31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super Data nilai rataan bobot bagian edible Ayam Kampung Super yang diberi perlakuan tepung pasak bumi dicantumkan pada Tabel 5. Tabel 5. Bobot Edible Ayam Kampung Super Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......g... 1 237,2 345,8 392 440,5 390 2 290,4 373,1 449,2 482,6 473 3 358,8 395,9 463,2 517,1 534,7 4 363,8 421,5 564,7 541,3 551 Rata-rata 312,55 384,07 467,27 495,37 487,17 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Berdasarkan Tabel 5 rataan bobot edible ayam kampung super hasil penelitian berkisar antara 312,5 gram sampai dengan 495,37 gram. Rataan bobot edible paling tinggi terdapat pada perlakuan R3 (495,37 gram) diikuti R4 (487,17 gram), R2 (467,27 gram), R1 (384,07 gram) dan R0 (312,55 gram). Pengaruh pemberian tepung pasak bumi (Eurycoma Longifolia Jack) pada ransum terhadap bagian edible dapat diketahui dengan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan tepung pasak bumi pada ransum memberikan pengaruh yang nyata (P
32 < 0,05) terhadap bobot edible ayam kampung super, untuk mengetahui perbedaan perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Duncan Bobot Edible Ayam Kampung Super Perlakuan Rataan Edible Signifikansi (0,05) ------------- g ------------ R0 312,55 a R1 384,07 ab R2 467,27 bc R4 R3 487,17 495,37 c c Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada bobot edible ayam kampung super yang diberi tepung pasak bumi sebanyak 0,050% (R2), 0,100% (R4) dan 0,075% (R3) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bobot edible yang diberi tepung pasak bumi 0,025% (R1) dan (R0) yang tidak diberi tepung pasak bumi kemudian pemberian tepung pasak bumi 0,050% (R2) dengan 0,025% (R1) tidak berbeda nyata dan pemberian tepung pasak bumi sebesar 0,025% (R1) dengan tidak diberi tepung pasak bumi (R0) tidak berbeda nyata akan tetapi (R2) dengan (R0) berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian tepung pasak bumi pada ransum sampai 0,100% memberikan hasil positif pada pertumbuhan bobot edible ayam kampung super, tetapi penggunaan yang paling baik adalah penambahan pasak bumi sebanyak 0,075% (R3). Hal ini dikarenakan zat aktif yang terdapat dalam pasak bumi berhasil menggertak testosterone dalam tubuh ternak sehingga dapat memperbaiki proses metabolisme dan mempercepat pertumbuhan otot pada ayam kampung super.
33 Zat aktif saponin yang berfungsi sebagai antimikroba dapat mengurangi kerusakan sel terutama yang diakibatkan oleh mikroba atau kuman. Sesuai dengaan pendapat (Ganiswara, 1995) menyatakan bahwa tepung pasak bumi mengandung saponin yang merupakan zat aktif peningkatkan permeabilitas membrane sehingga terjadi hemolisis sel, jika saponin berinteraksi dengan sel kuman maka kuman tersebut akan pecah atau lisis. Selain itu bahan aktif lainnya adalah sterol dan stigmatserol yang memiliki fungsi untuk metabolisme pembentukan pregnolon, DHEA dan hormon lain yang berasal dari pregnolon dan analog. DHEA merupakan hormone utama yang bertanggung jawab untuk sintesis kortisol, estrogen, progesterone dan lainlain terutama terstosteron. Kadar testosteron dapat meningkatkan pertumbuhan otot, lemak, tulang, otak, dan lainlain. Selanjutnya Pangkahila (2011) mengemukakan bahwa fungsi testosteron tidak hanya dalam aspek seksual dan reproduksi tapi juga mempunyai peranan pada berbagai organ tubuh, yaitu pada otot, lemak, tulang, otak, system haematopoesis dan sistem imun, maka zat-zat aktif pada pasak bumi berpengaruh untuk pertumbuhan bobot edible dari ayam kampung super. Bobot edible biasanya terus meningkat seiring dengan pertambahan umur, semakin bertambahnya umur maka ukuran tubuh ayam semakin meningkat. Hal ini terjadi karena penambahan umur dapat meningkatkan pertumbuhan otot yang melekat pada tulang. Urutan pertumbuhan jaringan tubuh adalah jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Selama periode pertumbuhan, tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak (Soeparno, 1998). Pertumbuhan tulang sangat berpengaruh terhadap besarnya edible yang dihasilkan, karena tulang merupakan tempat melekatnya daging sebagai komponen karkas yang utama (North dan Bell, 1990), maka tepung pasak bumi berpengaruh pada
34 pertumbuhan bobot edible dikarenakan tepung pasak bumi memiliki zat aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan otot, tulang, lemak, otak, dan lain-lain. 4.2 Persentase Bagian Edible Bagian edible adalah bagian yang dapat dikonsumsi. Bagian edible terdiri atas karkas dan giblet (jantung, hati dan gizzard/ampela). Rataan edible ayam kampung pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase Bobot Edible Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......%... 1 49,31 59,31 58,51 62,04 59,82 2 49,98 60,67 63,90 65,57 62,73 3 59,70 60,91 61,68 67,86 64,04 4 57,38 63,57 62,19 60,14 62,61 Rata-rata 54,09 61,12 61,57 63,90 62,30 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Rataan bobot persentase edible yang didapat pada penelitian ini adalah berkisar 54,09% - 63,90%, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rifky, dkk (2016) yang menyatakan hasil persentase edible Ayam Lokal Jimmy s Farm sekitar 63% - 65%. Berdasarkan tabel 7 rataan terendah persentase bobot edible ayam kampung super adalah R0 yaitu sebesar 54,09% sedangkan rataan persentase bobot edible ayam kampung super yang tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu 63,90%. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap bobot edible ayam
35 kampung super maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis memperlihatkan pengaruh tepung pasak bumi dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase bobot edible ayam kampung super. Perbedaan rataan persentase bobot edible antar perlakuan dapat diketahui dengan melakukan uji lanjut yaitu uji jarak berganda Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Uji Duncan Persentase Bobot Edible Ayam Kampung Super Perlakuan Rataan Edible Signifikansi (0,05) -------------% ------------ R0 54,09 a R1 61,12 b R2 61,57 b R4 62,30 b R3 63,90 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Hasil uji jarak berganda Duncan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase bobot edible pada R1, R2, R4, dan R3 (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan R0. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung pasak bumi dalam ransum sebanyak 0,075% dapat meningkatkan persentase bobot edible ayam kampung super.naiknya persentase bobot edible ayam kampung super yang diberi pasak bumi dalam ransum membuktikan bahwa senyawa aktif diantaranya golongan sterol yaitu sitosterol, stigmasterol dan saponin yang terkandung dalam atepung pasak bumi berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan. Bagian edible yang menunjukkan perbedaan yang paling signifikan adalah karkas. Setelah dilakukan analisis statistic secara terpisah didapatkan bahwa karkas menunjukkan perbedaan nyata karena merupakan bagian terbesar komponen edible
36 dan paling banyak memiliki masa otot. Arief (2000) menyatakan bahwa rataan persentase bobot karkas ayam Kampung umur 6 minggu dengan pemberian ransum kombinasi pollard dan duckweed adalah 56,63-58% sedangkan pada umur 12 minggu berkisar antara 66,49-69,35%. Persentase karkas ayam Kampung umur 9 minggu yang diberi ransum bungkil inti sawit berkisar antar 58,05-59,67% (Dadan, 2004). Pasak bumi secara signifikan meningkatkan hormon testosterone dan berpengaruh pada bobot edible pada ayam didukung dengan pendapat Vestergaard, 1995 yaitu testosterone mampu merangsang pengeluaran growth hormone dan hypophyse dengan optimal dan growth hormone bekerja untuk meningkatkan bobot potong, maka ayam yang diberikan ransum mengandung tepung pasak akan memiliki bobot yang tinggi. 4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot In-edible Ayam Kampung Super Bagian inedible ayam kampung super merupakan bagian yang tidak dikonsumsi meliputi darah, bulu, kepala, leher, kaki dan lemak abdominal. Rataan bobot inedible ayam kampung super umur 10 minggu yang diberikan perlakuan tepung pasak bumi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Bobot In-edible Ayam Kampung Super Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......g...... 1 127 159,1 183,9 191,6 170,5 2 167,9 187 186,2 206,2 199,8 3 171,7 186,7 214,8 226,2 214,7 4 196,8 199,4 234,5 247,2 239 Rata-Rata 165,85 183,05 204,85 217,8 206
37 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Rataan bobot in-edible ayam kampung super hasil penelitian berkisar antara 165,85 gram sampai dengan 217,8 gram. Rataan bobot in-edible paling tinggi terdapat pada perlakuan R3 (217,8 gram), diikuti berturut-turut R4 (206 gram), R2 (204,85 gram), R1 (183,05 gram) dan R0 (165,85 gram). Guna mengetahui pengaruh pemberian tepung pasak bumi (Eurycoma Longifolia Jack) pada ransum terhadap bagian in-edible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pemberian tepung pasak bumi (Eurycoma Longifolia Jack) pada ransum tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot in-edible ayam kampung super. Hasil rataan bobot in-edible ayam kampung super yang di dapat tetap tinggi, hal ini dipengaruhi karena bobot hidup ayam kampung super yang berat juga, maka rataan bobot in-ediblenya menjadi berat, tetapi akan berbeda hasil jika diubah menjadi persentase bobot in-ediblenya. Ayam kampung super pada umur 10 minggu bobot organ-organ dalam sudah melampaui batas maksimum pertumbuhannya, sehingga bobot badan yang meningkat tidak diikuti dengan peningkatan bobot organ dalam. Forest dkk., (1975) yang menyatakan bahwa persentase bagian in-edible akan semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. Inedible adalah bagian yang tidak dapat dikonsumsi yang terdiri dari darah, bulu, jeroan, kepala, kaki, leher, dan juga lemak abdominal. (SNI, 1995), karena bagian ini mengandung sisa-sisa pembuangan atau pengendapan dari vaksin ataupun vitamin yang masih berada dalam pencernaan ayam tersebut. Bagian
38 inedible pada ayam biasanya digunakan untuk diolah kembali menjadi bahan ransum untuk pakan ternak karena masih mengandung nilai protein yang baik jika dicampurkan dengan bahan ransum lain untuk ternak (Anggorodi, 1995) Bobot bagian in-edible menunjukkan hasil pada kisaran sebesar 140,1-186,5 gram. Forest dkk., (1975) menyatakan bahwa persentase bagian in-edible semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. Bagian organ dalam kecuali alat reproduksi pada tubuh ternak merupakan bagian tubuh yang masak dini karena penting dalam menyediakan zat-zat hasil metabolisme untuk pertumbuhan, demikian juga bagian kepala dan kaki, karena kepala merupakan tempat organ yang sangat penting dalam mengatur seluruh kehidupan ternak yaitu otak, sedangkan kaki merupakan alat penting dalam mencari makanan dari sejak menetas. Kepala dan kaki merupakan organ eksternal tubuh yang merupakan bagian yang masak dini (Hammond, dkk., 1976). 4.4 Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Bobot In-edible Ayam Kampung Super Bagian Inedible adalah bagian yang dinilai tidak dapat dikonsumsi oleh manusia akan tetapi bagian ini biasanya digunakan untuk dijadikan bahan olahan campuran pada ransum ternak karena masih ada kandungan gizi yang baik untuk ternak-ternak tersebut. Bagian Inedible antara lain darah, lemak abdominal, bulu, kepala, kaki, dan jeroan tanpa giblet. Rataan Inedible ayam kampung pada masingmasing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.
39 Tabel 10. Persentase Bobot Inedible Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......%... 1 26,40 27,29 27,45 26,99 26,15 2 28,90 30,41 26,49 28,02 26,50 3 28,57 28,72 28,60 29,69 25,71 4 31,04 30,08 25,83 27,47 27,16 Rata-Rata 28,73 29,12 27,09 28,04 26,38 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Hasil penelitian diperoleh rataan persentase bobot inedible ayam kampung super berada pada kisaran angka 26,38-29,12%. Persentase bobot bagian in-edible pada ayam kampung super menunjukan hasil yang masih berada kisaran normal. Hal ini didukung oleh pendapat Card (1972), persentase in-edible bervariasi yakni berkisar antara 20 35 persen. Guna mengetahui adanya pengaruh dari pemberian tepung pasak bumi dalam ransum pada bagian Inedible ayam kampung super digunakan analisis statistik sidik ragam. Hasil analisis menunjukan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot in-edible ayam kampung super. Perbedaan tingkat pemberian pasak bumi tidak berpengaruh nyata pada komponen-komponen pendukung inedible seperti darah, bulu dan lemak abdominal. Persentase bobot darah yang di dapat adalah 3-4% hasil ini lebih rendah dari pernyataan Anggorodi (1995) yaitu darah memiliki bobot 5-10% dari bobot tubuh ternak, tetapi persentase darah berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin, bangsa dan besar kecilnya ternak (Mountney, 1976). Persentase bobot
40 kaki yang didapat pada penelitian adalah 3 4%. Bobot kaki termasuk normal berdasarkan pernyataan Siregar (1980) persentase kaki ayam sebesar 4,2 5,3% dari bobot ayam. Pada bagian jeroan persentase bobot yang didapatkan 5,6 6,6% sehingga bobot jeroan dinilai normal, berdasarkan pernyataan Resnawati (2010) persentase jeroan berkisar ± 5,21 7,56 persen. Bobot kepala yang didapatkan 4,1 4,8%.