angka kematian umum atau Gross Death Rate pada tahun 2012 2013 menunjukkan keadaan yang kurang baik karena hasil perhitungannya berada diatas standar normal yang sudah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena banyak pasien rujukan dari Rumah Sakit lain sudah dalam keadaan kritis.