BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Koping individu tidak efektif

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung


NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

MAKALAH HALUSINASI. Rentang respon :

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

PROSES TERJADINYA MASALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II KONSEP DASAR A.

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II TINJAUAN KASUS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan sensori persepsi,halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatau yang sebenarnya tidak ada. hal itu memungkinkan mempengaruhi pmikiran mereka mencakup perasaan merasamendengar,melihat,membau,meraba,merasa. Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien,yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun dasarnya mungkin organic fungsional,psikotik ataupun histerik. (Maramis, 2004) Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa stimulus dari luar. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien skisofrenia. (Stuart and sundeen, 1995) Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsang yang menimbulkannya(tidak ada objeknya).misalnya,merasa melihat ada orang yang akan memukul,padahal tidak ada seorang pun disekitarnya,sekalipun tidak nyata,tetapi bagi pennderita gangguan 6

jiwa,halusinasi di rasakan sebagai sesuatu yang sungguh sungguh. (Baihaqi MIF dkk.) Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengaami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diperkarai secara internal atau eksternal disertai dengan suatu pngurangan berlebih-lebihan.distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus. (Towsend MS,1998) Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). B. Rentang respon Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang berhubungan dengan fungsi neurobiologik,perilaku yang dapat di amati dan mungkin menunjukan adanya halusinasi,respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai mal adaptif yang dapat di gambarkan sebagai berikut. 7

Gambar 2.1 Rentang respon neurobiologik Respon adaptif Maladaptif 1. pikiran logis 2. persepsi logis 3. emosi konsisten dengan pengalaman 4. Perilaku sesuai hubungan social. 1. Pikiran kadang 2. Ilusi 3. Reaksi emosional berlebihan 4. Perilaku ganjil menaik diri. 1. Kelainan pikiran atau delusi 2. Halusinasi 3. Ketidak mampuan untuk 4. Ketidakteraturan isolasi Social. ( Stuart and sundeen,1990:302 ) C. ETIOLOGI 1. Faktor predisposisi Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya neurobiology seperti halusinasi antara lain : ( Stuart, 2007 ) a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai 8

dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: 1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal berhubungan dengan perilaku psikotik. 2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. 3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). b. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien misalnya anak diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara yang mengambil jarak dengannya. 9

c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress sehingga tidak menutup kemungknan budaya ataupun adat yang dianggap terlalu berat bagi seseorang dapat menyebabkan saseorang menjadi gangguan jiwa. 2. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stres lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku 10

dan umumnya lingkungan yang dapat mendukung bertambahnya gangguan jiwa adalah lingkungan perkotaan yang dimana tingkat individualismenya sangat tinggi. c. Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor berlebihnya informasi pada syaraf yang menerima dan memperoses inflamasi di thalamus frontal otak D. MANIFESTASI KLINIK Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu: 1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai. 2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara. 3. Gerakan mata abnormal. 4. Respon verbal yang lambat. 5. Diam. 6. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk. 7. Perilaku menyerang teror seperti panik. 8. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain. 9. Menarik diri atau katatonik. 10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas. 11

11. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah. 12. Penyempitan kemampuan konsenstrasi. 13. Dipenuhi dengan pengalaman sensori. Tabel 1 : Karakteristik Halusinasi ( Stuart and Laraia 2003 ) No Jenis Halusinasi Karakteristik 1 Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sring suara kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara kedua penderita halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang kadang dapat membahayakan. 2 Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan / sesuatu yang menakutkan seperti monster. 12

3 Penciuman Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau- bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya akibat stroke, tumor, kejang dan demensia 4 Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, dan feses 5 Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain. 6 Chanesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena (arteri), pencernaan makanan 7 Klinestetik Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri E. Fase-fase halusinasi. Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada pada intensitasnya dan keparahan (Stuart and Larai,2005) membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase 13

halusinasinya.klien semakin berat mengalami ansietas dan makin,dikendaalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam table. Tabel 1 Fase-fase Halusinasi (Stuart and Larai,2005) Halusinasi karakteristik Perilaku klien FASE 1 Comforting ansietas sebagai halusinasi menyenagkan FASE II Condemning Klien mengalami perasaan seperti ansietas,kesepian,rasa bersalah dan takut mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani (nonpsikotik) Pengalaman sensasi menjijikan dan Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara menggerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan 14

Ansietas berat halusinasi memberatkan FASE III Controling Ansietas berat pengalaman sensori menjadi penguasa FASE IV Conquering / panic menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkin menciba untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang di persepsikan,individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain(nonpsikotik) Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan mnyerah dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya,individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berahir(psikotik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika ansietas,peningkatan tekanan darah,peningkatan nadi dan pernapasan,penyempitan kemampuan konsentrasidan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita Kemampuan dikendalikan hlusinasi akan lebih di takuti,kerusakan berhubungan dengan orang lain,rentang perhatian hanya beberapa detik / menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat,tremor,tidak mampu memahamiperaturan Perilaku tremor akibat panic,potensi berat suicida 15

Umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya klien mengikuti perintah halusinasi berahir dari beberapa jam / hari jika intervensi terapeutik(psikotik berat) /nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi,seperti kekerasan,agitasi,agitas menarik diri,tidak mampu merespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang. F. Masalah keperawatan. 1. Resikoperilaku kekerasan. 2. Perubahan persepsi sensori halusinasi. 3. Isolasi sosial : menarik diri. 4. Harga Diri Rendah. G. Pohon masalah. Perilaku kekerasan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran Core problem 16

Isolasi sosial : Menarik Diri Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah (Keliat,2006) H. Diagnosa keperawatan. 1) Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar 2) Resikoperilaku kekerasan. 3) Isolasi sosial : Menarik Diri 4) Gangguan kinsep diri : Harga Diri Rendah 17

I. Intervensi Tgl No. DX Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi 1 Perilaku kekerasan Setelah interaksi klien menunjukkan : 1. Tanda tanda percaya kepada perawat : a) Wajah cerah, tersenyum b) Mau berkenalan c) Ada kontak mata d) Bersedia menceritakan perasaan 2. Klien dapat menceritakan penyebab perilaku kekerasan a. Menceritakan penyebab perasaan jengkel / kesal baik dari diri sendiri maupung lingkungannya Rencana Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya a) Beri salam setiap berinteraksi b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien d) Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan : a) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya b) Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan ps Rasional a) Menciptakan tras pada klien b) Tak kenal maka tak sayang c) Agar lebih akrap dalam menyapa klien d) Mewujudkan percaya pada klien e) Memvalidasi perasaan klien a) Mengungkapkan perasaan klien b) Memperhatikan klien TT 18

3. Klien dapat menceritakan tandatanda saat terjadi perilaku kekerasan a) Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain b) Tanda emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar c) Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan 4.Klien dapat menjelaskan : a. Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya b. Perasaannya saat melakukan kekerasan c. Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah 3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan a) Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi b) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tandatanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan c) Motivasi klien menceritakan hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) 4) Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya a) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya b) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi c) Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi a) Mengusahakan klien mau bercerita b) Menguasahakan klien mau bercerita c) Mengusahakan klien mau bercerita a) Memberikan kesempatan pada klien untuk bercerita b) Mengetahui bagaimana perasaa klien etelah melakukan tindak kekerasan c) Klien dapat memilah mana yang benar dan yang salah 51 19

52 5. Klien dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan a) Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll b) Orang lain / keluarga : luka, tersinggungu, ketakutan, dll. c) Lingkungan : barang atau benda rusak, dll 6. Klien dapat : Menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah 7. Klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan a) Fisik : nafas dalam, memukul bantal / kasur 10) Klien dapat megidentifikasi akibat perilaku kekerasan a. Diri sendiri b. Orang lain / keluarga c. Lingkungan 11) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan : Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah : - Cara fisik : nafas dalam, pukul bantalk atau kasur, olah raga - Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain - Sosial : latihan asertif dengan orang lain - Spiritual : sembahyang / doa, zikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya masing-masing 12) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan Latih klien memperagakan cara yang dipilih : Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan Klien tahu cara untuk mengungkapkan marah Klien dapat mendemonstrasikan cara yang dipilih 20

53 b). Verbal : mengungkapkan perasaan kesal / jengkel pada orang lain tanpa menyakiti c). Spiritual : zikir / doa, meditasi sesuai agamanya 8. Perawat dapat melakukan petemuan dengan keluarga a. Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien 9 Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih 9 Jelaskan manfaat cara tersebut 9 Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan 9 Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna 9 13) Klien mendapat dukungan keluarga untuk megontrol perilaku kekerasan : a) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan b) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekekarasan c) Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien d) Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan) b) Agar keluarga klien tahu pendukung nutuk klien itu sangat penting 21

54 9. Klien dapat menjelaskan : a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama obat d) Bentuk dan warna obat e) Dosis yang diberikan kepadanya f) Waktu pemakaian g) Cara pemakaian h) Efek yang dirasakan e) Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang f) Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan 14) Klien menggunakan obat sesuai program yag telah ditetapkan: a) Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat) b) Dosis yang tepat untuk klien c) Waktu pemakaian d) Cara pemakaian e) Efek yang dirasakan klien Anjurkan klien : a) Minta dan menggunakan obat tepat waktu b) Lapor ke perawat / dokter jika mengalami efek yang tidak biasa c) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat Agar klien mau minum obat secara teratur dan tahu mengenai dosis, jeis obat, waktu pemakaian dan cara pemakaian 22

2 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Setelah interaksi klien menunjukkan : 1. Tanda tanda percaya kepada perawat : a) Ekspresi wajah bersahabat b) Menunjukkan rasa senang c) Ada kontak mata d) Mau berjabat tangan e) Mau menyebutkan nama f) Mau duduk berdampingan dengan perawat g) Bersedia mengngkapkan masalah yang dihadapi 1. Bina hubungan saling percaya a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat c) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi a) Menciptakan tras pada klien b) Tak kenal maka tak sayang c) Mewujudkan rasa percaya pada klien 55 d) Tanyakan perasaan klien danmasalah yang dihadapi klien e) Dengarkan dengan penuh perhatian d). Memvalidasi perasaan klien e). Memperhatikan perasaan kilen 2. Klien dapat menyebutkan : a) Isi b) Waktu c) Frekuensi d) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi 2. Klien dapat menyebutkan a) Mengetahui jenis halusinasi b) Mengetahui isi, waktu,frekuensi halusinasi c) Mengetahui situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinai Klien dapat menceritakan mengenai halusinasinya 3. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya di lakukan untuk mengendalikan halusiasi 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya a). Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika Klien dapat mengidentifikasikan cara yang harus dilakukan jika terjadi halusinasi 23

56 4. Klien dapat menyebutkan cara kontrol halisinasi 5. Klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi 6. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat terjadi halusinasi 4. Diskuikan cara yang diinginkan klien : a) Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian b) Jika cara yang digunakan mal adaptif dikusikan cara tersebut 5. Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi : a) Katakan pada diri sendiri bahwa suara itu tidak nyata b) Bantu klien memillih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya c) Beri keempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih d) Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatuh, jika berhasil beri pujian 6. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi a) Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat, topiik). b) Diskusikan dengan keluarga tentang : Pengertian halusinasi a) Memberi reinforcement positif b) Memberikan cara yang terbaik untuk klien Memberitahukan cara terbaru pada klien cara memutus halusinasi a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien b) Agar keluarga tahu mengenai sakit yang diderita klien 24

57 Tanda dan gejala halusinasi Isi halusinasi Waktu halusinasi Frekuensi halusinasi Situasi terjadinya halusinasi. dll 3 Isolasi Sosial : Menarik Diri 7. Klien dapat menyebutkan a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosi, efek terapi dan efek samping Setelah interaksi klien menunjukkan : 1. Tanda tanda percaya kepada perawat : a) Wajah cerah, tersenyum b) Mau berkenalan c) Ada kontak mata 7. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosi, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat a) Pantau klien saat penggunaan obat b) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar c) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 1. Bina hubungan saling percaya a) Beri salam setiap berinteraksi b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien Agar klie mau minum obat dengan tepat 25

2. Klien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri a) Diri sendiri b) Orang lain c) Lingkungan 3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri a) Banyak teman b) Tidak kesepian c) Bisa berdiskusi d) Saling menolong Kerugian menarik diri, misalnya : a) Sendiri b) Kesepian c) Tidak bisa diskusi 2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri : Tanyakan pada klien tentang : a) Orang yang tinggal serumah / teman sekamar b) Orang yang paling dekat dengan klien dirumah / diruangan c) Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah / diruang perawatan d) Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut e) Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain 3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri. Tanyakan pada klien tentang : a) Manfaat hubungan sosial b) Kerugian menarik diri 58 26

59 59 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan : a) Perawat b) Perawat lain c) Klien lain d) Kelompok lain 5. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : a) Orang lain b) Kelompok 6. Perawat dapat bertemu dengan keluarga dan dapat menjelaskan : a) Pengertian menarik diri b) Tanda dan gejala menarik diri c) Penyebab dan akibat menarik diri d) Cara merawat klien menarik diri 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial ecara ecara bertahap. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan: a) Perawat lain b) Klien lain c) Kelompok 5. Klien mampu menjelaskan perasaanya setelah berhubungan sosial dengan : a) Orang lain b) Kelompok 6) Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial Jelaskan pada keluarga tentang: a) Pengertian menarik diri b) Tanda dan gejala menarik diri c) Penyebab dan akibat menarik diri d) Cara merawat klien menarik diri 27

3 Gangguan konsep diri : Harga diri rendah 7. Klien dapat menyebutkan a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat Setelah interaksi klien menunjukkan : 1. Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi 2. Klien dapat menyebutkan a) Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien b) Aspek positif keluarga c) Aspek positif lingkungan klien 3. Klien menyebutkan kemampuan yang dapat 7. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji 2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki Diskusikan dengan klien tentang : a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan b) Kemampuan yang dimiliki klien 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan 60 28

61 dilaksanakan a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya 4. Klien membuat rencana kegiatan harian 5. Klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat 6. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien a) Kegiatan mandiri b) Kegiatan dengan bantuan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat a) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan b) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien d) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga 29

62 diri rendah b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 30