BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Wawancara Partisipan 1

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

KARAKTERISTIK INFORMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan Creswell (1998), tipe penelitian yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Panduan Wawancara Pada Perawat

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Hubungan Komunikasi Terapeutik..., Wildan Akhmad A.Y, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

3.2 Partisipan Penelitian/sumber data

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

Topik : school adjustment remaja ADHD yang bersekolah di sekolah umum. hubungan interpersonal yang positif pada remaja ADHD di sekolah umum

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LAMPIRAN - LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN. Pmengetahui Adaptasi Psikososial Wanita Yang Menghadapi Menopause.

Arwani dan Monica Ester, Komunikasi Dalam Keperawatan. EGC Jakarta, 2002.

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bidan pelaksana dan pasien post Section Caesarea (SC) melakukan proses

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER) Nama : Umur : Tahun. Status kepegawaian : Pendidikan : Lama kerja : B. Pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN DAN PARTISIPAN. Kepada YTH: Bapak / Ibu Pasien Klinik Kitamura Pontianak Di Tempat

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan milik Yayasan Katholik pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, kemudian pada tahun 1945 sebagian pengelolaan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II dan pada tahun 1956 secara keseluruhan rumah sakit diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kab. Semarang. RSUD Ambarawa adalah milik Pemerintah Kabupaten Semarang yang terletak di Jalan Kartini No.101 Ambarawa Kabupaten Semarang, dengan luas lahan 12.000 m 2. Penataan bangunan yang ada saat ini masih dalam tahap pengembangan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan kapasitas dan kualitas pelayanan yang berkembang pesat baik dilihat dari sisi internal (petugas pemberi pelayanan kesehatan) maupun eksternal (pengunjung dan pasien) rumah sakit.

RSUD Ambarawa dari waktu ke waktu dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan berjalan dengan lancar dan semakin mendapat kepercayaan dari berbagai pihak. Kondisi ini tidak terlepas dari konsistensi RSUD Ambarawa terhadap upaya pengembangan Rumah Sakit dengan berlandaskan pada visi RSUD Ambarawa: Menjadi Rumah Sakit yang berkualitas, terpercaya, dan kebanggaan bagi masyarakat. RSUD Ambarawa adalah rumah sakit Type C dengan jumlah tempat tidur sebanyak 259 buah. Berdasarkan letak geografis di atas maupun faktor lainnya, RSUD Ambarawa berada dalam posisi yang strategis sehingga kepercayaan terhadap RSUD Ambarawa dari masyarakat sebagai pelanggan terus meningkat. RSUD Ambarawa memperoleh prestasi lulus Akreditasi 16 Pelayanan pada tanggal 3 Januari 2012 dengan Nomor Sertifikat : KARS SERT/271/1/2012. Juara I Lomba Citra Pelayanan Prima Tingkat Kabupaten Semarang serta sertifikasi ISO 9001:2008 pada bulan Juli 2012.

4.1.2 Proses Pelaksanaan Penelitian Proses wawancara dan observasi dengan partisipan dilakukan di ruang ICU RSUD Ambarawa selama 3 hari, berlangsung dari tanggal 24-26 Juli 2014. Alat-alat yang peneliti gunakan untuk penelitian (pengambilan data) adalah panduan wawancara untuk mewawancarai keluarga pasien, panduan observasi perawat, handphone sebagai perekam suara, buku dan pena untuk mencatat keterangan penting selama proses wawancara dan observasi. Observasi perawat ICU dilakukan selama 2 hari, yaitu pada tanggal 24-25 Juli 2014 terhadap 2 orang perawat yang sama ketika shift pagi. Saat observasi di hari pertama, terdapat 3 pasien yang sedang dirawat di ruang ICU. Pasien pertama sudah dirawat selama 4 hari di ICU, pasien kedua sudah dirawat 3 hari di ICU, dan pasien ketiga sudah dirawat 1 hari di ICU. Dari beberapa kriteria di atas, peneliti memutuskan partisipan di ambil salah satu anggota keluarga dari masing-masing pasien tersebut. Wawancara dengan tiga partisipan dilakukan pada tanggal 26 Juni 2014 pukul 08.47 WIB 13.00 WIB, partisipan pertama pukul 08.47 WIB 08.54 WIB, pada

partisipan kedua pukul 09.03 WIB 09.10 WIB, dan partisipan ketiga pukul 12.02 WIB 12.07 WIB. Di awal wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan wawancara, dan ketiga partisipan bersedia untuk diwawancarai sambil direkam pembicaraannya. Terdapat beberapa kendala dalam proses penelitian, yaitu rekaman percakapan antara peneliti dengan partisipan narasumber kedua dan ketiga tidak seluruhnya terekam di handphone yang digunakan sebagai alat rekam. Tetapi setiap selesai wawancara, peneliti selalu memeriksa hasil rekaman, sehingga ketika terjadi kendala seperti di atas, peneliti langsung menulis percakapan dalam bentuk verbatim langsung pada panduan wawancara, sehingga peneliti tidak perlu melakukan wawancara ulang dengan partisipan. 4.1.3 Gambaran Umum Penelitian 4.1.3.1 Partisipan narasumber penelitian 4.1.3.1.1 Partisipan 1 (P1) Identitas P1 Nama Umur Alamat Hub. dengan pasien : Tn. H : 75 tahun : Bandungan : Suami

Penyakit pasien : Tidak tahu P1 merupakan suami dari pasien. Wawancara dengan P1 dilakukan pada tanggal 26 Juli 2014 pukul 08.47 WIB 08.54 WIB. Setelah P1 menyetujui untuk menjadi partisipan, peneliti langsung mengajukan pertanyaan terkait penelitian kepada P1. Wawancara terhadap P1 dilakukan sebelum jam kunjung siang di ICU (jam kunjung ICU pukul 11.00 WIB 13.00 WIB dan pukul 17.00 WIB 18.00 WIB). Saat wawancara P1 ditemani cucunya yang saat itu sedang menemani P1 menunggu pasien yang sedang dirawat di ICU. P1 telah menunggu pasien di ruang ICU selama 3 hari. Sebelumnya pasien pernah dirawat di ruang rawat inap biasa selama 2 hari. Berdasarkan keterangan P1, pasien dipindah dari ruang rawat inap biasa ke ICU karena kedua kaki pasien tidak bisa digerakkan dan mengalami penurunan kesadaran.

4.1.3.1.2 Partisipan 2 (P2) Identitas P2 Nama Umur Alamat Hub. dengan pasien Penyakit pasien : Ny. TP : 35 tahun : Ambarawa : Anak kandung : Stroke P2 merupakan anak ke-2 pasien yang tinggal satu rumah dengan pasien. Wawancara dengan P2 dilakukan pada tanggal 26 Juli 2014 pukul 09.03 WIB 09.07 WIB. Setelah P2 menyetujui untuk menjadi partisipan, peneliti langsung mengajukan pertanyaan terkait penelitian kepada P2. Wawancara terhadap P2 dilakukan sebelum jam kunjung siang di ICU. Saat wawancara, P2 hanya sendiri karena keluarga yang lain sedang keluar untuk makan. P2 telah menunggu pasien di ruang ICU selama 4 hari. Berdasarkan keterangan P2, ketika masuk rumah

sakit, pasien dianjurkan oleh dokter untuk menjalani perawatan di ruang ICU. 4.1.3.1.3 Partisipan 3 (P3) Identitas P3 Nama Umur Alamat Hub. dengan pasien Penyakit pasien : Ny. B : 19 tahun : Ambarawa : Anak kandung : Gagal ginjal P3 merupakan anak pertama pasien dari istri kedua. Wawancara dengan P3 dilakukan pada tanggal 26 Juli 2014 pukul 12.02 WIB 12.07 WIB. Wawancara dengan P3 dilakukan saat P3 selesai menjenguk pasien. Saat wawancara, P3 hanya sendiri karena keluarga yang lain tidak ada yang menjenguk pasien. P3 telah menunggu pasien di ruang ICU selama 6 hari, tetapi tidak menginap untuk menunggu pasien di ruang ICU. P3 datang ke ruang ICU RSUD Ambarawa hanya pada saat jam kunjung saja. P3

juga tidak tinggal satu rumah dengan pasien yang merupakan bapak kandungnya, tetapi P3 memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pasien. Berdasarkan keterangan P3, ketika masuk rumah sakit, pasien dianjurkan dokter untuk masuk ICU. 4.1.3.1.4 Partisipan 4 (P4) Nama Umur Alamat Pendidikan : Ny. MU : 36 tahun : Ambarawa : S1 Keperawatan P4 adalah salah satu perawat yang bertugas atau shift pagi pada tanggal 24 dan 25 Juli 2014. Shift pagi di RSUD Ambarawa berlangsung dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Peneliti mengobservasi P4 hari pertama mulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB, sedangkan di hari kedua pada pukul 11.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, interaksi antara

perawat dan keluarga pasien sering terjadi pada saat jam kunjung siang. Hal tersebut juga sejalan dengan keterangan perawat jaga yang mengatakan bahwa interaksi antara keluarga pasien dengan perawat jaga atau dokter jaga sering terjadi pada saat jam kunjung siang, yaitu pukul 11.00 WIB 13.00 WIB. 4.1.3.1.5 Partisipan 5 (P5) Nama Umur Alamat Pendidikan : Ny. MI : 32 tahun : Ambarawa : D3 Keperawatan P5 adalah perawat yang bertugas atau shift pagi bersama P4 pada tanggal 24 dan 25 Juli 2014. Waktu observasi yang peneliti lakukan terhadap P5 sama dengan waktu observasi pada P4. 4.2 Analisa Data Setelah semua data hasil wawancara dan observasi terkumpul, peneliti melakukan analisa data dengan

menggunakan teori Miles dan Hubermen yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 4.2.1 Reduksi Data Dalam reduksi data, peneliti menuliskan hasil rekaman dan catatan verbatim yang peneliti dapat selama melakukan penelitian dalam bentuk verbatim (terlampir), serta menyertakan lembaran observasi selama 2 hari untuk perawat ICU (terlampir). Kemudian dari hasil rekaman wawancara dan catatan verbatim tersebut, peneliti menentukan data-data yang berfokus pada pokok penelitian sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. 4.2.2 Penyajian data Penyajian data adalah dalam bentuk pengkodean yang sesuai dengan aspek penelitian. 4.2.2.1 Kecemasan 4.2.2.1.1 Partisipan 1 (P1) P1 mengalami kecemasan ketika menunggu pasien di ruang ICU. P1 tidak menjelaskan secara spesifik penyebab dari kecemasannya dan terlihat bingung dalam mengungkapkan penyebab kecemasannya.

Saya khawatir. (P1 : 42) Karena kan nanti-nanti ICU kan gawat. (P1 :44) P1 memiliki emosi yang stabil. P1 mengaku awalnya sangat merasa terpukul dengan keadaan pasien, tetapi tidak ditunjukkan kepada pasien dan anggota keluarga yang lain. Ya iya, nangis, tapi kan keluarnya di hati aja. (P1 : 48) Berdasarkan hasil wawancara dengan P1, peneliti menyimpulkan bahwa P1 mengalami kecemasan berupa rasa khawatir yang tidak jelas penyebabnya. 4.2.2.1.2 Partisipan 2 (P2) P2 mengalami kecemasan ketika menunggu pasien di ruang ICU. Awalnya P2 tidak bisa menjelaskan penyebab dari kecemasannya. Setelah dijelaskan oleh peneliti, P2 bisa mengatakan penyebab kecemasan yang dialami.

Ya yang namanya manusia pasti saya khawatir mba. (P2 : 32-33) P2 mengalami keadaan emosi yang tidak stabil. Terkadang P2 menangis tibatiba saat teringat keadaan pasien. Iya, saya pertama itu wah nangisnangis. Saya sedih liat keadaan bapak. Sampai sekarang pun saya kadang nangis kalo liat bapak gitu. (P2 : 60-63) Keterangan yang didapat dari P2 menjelaskan bahwa P2 mengalami kecemasan berupa rasa khawatir yang ditandai dengan keadaan emosi yang tidak stabil. 4.2.2.1.3 Partisipan 3 (P3) P3 mengalami kecemasan ketika menunggu pasien di ruang ICU. P3 juga bingung dengan penyebab munculnya rasa khawatir yang dirasakan selama pasien masuk ruang ICU. Ya khawatir. (P3 : 46)

Ya, campur aduk lah mba. Susah dijelaskan. (P3 : 48) P3 mengalami keadaan emosi yang tidak stabil. P3 mengatakan sering tibatiba marah dan nangis saat pasien masuk rumah sakit. Ya sering, saya sering marah-marah terus kadang nangis. (P3 : 51-52) Berdasarkan hasil wawancara dengan P3, peneliti menyimpulkan bahwa P3 mengalami kecemasan berupa rasa khawatir yang ditandai dengan keadaan emosi yang labil. 4.2.2.2 Gambaran Komunikasi Terapeutik 4.2.2.2.1 Partisipan 1 (P1) Pada awalnya, P1 mengatakan tidak pernah terjadi interaksi antara perawat dan P1. Hal ini membingungkan peneliti karena dalam observasi, peneliti menemukan adanya interaksi antara P1 dan perawat jaga. Setelah ditanyakan pertanyaan yang sama secara berulang-

ulang, barulah diketahui bahwa terjadi interaksi atau komunikasi terapeutik antara perawat dan P1. Jawaban dari P1 tentang interaksi tersebut sekaligus menjawab pertanyaan yang lainnya yaitu tentang validasi dari komunikasi terapeutik. Ini gimana, kok mumet-mumet gitu? Iya pak, ini baru saja obatnya masuk, baru disuntik. (P1 : 96-97) Interaksi antara perawat dan P1 terjadi pada saat hari pertama masuk ICU dan observasi hari kedua. Interaksi hari pertama masuk ICU berupa penjelasan mengenai ruang ICU, meliputi peraturan, peralatan yang dikenakan pasien, dan jam kunjung selama di ICU. Berdasarkan data di atas, peneliti menyimpulkan komunikasi terapeutik tidak terjadi antara perawat dan P1. Interaksi yang terjadi bertujuan untuk mendapatkan informasi dari perawat kepada P1.

4.2.2.2.2 Partisipan 2 (P2) Interaksi yang terjadi antara P2 dan perawat jaga terjadi cukup intensif. Dari hasil wawancara, P2 mengatakan pernah terjadi beberapa kali interaksi antara P2 dan perawat jaga. Beberapa interaksi diantaranya adalah menggambarkan peran perawat sebagai advokator, yaitu perawat menjembatani komunikasi antara dokter dan keluarga pasien. Beberapa kali lah mba. (P2 : 84) Perawatnya bilang, oo iya bu, nanti tunggu dokter yang jelasin, gitu mba. (P2 : 94-95) Terjadinya komunikasi terapeutik antara P2 dan perawat jaga juga dibuktikan dari adanya validasi yang dilakukan oleh P2. Perawat ya bilang yang sabar, kalo bapak masuk ICU karena butuh suasana tenang. (P2 : 107-108)

Pada awal masuk ruang ICU, P2 mendapat penjelasan mengenai rencana tindakan terkait kesembuhan pasien. Ada pas pertama kali masuk mba, penjelasan tentang jam kunjung, tapi yang lainnya saya sudah lupa. (P2 : 114-116) Komunikasi terapeutik yang terjadi antara P2 dan perawat jaga tidak sampai pada mengeluarkan unek-unek oleh P2. Ini disebabkan unek-unek merupakan hal yang sangat privasi bagi P2 sehingga jika P2 dipaksa untuk mengeluarkan unekunek maka akan terjadi komunikasi non terapeutik. Kalo unek-unek nda mba. (P2 : 120) Paparan di atas menjelaskan bahwa komunikasi terapeutik terjadi antara perawat dan P2. Interaksi yang terjadi bertujuan untuk memulihkan perasaan P2. Selain itu, komunikasi terapeutik yang terjadi juga memberi

gambaran peran perawat sebagai konselor dan advokator. 4.2.2.2.3 Partisipan 3 (P3) P3 merupakan keluarga dari pasien yang tidak pernah menginap untuk menunggu pasien di ICU. P3 datang hanya pada saat jam kunjung saja. Komunikasi terapeutik antara P3 dan perawat jaga tidak terjadi secara intensif. Pada saat hari pertama pasien masuk ICU, terjadi interaksi antara P3 dan perawat jaga, dihari selanjutnya tidak ada. P3 tidak memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan perawat atau pun dokter di ruang ICU karena P3 menganggap dirinya sudah mengetahui penyakit yang diderita pasien. Nda pernah sih. Lagian udah tau juga penyakit bapak gagal ginjal. (P3 : 64-65) Dari keterangan di atas, peneliti menyimpulkan komunikasi terapeutik

yang tidak terjadi antara perawat dan P3 dapat dipengaruhi oleh intensitas waktu P3 dalam menunggu pasien selama di ruang ICU. 4.2.2.2.3 Partisipan 4 (P4) Selama 2 hari observasi, P4 melakukan interaksi dengan P2 dihari kedua observasi. Dari hasil observasi, peneliti tidak menemukan kendala yang terjadi selama P4 melakukan proses komunikasi kepada P2. 4.2.2.2.3 Partisipan 5 (P5) P5 melakukan interaksi dengan P1 di hari kedua observasi dan P2 pada hari pertama observasi. Dari hasil observasi yang dilakukan P5 kepada kedua partisipan tersebut, peneliti tidak menemukan terjadinya komunikasi terapeutik sehingga kendala dari komunikasi terapeutik tidak ditemukan.

4.2.2.3 Dampak Komunikasi Terapeutik 4.2.2.3.1 Partisipan 1 (P1) Interaksi yang terjadi antara P1 dan perawat jaga bukan merupakan komunikasi terapeutik, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Tidak terjadinya komunikasi terapeutik antara perawat dan P1 tentu saja tidak akan menimbulkan dampak dari komunikasi terapeutik. Dari hasil wawancara dengan P1 diketahui saat pertama kali pasien masuk ICU, cucu dari P1 yang diberi penjelasan oleh perawat jaga dan dokter tentang tata tertib ICU ataupun rencana tindakan selama di ICU. Cucu dari P1 sudah menjelaskan kepada P1 terkait dengan penjelasan pada awal masuk ICU, dan P1 mengaku bahwa dirinya lupa dengan penjelasan tersebut. Ari, adiknya itu (menunjuk cucunya) (P1 : 105)

Lupa saya, karna kan orang tua (tertawa). Sudah saya tanya, tapi lupa saya. (P1 : 107 108) Paparan di atas menunjukkan menunjukkan tidak adanya dampak dari komunikasi terapeutik karena komunikasi terapeutik tidak terjadi antara perawat dan P1. 4.2.2.3.2 Partisipan 2 (P2) Terjadinya komunikasi terapeutik yang intensif antara P2 dan perawat jaga, memberikan dampak berupa perasaan lega. P2 merasa lega karena perawat tidak membebani dengan menjelaskan keadaan pasien yang kritis. Penjelasan perawat terkait keadaan pasien yang membutuhkan suasana tenang memberikan dampak perasaan lega pada P2. Hal yang disampaikan kepada perawat saat komunikasi terapeutik bukan merupakan unek-unek, yang disampaikan adalah hal-hal yang

berkaitan langsung dengan keadaan pasien. Lega mba karna sudah tau keadaan bapak bagaimana dari dokter terus dengar dari perawat kalo bapak butuh suasana tenang makanya dirawat di sini (P2 : 123-125) Berdasarkan hasil wawancara dengan P2, peneliti menyimpulkan bahwa dampak dari komunikasi terapeutik yang terjadi pada P2 adalah merasa diperhatikan. Ketika P2 merasa diperhatikan, P2 merasa aman dan tenang karena mengetahui keadaan pasien tidak seburuk yang dibayangkan. 4.2.2.3.3 Partisipan 3 (P3) Interaksi yang minim bahkan tidak terjadi antara P3 dan perawat jaga menyebabkan tidak ada dampak dari komunikasi terapeutik. Dampak komunikasi terapeutik yang tidak didapat dari P3 berhubungan dengan waktu yang diluangkan P3 dalam menunggu pasien,

yaitu P3 datang ke ruang ICU RSUD Ambarawa hanya pada saat jam kunjung. Berdasarkan hasil wawancara dengan P3, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi terapeutik dan dampak komunikasi terapeutik tidak terjadi pada P3 karena intensitas waktu yang kurang untuk P3 menunggu pasien di ICU. 4.2.3 Conclusion Drawing Interaksi yang dilakukan antara partisipan narasumber dan partisipan observasi tidak seluruhnya merupakan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Hasil wawancara dan observasi dengan P1 dan P3 menunjukkan pernah terjadi interaksi dengan partisipan observasi, tetapi interaksi tersebut bukan merupakan pelaksanaan komunikasi terapeutik, dan hasil wawancara dan observasi dengan P2 menunjukkan interaksi yang terjadi dengan partisipan observasi merupakan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Hasil wawancara terhadap partisipan narusumber menunjukkan terjadi kecemasan. Dampak komunikasi terapeutik terhadap kecemasan P2 adalah adanya perasaan lega, sedangkan

terhadap P1 dan P3 tidak ada dampak untuk kecemasan karena komunikasi terapeutik tidak terjadi. 4.3 Uji Keabsahan Data Peneliti melakukan uji kredibilitas data dengan menggunakan trianggulasi teknik, yaitu membandingkan apakan hasil wawancara sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. 4.3.1 Partisipan 1 (P1) 4.3.1.1 Hasil Wawancara Dalam pembahasan sebelumnya, peneliti telah menjelaskan bahwa antara perawat dan P1 terjadi interaksi saat pertama kali masuk ICU dan pada saat P1 menanyakan seputar keadaan pasien terkait reaksi obat. Interaksi yang terjadi tersebut bukan merupakan komunikasi terapeutik. 4.3.1.2 Hasil Observasi Pada hari pertama observasi, yaitu pada hari Kamis, 24 Juli 2014, peneliti melakukan observasi pada 2 orang perawat yang sedang shift dan merawat pasien dari P1. Hasilnya adalah kedua perawat jaga tersebut tidak melakukan interaksi dengan P1. Pada observasi dihari kedua,

yaitu hari Jumat, 25 Juli 2014, P1 melakukan interaksi dengan P5. 4.3.2 Partisipan 2 (P2) 4.3.2.1 Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan P2, terjadi beberapa kali interaksi antara perawat dan P2. Pada pembahasan mengenai gambaran komunikasi terapeutik P2, juga sudah dijelaskan bahwa interaksi yang terjadi merupakan pelaksanaan komunikasi terapeutik. 4.3.2.2 Hasil Observasi Dari hasil observasi terhadap P4 dan P5 yang peneliti lakukan dalam 2 hari yaitu pada hari Kamis, 24 Juli 2014 dan Jumat, 25 Juli 2014 menunjukkan interaksi terjadi antara perawat dan P2. Pada observasi hari pertama, P5 melakukan interaksi dengan dengan P2, dan pada hari kedua observasi, P4 melakukan interaksi dengan P2. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan P2, yang mengatakan bahwa sering terjadi interaksi dengan perawat jaga terkait kondisi pasien.

4.3.3 Partisipan 3 (P3) 4.3.3.1 Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan P3 menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi bahkan komunikasi terapeutik antara perawat dan P3. 4.3.3.2 Hasil Observasi Selama 2 hari observasi yang dilakukan pada Kamis, 24 Juli 2014 dan Jumat, 25 Juli 2014, PA dan PB tidak menunjukkan terjadinya komunikasi terapeutik dengan P3. 4.4 Pembahasan 4.4.1 Gambaran Kecemasan Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh, kecemasan adalah rasa khawatir yang tidak jelas penyebabnya, ditandai dengan keadaan emosi yang labil. Hasil penelitian mengenai kecemasan ini sejalan dengan pengertian kecemasan menurut Gunarsa (2008), yaitu kecemasan merupakan rasa khawatir yang tidak jelas penyebabnya. Menurut Ramaiah (2003), kecemasan merupakan hal yang selalu menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam hidupnya. Hal

tersebut merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan hidupnya, dalam hal ini adalah orang terdekat yang disayangi menderita suatu penyakit. Kecemasan biasanya muncul diiringi dengan berbagai gangguan emosi (marah, menangis atau merasa kesepian). 4.4.2 Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah interaksi yang bertujuan untuk memulihkan kondisi psikologis seseorang. Menurut Zen (2013), secara psikologis, seorang perawat mampu menjadi obat bagi pasien karena selalu dekat dengannya. Kehadiran sekaligus interaksi yang dilakukan perawat dalam melaksanakan pelayanan mampu memberikan kenyamanan bagi pasien. 4.4.3 Gambaran Komunikasi Terapeutik Hasil wawancara dan observasi yang peneliti peroleh, sering ditemukan interaksi antara pewat dan keluarga pasien. Namun, interaksi yang terjadi tidak semuanya merupakan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Interaksi yang tergolong komunikasi terapeutik adalah terjadinya komunikasi dua arah antara komunikan dan komunikator dalam ruang lingkup kesehatan, dan komunikasi teraputik

memberikan dampak pemulihan atau kesembuhan pada komunikan (Zen, 2013). 4.4.4 Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien Berdasarkan hasil wawancara, komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat berpengaruh terhadap kecemasan keluarga pasien. Pengaruh dari komunikasi terapeutik tersebut adalah kecemasan yang dialami keluarga pasien berkurang, yaitu keluarga pasien merasa tenang dan lega karena telah memperoleh informasi terkait kondisi pasien. Menurut Potter & Perry (2005), rasa tenang dan lega yang dialami oleh keluarga pasien muncul akibat dari adanya rasa aman dari ancaman atau situasi yang menyebabkan kecemasan. Hal tersebut merupakan perwujudan dari perhatian yang diberikan perawat kepada pasien (dalam hal ini keluarga pasien). Hasil wawancara dan observasi juga menunjukkan manfaat penelitian ini, yaitu pelaksanaan komunikasi terapeutik memberi gambaran peran perwat sebagai konselor. Selain itu, peran perawat sebagai advokator juga tergambar dalam pelakasanaan komunikasi terapeutik dalam penelitian ini.

4.5 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah kesulitan dalam mengobservasi perawat jaga diakibatkan karena sulitnya mencari perawat yang sama untuk diobservasi dihari selanjutnya dan pada pasien yang sama pula. Selain itu, peneliti juga mengalami kesulitan dalam menggali informasi yang dalam dari narasumber terkait tema penelitian karena usia yang terlalu tua sehingga susah untuk mengingat hal-hal yang detail.