BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran umum penyakit ISPA 1. Definisi ISPA Istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, Saluran Pernafasan dan Akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut: 7) a Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit. b Saluran Pernafasan adalah organ pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA mencakup saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah termasuk jaringan paru dan organ adneksa saluran pernafasan. c Infeksi Akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA ada yang berlangsung lebih dari 14 hari. 7) 2. Klasifikasi ISPA Dalam penentuan klasifikasi penyakit ISPA dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: 7) a Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun 1). Pneumonia berat Adanya batuk dan kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (chese indrawing). 2). Pneumonia Adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai umur. Adanya nafas cepat ( fast breating) ini ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan. Batas nafas cepat adalah
frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih. Pada anak usia kurang dari 2 bulan 50 kali per menit atau lebih, dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 sampai kurang dari 5 tahun. 3). Bukan Pnemonia Adanya batuk pilek biasa (common cold) yang tidak menunjukkan gejala adanya penarikan dinding dada ke dalam. b. Kelompok umur kurang dari 2 bulan 1). Pnemonia berat Nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding sebelah dada ke dalam (severe chest indrawing) 2). Bukan Pneumonia Adanya batuk pilek biasa (common cold) yang tidak menunjukkan gejala adanya penarikan dinding dada ke dalam. 7) 3. Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri dari 300 bakteri, virus, dan rikettsa. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetela dan korinebakterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain dari golongan miksovirus, adenovirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. 8) 4. Sumber Terjadinya Penyakit ISPA ISPA sangat sering menyerang bayi dan anak anak balita, dan terjadinya ISPA sangat dipengaruhi atau ditimbulkan oleh 3 faktor yaitu: 9) a Bakteri penyebab ISPA ISPA di negara berkembang umumnya disebabkan oleh bakteri Steptococcus pneumoniae dan Hemophylus influenzae. Bakteri ini bisa menimbulkan penyakit jika daya tahan tubuh seseorang dalam keadaan lemah. Penularan ISPA terjadi melalui saluran pernafasan. Bakteri yang masuk ke dalam tubuh melewati jalan pernafasan kemudian ditularkan ke orang lain lewat pernafasan atau percikan ludah. b Daya tahan tubuh penderita
Daya tahan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mencegah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyakit di dalam tubuh. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh: 1) Status gizi Anak yang status gizinya kurang atau buruk akan lebih mudah terjangkit penyakit menular atau penyakit infeksi. Bayi yang diberi ASI biasanya lebih tahan terhadap ISPA. 2). Kekebalan tubuh Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kekebalan alami terhadap difteri dan campak hingga usia 4-9 bulan. Kekebalan alami diperoleh dari ibunya ketika dalam kandungan. Pada bayi kekebalan dapat ditimbulkan dengan memberikan imunisasi. c Kondisi Lingkungan Rumah Kondisi lingkungan rumah sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit termasuk ISPA. Kondisi lingkungan rumah yang kotor merupakan media yang baik bagi perkembangan vektor dan kuman penyakit. Rumah yang kondisi ventilasinya kurang akan mengakibatkan kurangnya pertukaran udara di dalam rumah. 4) 5. Faktor Resiko ISPA a. Faktor resiko yang meningkatkan angka morbiditas ISPA Faktor resiko yang meningkatkan angka morbiditas penyakit ISPA yaitu bayi usia kurang dari dua bulan, laki-laki, kurang gizi, berat bayi lahir rendah, bayi yang tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A. 3) b. Faktor resiko yang meningkatkan angka mortalitas ISPA Faktor resiko yang meningkatkan angka mortalitas ISPA yaitu bayi usia kurang dari dua bulan, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, berat
bayi lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat jangkauan pelayanan kesehatan rendah, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yamg tidak memadai dan anak balita yang mendapatkan penyakit kronis. 3) 6. Bahaya ISPA bagi Anak balita Penyebab utama kematian bayi di Indonesia ada 3, yaitu: diare, penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan tetanus. Kematian pada penderita ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat yang lebih berat yaitu pneumonia atau pneumonia berat. Seringkali penyakit dimulai dengan batuk pilek biasa, tetapi karena daya tahan tubuh anak lemah maka penyakit dengan cepat menjalar ke paru-paru dan anak tidak mendapatkan pengobatan yang tepat. 8) Seringkali ISPA tidak mengakibatkan kematian, tetapi menimbulkan cacat tertentu, yaitu: a ISPA bukan pneumonia yang ditandai dengan gejala batuk dan pilek jika dibiarkan dapat menjalar ke rongga telinga tengah dan terbentuk cairan atau nanah. Nanah ini dapat mendesak selaput gendang pendengaran hingga pecah dan mungkin menjadi tuli. b ISPA yang terjadi berulang-ulang, khususnya pada paru-paru dapat mengakibatkan gangguan fungsi pernafasan. Akibatnya pada masa dewasa anak tersebut akan menderita batuk dan sesak nafas yang menahun (kronis). 8) 7. Pencegahan dan Penanggulangan ISPA a. Pencegahan penyakit menular ISPA Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yaitu: Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. 7) Upaya pencegahan penyakit ISPA meliputi imunisasi (campak dan pertusis), perbaikan gizi anak termasuk promosi penggunaan ASI, peningkatan kesehatan untuk ibu hamil untuk mencegah berat bayi lahir
rendah, mengurangi polusi di dalam rumah atau di luar rumah, mengurangi kepadatan penduduk, memperbaiki ventilasi rumah, meningkatkan hygiene kesehatan. b. Penanggulangan Penyakit menular ISPA Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular di masyarakat serendah mungkin sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut, yang meliputi tiga kelompok sasaran yaitu: 7) 1). Kelompok sasaran langsung pada sumber penularan pejamu Karena sumber penularan ISPA adalah mausia maka cara pendekatannya akan berbeda mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber. Pada sumber penularan dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan yang sesuai. 2). Sasaran ditujukan pada cara penularan Penularan penyakit ISPA dapat berlangsung melalui perantaraan udara maupun dengan kontak langsung. Upaya pencegahan terhadap kontak langsung biasanya dititikberatkan pada penyuluhan kesehatan. Sedangkan pencegahan penularan melalui udara dapat dilakukan dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan. 7) 3). Sasaran ditujukan pada pejamu potensial Peningkatan kekebalan khusus dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dasar sebagai bagian dari program pembangunan kesehatan yang ternyata cukup berhasil dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan serta menurunkan angka kematian bayi dan anak balita. Tidak semua penderita ISPA dapat dicegah dengan imunisasi. Cara vaksinasi yang efektif dan memuaskan belum ditemukan. Tetapi pada saat ini telah dikembangkan vaksinasi terhadap virus influensa dengan menggunakan virus yang telah dilemahkan atau dimatikan. Sasaran vaksinasi adalah masyarakat yang mudah terjangkit penyakit bila terjadi wabah influensa (lanjut usia, bayi, anak balita). Indikasi penting diberikan pada wanita hamil dan penderita dengan defisiensi sistem imun. Vaksinasi
influensa ini belum dikembangkan di Indonesia. Pada saat ini vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya ISPA pada anak balita dan telah diterapkan di Indonesia baru Difteri dan Campak saja. 7) B. Rumah Sehat 1. Pengertian Rumah Perumahan merupakan tempat tinggal bagi kehidupan sehari-hari, maka perumahan hendaknya dapat menjamin ketenangan dan ketentraman bagi penghuninya, sehingga mereka betah tinggal di rumah. 10) Pengertian perumahan (housing) menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan untuk kesehatan jasmani dan rohani, dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu. Sehingga untuk mewujudkan rumah yang memenuhi fungsi di atas, rumah tidak harus mewah atau besar tetapi rumah yang sederhanapun dapat dibentuk menjadi rumah yang layak huni. 11) 2. Syarat Rumah Sehat Perumahan dapat dikatakan memenuhi syarat bila memenuhi kriteria kesehatan sebagai berikut: a. Dapat melindungi manusia dari keadaan cuaca yang merugikan kesehatan (hujan, panas, dingin dan angin) serta gangguan alam lainnya. b. Dapat digunakan untuk tempat tinggal atau istirahat, memasak, makan, mencuci, bercengkerama, tempat anak-anak bermain dan kegiatan hidup berkeluarga lainnya. c. Dapat mencegah penyebaran penyakit menular yang dapat ditularkan oleh binatang yang dapat berkembang biak di dalam rumah serta melalui pencemaran kotoran. d. Dapat melindungi penghuni dari bahaya kebisingan dan pencemaran.
e. Dapat menjamin penghuni dari gangguan atau bahaya kesehatan maupun keracunan yang dapat timbul secara langsung maupun tak langsung oleh susunan konstruksi atau bahan-bahan bangunan yang dipergunakan. f. Dapat menimbulkan kegairahan hidup, meningkatkan hubungan sosial diantara penghuni rumah. 12) C. Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Hubungannya Dengan ISPA. 1. Kepadatan Hunian Rumah (over crowding) Kepadatan hunian rumah perlu diperhatikan karena: a. Semua orang memerlukan tempat yang cukup untuk melakukan aktifitasnya di dalam rumah. b. Keadaan rumah yang penuh sesak oleh penghuni akan mengurangi kenyamanan dalam melakukan aktifitas. c. Rumah yang padat penghuni akan lebih memungkinkan cepat terjadinya penularan penyakit pernafasan atau penyakit yang ditularkan oleh virus dan kontak perorangan. d. Rumah yang padat penghuni akan mempengaruhi psikologis penghuninya sehingga produktifitas kerja akan menurun. 15) Untuk menetapkan luas rumah, jumlah dan ukuran ruangan harus disesuaikan dengan jumlah orang yang akan menempati rumah tersebut agar tidak terjadi kelebihan jumlah penghuni rumah. Rumah yang dihuni oleh banyak orang dan ukuran luas rumah tidak sebanding dengan jumlah orang maka akan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan dan berpotensi terhadap penularan penyakit dan infeksi 10). Kepadatan penghuni rumah (over crowding) menimbulkan efek-efek yang negatif terhadap kesehatan fisik, mental, moral dan penyebaran penyakit menular. Rumah tinggal dikatakan over crowding bila orang-orang yang tinggal di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 13) a. Dua individu atau lebih dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan bukan berstatus suami isteri tidur dalam satu kamar.
b. Jumlah orang didalam rumah dibandingkan dengan luas lantai melebihi ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu ruang tidur minimal adalah 8 m 2 dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang dalam satu ruang kecuali anak di bawah 5 tahun. 13) 2. Ventilasi Rumah Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan secara alamiah maupun secara mekanik. Secara alami berarti terjadinya pertukaran udara dari luar ke dalam dan dari dalam ke luar ruangan terjadi melalui jendela, pintu, atau lubang penghawaan sebagai ventilasi. Sedangkan secara mekanis berarti pertukaran udara terjadi dengan adanya bantuan alat bantu ventilasi. 14) Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, yaitu: 16) a. menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar atau bersih, ini berarti keseimbangan O 2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O 2 di dalam rumah yang berarti kadar CO 2 yang bersifat racun bagi penghuni rumah akan meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit. b. Membebaskan udara ruangan dari bakteri, terutama bakteri patogen karena terjadinya aliran udara yang terus menerus sehingga bakteri yang terbawa udara akan selalu mengalir. c. Menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban yang optimum. 16) Luas ventilasi untuk ruangan dalam rumah harus cukup sehingga dapat terjadi pertukaran udara yang baik dan tidak menimbulkan udara yang tidak bergerak. Besarnya luas ventilasi pada tiap-tiap ruangan adalah 10-20% dari luas lantai masing-masing ruangan. 16) 3. Kelembaban
Rumah yang memenuhi syarat kesehatan adalah rumah yang dapat memberikan perlindungan terhadap penghuninya diantaranya adalah kelembaban di dalam rumah, sehingga penghuni yang tinggal di dalam rumah akan merasa nyaman. Rumah yang memenuhi syarat kesehatan kelembabannya antara 40% sampai 70%, karena kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan kuman penyebab penyakit. Kelembaban di dalam rumah disebabkan oleh 3 faktor yaitu: a. Kelembaban yang naik dari tanah (Rising damp) b. Merembes melalui dinding (Percolating damp) c. Bocor melalui atap (Roof damp) Kelembaban yang naik dari tanah (Rising damp) disebabkan oleh proses kerja osmotif atau tenaga tarik kapiler dari bahan dinding yang mengadakan kontak dengan tanah yang lembab, dimana dapat naik ke dinding hingga mencapai ketinggian 3-4 meter. Rembesan melalui dinding rumah disebabkan oleh infiltrasi hujan yang masuk ke dalam dinding. Hal ini dapat dicegah dengan membuat dinding dua lapis berjarak kurang lebih 5 cm, sehingga air yang meresap ke dinding akan menetes masuk ke dalam celah. Selain itu dapat juga membuat plesteran di dinding luar adukan semen yang kedap air. Sedangkan kebocoran atap disebabkan karena tidak semua atap benar-benar tahan air tahan cuaca terutama genteng, dimana air hujan dapat merembes melalui celah-celahnya. Oleh karena itu perlu celah genteng direkat dengan bahan yang tahan air. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut di atas adalah: a. Drainagse yang baik di sekitar rumah b. Membuat lantai kedap air c. Membuat lapisan yang dapat menahan lembab. 4. Pencahayaan Pencahayaan yang paling utama adalah cahaya matahari. Pencahayaan matahari selain sebagai sistem penerangan, ternyata dapat berperan sebagai pembunuh kuman atau bakteri (Germicid) disamping untuk penyembuhan beberapa penyakit. Cahaya berperan sebagai Germicid karena cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang mempunyai energi. Telah dapat dibuktikan bahwa banyak
jenis parasit dapat mati jika mendapat sinar matahari secara langsung, seperti bakteri saluran pernafasan, penyakit mata dan penyakit kulit. Oleh karena itu diusahakan agar sinar matahari yang masuk tidak terhalang oleh pohon, bangunan maupun tembok yang tinggi. Pencahayaan minimal untuk rumah sehat adalah 60 Lux. Sumber pencahayaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: a. Pencahayaan alami yaitu cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting karena selain berguna untuk mengurangi kelembaban juga dapat mengusir nyamuk dan dapat membunuh bakteri patogen seperti tuberculosis, cacar, influensa, dan penyakit mata. b. Pencahayaan buatan yaitu cahaya bukan alamiah seperti lampu listrik dan lampu minyak tanah. Pencahayaan alamiah banyak dipengaruhi oleh keadaan alam sekitar rumah dan teknik pembuatan jendela. Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah indonesia melalui Departemen Pekerjaan Umum telah mnenetapkan bahwa untuk kesehatan ruangan, sinar matahari pagi harus masuk ke dalam ruangan minimal 1 jam sehari atau bila penerangan matahari tidak langsung minimum 8 jam sehari. 5. Suhu Udara Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829 tahun 1999, suhu udara yang ideal atau nyaman adalah berkisar antara 18 o C-30 o C. Setiap mikroorganisme mempunyai batas suhu untuk dapat bertahan hidup. Suhu yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme dinamakan temperatur optimum. Pada umumnya bakteri lebih tahan terhadap temperatur rendah daripada temperatur tinggi, tetapi daya tahan terhadap temperatur itu berbeda-beda untuk tiap spesies. 6. Jenis Lantai Jenis lantai atau kondisi lantai rumah sangat penting, mengingat lantai yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan dapat menjadi perantara atau media penularan penyakit seperti penyakit saluran pernapasan. Lantai suatu rumah harus padat atau stabil sehingga mudah dibersihkan dan dapat cepat kering bila terkena air. Lantai rumah yang disyaratkan oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk rumah sehat
adalah tidak mudah aus, kedap air, mudah dibersihkan, tidak luntur, tidak mudah terbakar dan harus memenuhi normalisasi dan peraturan yang berlaku. D. Kerangka Teori Tinjauan Pustaka yang sudah dipaparkan dibuat kerangka teori sebagai berikut : Kondisi lingkungan fisik rumah: a. Kepadatan hunian b. Ventilasi c. Suhu d. Kelembaban e. Pencahayaan f. Jenis lantai Pertumbuhan kuman Infeksi mikroorganisme Jumlah kuman Daya tahan tubuh Kejadian ISPA a. Status gizi b. Status Imunisasi Sumber : Modifikasi 8), 9), 16)
Bagan : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA. E. Kerangka Konsep Variabel Bebas Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Kepadatan hunian Ventilasi Suhu rumah Kelembaban Variable Terikat Kejadian ISPA pada Anak Balita pencahayaan Jenis lantai F. Hipotesis Penelitian a. Ada hubungan antara : 1. Kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan
2. Ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan. 3. Suhu dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan. 4. Kelembaban dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan. 5. Pencahayaan dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan. 6. Jenis lantai dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan.