BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Panduan Lengkap Cara Pembuatan SOP Dalam Akreditasi Puskesmas Pengertian SOP Tujuan SOP Manfaat KOP SOP Komponen SOP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT. Asfriyati, SKM, MKes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali.

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menuju masyarakat Indonesia sehat, tindakan yang harus dilakukan yaitu

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

PENINGKATAN AKTIFITAS POSYANDU LANSIA CEMPAKA SEHAT SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

Lampiran 1. Panduan wawancara (Untuk Lansia) Daftar Pertanyaan Terbuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERANAN POSYANDU LANSIA DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KERTOSARI, KECAMATAN BABADAN, KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I LATAR BELAKANG

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Intensi 1. Definisi Intensi Menurut kamus besar Dagun (2006), intensi adalah keinginan bertindak untuk melakukan atau merubah sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Ajzen dan Fishbein, (1980) dalam Azwar, (2005), intensi merupakan niat untuk berperilaku, seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya dengan orang lain, ia juga ingin agar melakukannya. Intensi digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan perilaku. Intensi untuk berperilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Menurut Ajzen, (1988) dalam Azwar, (2005), keyakinan mengenai tersediatidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan akan menentukan intensi untuk berperilaku. Keyakinan dapat berasal dari pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan dimasa lalu, dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung mengenai perilaku tersebut, misal melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mengurangi atau menambah kesan kesukaran untuk melakukan perbuatan yang mungkin akan dilakukan. Disamping berbagai faktor penting seperti hakikat stimulus itu sendiri, latar belakang, pengalaman individu, motivasi, status kepribadian, dan sebagainya, memang sikap individu memegang peranan dalam menentukan bagaimana perilaku seseorang dilingkungannya. 11

12 2. Faktor Pembentuk Intensi Keterkaitan antara intensi untuk berperilaku dengan perilaku aktual salah satu pendekatannya dapat ditemukan pada teori perilaku terencana (Theory of Planed Behaviour / TPB). TPB merupakan salah satu teori yang digunakan untuk mengetahui bagaimana keyakinan individu untuk memahami apakah mereka jadi memutuskan untuk bersikap terhadap objek sikap dan bagaimana keyakinan mereka memprediksi apakah mereka pada akhirnya akan bersikap (Ajzen, 1991 dalam Albery & Munafo, 2011). Menurut teori TPB, intensi seseorang untuk berperilaku diprediksi oleh tiga faktor berbasis keyakinan. Menurut Ajzen (1991) dalam Albery & Munafo (2011), ketiga faktor tersebut antara lain : a. Sikap b. Norma Subjektif c. Pengendalian Perilaku Adapun penjelasan dari ketiga faktor tersebut adalah : a. Sikap Menurut Ajzen (1991) dalam Albery & Munafo (2011), sikap merupakan keyakinan tentang apakah hasil yang mestinya individu peroleh jika telah bersikap tertentu. Di waktu yang sama, individu juga memegang keyakinan tentang nilai dari hasil itu bagi individu sendiri. Sikap untuk berperilaku ini meliputi : 1) Keyakinan Keyakinan berperilaku yaitu bagaimana individu meyakini tentang apakah hasil yang seharusnya diperoleh jika sudah bersikap tertentu. (Ajzen, 1991 dalam Albery & Munafo, 2011). Misalnya bahwa mengikuti kegiatan posbindu sangat bagus, karena itu individu menjadi tergerak untuk mengikutinya

13 Keyakinan merupakan suatu hal yang diyakini oleh seseorang dan tertanam dalam pikiran yang nantinya akan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Keyakinan datang dari pengalaman, dari apa yang kita baca, kita dengar, kita lihat dan rasakan. Baik secara sadar maupun tidak sadar, keyakinan akan melandasi cara kita berfikir, berbicara, dan bertindak dimasa sekarang dan dimasa depan. Keyakinan merupakan satu hal awal yang paling penting bagi seseorang untuk memulai sesuatu. Jika keyakinan yang ditanam dalam diri sudah positif, hasil yang diperoleh kemudian juga akan positif. Akan tetapi, jika keyakinan yang ditanam negatif, hasil yang diperoleh juga akan negatif. Jika kita yakin akan akan membuat kita menjadi baik (Judirman, 2010). Misal mengikuti posbindu lansia akan membuat kita menjadi lebih sehat, maka sehat pun akan menjadi fokus kita dan akhirnya kita menjadi lebih sehat. Keyakinan akan manfaat atau hasil yang diperoleh lansia, pada tahap perkembangan lansia misalnya, lansia dapat mempersiapkan diri dengan kondisi tubuhnya yang semakin tua semakin menurun, bertemu teman sebaya atau memperbaiki hubungan yang baik dengan orang-orang seusianya, dengan saling bercerita dan bertukar fikiran (Maryam, 2008). 2) Evaluasi Hasil Evaluasi hasil merupakan keyakinan tentang nilai hasil bagi dirinya sendiri dari apa yang telah individu sikapi (Ajzen, 1991 dalam Albery & Munafo, 2011). Misalnya memikirkan tentang mengikuti kegiatan posbindu lansia secara teratur. Ia mungkin berfikir jika mengikuti kegiatan posbindu secara teratur akan memunculkan hasil bahwa ia menjadi lebih sehat.

14 Evaluasi akan hasil perilaku merupakan penilaian yang diberikan oleh individu terhadap tiap akibat atau hasil yang dapat diperoleh apabila menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Evaluasi atau penilaian ini dapat bersifat menguntungkan dapat juga merugikan, berharga atau tidak berharga, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Semakin positif evaluasi individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap terhadap objek tersebut, demikian pula sebaliknya (Widyarini, 2009). Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa pada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Misal lansia berpendapat bahwa kegiatan posbindu lansia mungkin bermanfaat atau tidak bermanfaat (Ajen, 1980 dalam Azwar, 2005). Sikap merupakan penilaian yang bersifat pribadi dari individu yang bersangkutan, menyangkut pengetahuan dan keyakinannya mengenai perilaku tertentu, baik dan buruknya, keuntungan dan manfaatnya. Sikap meliputi rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendekati atau menghindari situasi, orang, kelompok, atau lingkungan yang dikenal (Taufiq, 2006). b. Norma Subjektif Menurut Ajzen, (1991) dalam Albery & Munafo, (2011), norma subjektif merupakan keyakinan individu tentang apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang bersangkutan. Norma subjektif meliputi : 1) Keyakinan Normative Keyakinan normative yaitu bagaimana keyakinan yang individu miliki tentang orang lain yang di anggap penting juga ingin individu bersikap demikian (Ajzen, 1991 dalam Albery & Munafo, 2011). Misalnya ketika individu mengikuti kegiatan posbindu secara teratur,

15 bisa jadi ia melakukannya karena percaya dengan orang terdekat, petugas kesehatan, ataupun kader. Keyakinan merupakan salah satu faktor utama yang akan membuat dan menentukan persepsi seseorang terhadap hal-hal yang akan terjadi dalam kehidupannya. Keyakinan seseorang biasanya tercipta dan terbentuk ketika mereka sering melihat, meniru hal-hal atau kebiasaan orang disekitarnya (Judirman, 2010). Dalam posbindu lansia misalnya, mereka dapat melihat kebiasaan teman sebaya, kader, petugas kesehatan, dan lain-lain. Awalnya mereka melihat, kemudian mereka akan mulai meniru dan berbuat mengikuti kebiasaan tersebut Seperti ketika lansia melakukan kegiatan posbindu lansia secara teratur, bisa jadi lansia tersebut melakukannya karena percaya dengan orang tersebut. Keyakinan normativ bisa jadi saran dari orang lain atau tentang persetujuan dan ketidaksetujuan orang lain terhadap perilaku yang akan individu lakukan (Ajzen, 1980 dalam Abraham & Shanley, 1997). 2) Motivasi Pencapaian Motivasi untuk mencapai keinginan mencerminkan keyakinan bahwa individu ingin melakukan apa yang orang lain penting bagi individu tersebut ingin individu melakukannya (Ajzen, 1990 dalam Albery & Munafo, 2011). Misalnya seperti jika kita yakin bahwa kader dan petugas kesehatan ingin kita mengikuti kegiatan posbindu lansia secara teratur dan kita suka, kemudian kita mengerjakan apa yang diharapkan oleh petugas kesehatan, maka potensi besar untuk membentuk intensi melakukan kegiatan posbindu lansia yang teratur ini, dan karena itulah kita ingin bersikap seperti apa yang diinginkan.

16 Motivasi sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat individu melakukan apa yang individu lakukan ; motivasi merujuk pada suatu proses individu yang menyebabkan bergerak untuk menuju suatu tujuan atau bergerak menjauhi situasi yang tidak menyenangkan (Wade & Carol, 2008). Norma subjektif merupakan keyakinan seseorang mengenai apa yang harus dilakukan individu menurut orang lain, serta kekuatan motivasi individu untuk memenuhi harapan orang lain tersebut. Dalam melakukan sesuatu yang penting, seseorang akan mempertimbangkan apa harapan orang lain, dalam hal ini adalah orang-orang terdekat seperti keluarga, teman sebaya, kader, atau petugas pelayanan kesehatan di posbindu lansia. Namun harapan orang-orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya, ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan (Widyarini, 2009). Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi terjadinya sikap. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak langkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin dikecewakan atau seseoarang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu (Azwar, 2005) Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat apabila orang lain lebih memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkahlaku sesuai dengan harapan tersebut. Bila seseorang bersifat positif terhadap kegiatan posbindu, di dukung oleh kader dan petugas kesehatan, tetapi sangat ditentang oleh keluarganya yang dicintai, besar kemungkinan niatnya untuk mewujudkan mengikuti kegiatan posbindu lansia menjadi berkurang (Widyarini, 2009).

17 Menurut Nasution (2013), dukungan kaluarga dan dukungan kader mempengaruhi pemanfaatan posbindu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu. Keluarga dapat menjadi motivator yang kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posbindu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal. Sedangkan peran kader adalah sebagai motivator atau penyuluh kesehatan yang membantu petugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya hidup sehat bagi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada. Menurut Nurani, dukungan kader serta petugas kesehatan juga berperan dalam keikutsertaan lansia dalam mengikuti kegiatan posbindu lansia. c. Pengendalian perilaku atau kontrol perilaku Menurut Ajzen (1991) dalam Albery & Munafo (2011), pengendalian perilaku merupakan keyakinan-keyakinan yang berkaitan dengan seberapa banyak kontrol yang dianggap dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu, untuk menjelaskan hubungan sikap-perilaku dalam perilaku tak-dikehendaki. Misalnya individu ingin membentuk intensi untuk mengikuti kegiatan posbindu lansia secara teratur jika ia yakin bahwa tindakan itu berada dibawah kontrol individu sendiri, yaitu individu memiliki kemampuan untuk mengerjakan perilaku tersebut Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masalalu dan perkiraan individu mengenai mudah sulitnya melakukan perilaku yang akan dilakukan. Kontrol perilaku ini sangat penting, artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang dalam kondisi lemah (Ajzen, 1988 dalam Azwar, 2005).

18 Dalam teori perilaku terencana, keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada pengendalian perilaku. Ketiga komponen ini saling berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada akhirnya akan menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Ajzen, 1988 dalam Azwar, 2005). B. Konsep Posbindu Lansia 1. Pengertian Posbindu Lansia Posbindu lansia merupakan suatu wadah pelayanan pada lanjut usia dimasyarakat, dibentuk dan dilaksanakan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat, lintas sector pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial, dll sebagai upaya promotif dan preventif. Posbindu lansia juga diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, seni budaya, olahraga maupun pelayanan lain yang dibutuhkan oleh lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Komnas, 2010) Posbindu lansia merupakan pos pelayananan terpadu yang digerakkan oleh masyarakat untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posbindu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Fallen & Budi, 2009). 2. Sasaran Posbindu Lansia a. Sasaran langsung yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).

19 b. Sasaran tidak langsung yaitu keluarga dimana usia lajut berada, masyarakat luas, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, dan masyarakat luar (Depkes RI, 2003). 3. Tujuan Posbindu Lansia Tujuan pelayanan posbindu lansia menurut Komnas (2010), antara lain : a. Meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia b. Mecapai masa tua bahagia dan berdayaguna dalam kehidupan berkeluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Pencapaian dalam hal ini tidak hanya sehat fisik, tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial, vokasional, dan spiritual. c. Mencapai usia sehat dan mandiri 4. Manfaat Posbindu Lansia Manfaat dari posbindu lansia adalah kesehatan fisik lanjut usia dapat dipertahankan tetap bugar, kesehatan rekreasi tetap terpelihara, dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya. 5. Sumber Daya Manusia (SDM) Berdasarkan Komnas (2010), petugas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posbindu lansia sebaiknya 8 orang akan tetapi bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang di anjurkan yaitu : a. Ketua Posbindu Tugas dan fungsi ketua posbindu adalah bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posbindu dan bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posbindu.

20 b.sekretaris Tugas dari sekretaris yaitu mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pengendalian posbindu. c. Bendahara Tugas dari bendahara yaitu mencatat pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posbindu. d.kader jumlah 5 orang Tugas kader dalam posbindu usia lanjut antara lain : mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan posbindu, memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posbindu, melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posbindu lanjut usia, melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku pencatatan lainnya, membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya, melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan minatnya. 6. Mekanisme Pelayanan Posbindu Lansia Menurut Komnas (2010), mekanisme pelayanan posbindu lansia terdiri atas 5 meja, yaitu : a. Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register kemudian menuju meja selanjutnya. b. Meja 2 : Tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT). c. Meja 3 : Tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb, kolesterol, asam urat, pemberian vitamin, dan lain-lain). d. Meja 4 : Tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan). Penyuluhan kesehatan individu berdasarkan KMS.

21 e. Meja 5 : Tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lainlain sesuai kebutuhan) 7. Kegiatan Posbindu Lansia Lansia memiliki permasalahan yang bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah sosial ekonomi dan pendidikan yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu kegiatan posbindu lansia tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja, tetapi juga upaya sosial dan karya serta pendidikan. Menurut Komnas (2010), jenis kegiatan yang dilakukan posbindu lansia untuk pencapaian kesejahteraan lansia antara lain : a. Kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali. Kegemukan atau kekurusan dapat dilihat dengan perhitungan IMT. Akibat dari kegemukan yaitu orang cenderung mudah terkena penyakit seperti kencing manis, hipertensi, penyakit jantung, batu empedu. Bila terlalu kurus dicurigai adanya penyakit menahun. b. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah. Pemeriksaan dilakukan minimal 1 bulan sekali, tetapi bagi yang menderita hipertensi dianjurkan periksa setiap minggu. c. Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb), gula darah, asam urat dan kolesterol darah. Bagi lansia sehat cukup diperiksa 6 bulan sekali, namun bagi lansia yang mempunyai faktor resiko seperti keturunan DM sebaiknya periksa 3 bulan sekali, dan bagi yang sudah menderita maka dilakukan di posbindu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga dari Puskesmas atau di koordinasikan dengan laboratorium setempat.

22 d. Kegiatan konseling, penyuluhan kesehatan, dan gizi dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu. Selain itu dapat memantau faktor resiko penyakit degenaratif agar mengetahui dan dapat mengendalikannya e. Konseling usaha ekonomi produktif dilakukan sesuai dengan kebutuhan f. Kegiatan aktifitas fisik senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar jadwal 9. Pedoman Pelaksanaan Posbindu a. Bagi petugas kesehatan 1) Upaya promotif yaitu upaya petugas kesehatan untuk menggairahkan semangat hidup usia lanjut, agar merasa tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. 2) Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan 3) Upaya kuratif yaitu pengobatan bagi usia lanjut dimana penanggulangannya perlu melibatkan banyak multidisiplin ilmu kedokteran 4) Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ tubuh yang telah menurun b. Bagi lanjut usia yaitu kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi dirinya, keluarga, masyarakat luas, agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna (Depkes RI, 2003) 10. Hal yang Mempengaruhi Kehadiran Lansia ke Posbindu Lansia Menurut penelitian Putri (2008), yang mempengaruhi lansia dalam keaktifan posbindu lansia antara lain : a. Niat : niat merupakan keinginan, maksud atau tujuan dari suatu perilaku. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

23 perawatan kesehatannya. Niat berhubungan dengan keaktifan kunjungan lansia ke posbindu lansia. b. Dukungan kader kesehatan : dukungan kader kesehatan sangat mempengaruhi minat atau kesediaan lansia memanfaatkan kegiatan posbindu lansia. Peran tenaga kesehatan sangat berarti bagi lansia selain keberadaan kader itu sendiri karena selain dapat memberikan pelayanan kesehatan atau pengobatan, petugas juga menambah rasa percaya diri seseorang untuk melakukan pencarían pengobatan dibandingkan dengan yang tidak ada petugas kesehatan. c. Kondisi dan situasi : kondisi dan situasi yang memungkinkan akan menjadikan lansia untuk bertindak. Seperti kondisi saat lansia sakit, lansia tidak dapat berkunjung sendiri ke posbindu lansia tanpa didampingi oleh keluarga, serta situasi yang mungkin lebih penting untuk didatangi daripada ke posbindu lansia. Sedangkan menurut penelitian Henniwati, dkk (2008), yang mempengaruhi pemanfaatan ke Posbindu lansia antara lain : a. Pekerjaan : dibandingkan penduduk lansia desa dan kota, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan lebih banyak yang masih bekerja pada usia tua dibandingkan dengan perkotaan, dikarenakan jaminan sosial dan kesehatan yang masih kurang. b. Kualitas pelayanan : kualitas pelayanan posbindu lansia yang baik mempengaruhi lansia dalam memanfaatkan posbindu lansia c. Jarak tempuh : pemanfaatan posbindu lansia lebih banyak dimanfaatkan oleh lansia dengan jarak rumah yang dekat daripada yang jauh dengan posbindu lansia. d. Petugas kesehatan : adanya petugas kesehatan yang baik maka lansia juga akan lebih memanfaatkan posbindu lansia.

24 C. Kerangka Teori Sikap (Keyakinan x Evaluasi hasil) Norma subjektif (Keyakinan normative x Motivasi pencapaian) Intensi perilaku Pengendalian Perilaku yang disadari Skema 2.1 : Teori Perilaku Terencana Ajzen, (1991) dalam Albery & Munafo, (2011) D. Kerangka Konsep Penelitian Sikap Norma subjektif Intensi lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu lansia Pengendalian perilaku Skema 2.2 : Kerangka Konsep

25 E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang meliputi sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku. 2. Variabel terikat (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah intensi lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu lansia. F. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara sikap dengan intensi lansia mengikuti kegiatan posbindu lansia. 2. Ada hubungan antara norma subjektif dengan intensi lansia mengikuti kegiatan posbindu lansia 3. Ada hubungan antara pengendalian perilaku dengan intensi lansia mengikuti kegiatan posbindu lansia