HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

r = =

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan pertumbuhan ayam lebih cepat dibandingan dengan ayam kampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah Ayam Kampung Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap kandang

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas) TERFERMENTASI OLEH Aspergillus niger DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG SUPER

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

Pengaruh Pemberian Air Minum Mengandung Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) terhadap Edible dan In-Edible Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM HASIL PERSILANGAN PEJANTAN BANGKOK DENGAN BETINA RAS PETELUR

Ika Rostika dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 32-41, September 2014

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

MATERI. Lokasi dan Waktu

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

Transkripsi:

31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super Data nilai rataan bobot bagian edible Ayam Kampung Super yang diberi perlakuan tepung pasak bumi dicantumkan pada Tabel 5. Tabel 5. Bobot Edible Ayam Kampung Super Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......g... 1 237,2 345,8 392 440,5 390 2 290,4 373,1 449,2 482,6 473 3 358,8 395,9 463,2 517,1 534,7 4 363,8 421,5 564,7 541,3 551 Rata-rata 312,55 384,07 467,27 495,37 487,17 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Berdasarkan Tabel 5 rataan bobot edible ayam kampung super hasil penelitian berkisar antara 312,5 gram sampai dengan 495,37 gram. Rataan bobot edible paling tinggi terdapat pada perlakuan R3 (495,37 gram) diikuti R4 (487,17 gram), R2 (467,27 gram), R1 (384,07 gram) dan R0 (312,55 gram). Pengaruh pemberian tepung pasak bumi (Eurycoma Longifolia Jack) pada ransum terhadap bagian edible dapat diketahui dengan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan tepung pasak bumi pada ransum memberikan pengaruh yang nyata (P

32 < 0,05) terhadap bobot edible ayam kampung super, untuk mengetahui perbedaan perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Duncan Bobot Edible Ayam Kampung Super Perlakuan Rataan Edible Signifikansi (0,05) ------------- g ------------ R0 312,55 a R1 384,07 ab R2 467,27 bc R4 R3 487,17 495,37 c c Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada bobot edible ayam kampung super yang diberi tepung pasak bumi sebanyak 0,050% (R2), 0,100% (R4) dan 0,075% (R3) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bobot edible yang diberi tepung pasak bumi 0,025% (R1) dan (R0) yang tidak diberi tepung pasak bumi kemudian pemberian tepung pasak bumi 0,050% (R2) dengan 0,025% (R1) tidak berbeda nyata dan pemberian tepung pasak bumi sebesar 0,025% (R1) dengan tidak diberi tepung pasak bumi (R0) tidak berbeda nyata akan tetapi (R2) dengan (R0) berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian tepung pasak bumi pada ransum sampai 0,100% memberikan hasil positif pada pertumbuhan bobot edible ayam kampung super, tetapi penggunaan yang paling baik adalah penambahan pasak bumi sebanyak 0,075% (R3). Hal ini dikarenakan zat aktif yang terdapat dalam pasak bumi berhasil menggertak testosterone dalam tubuh ternak sehingga dapat memperbaiki proses metabolisme dan mempercepat pertumbuhan otot pada ayam kampung super.

33 Zat aktif saponin yang berfungsi sebagai antimikroba dapat mengurangi kerusakan sel terutama yang diakibatkan oleh mikroba atau kuman. Sesuai dengaan pendapat (Ganiswara, 1995) menyatakan bahwa tepung pasak bumi mengandung saponin yang merupakan zat aktif peningkatkan permeabilitas membrane sehingga terjadi hemolisis sel, jika saponin berinteraksi dengan sel kuman maka kuman tersebut akan pecah atau lisis. Selain itu bahan aktif lainnya adalah sterol dan stigmatserol yang memiliki fungsi untuk metabolisme pembentukan pregnolon, DHEA dan hormon lain yang berasal dari pregnolon dan analog. DHEA merupakan hormone utama yang bertanggung jawab untuk sintesis kortisol, estrogen, progesterone dan lainlain terutama terstosteron. Kadar testosteron dapat meningkatkan pertumbuhan otot, lemak, tulang, otak, dan lainlain. Selanjutnya Pangkahila (2011) mengemukakan bahwa fungsi testosteron tidak hanya dalam aspek seksual dan reproduksi tapi juga mempunyai peranan pada berbagai organ tubuh, yaitu pada otot, lemak, tulang, otak, system haematopoesis dan sistem imun, maka zat-zat aktif pada pasak bumi berpengaruh untuk pertumbuhan bobot edible dari ayam kampung super. Bobot edible biasanya terus meningkat seiring dengan pertambahan umur, semakin bertambahnya umur maka ukuran tubuh ayam semakin meningkat. Hal ini terjadi karena penambahan umur dapat meningkatkan pertumbuhan otot yang melekat pada tulang. Urutan pertumbuhan jaringan tubuh adalah jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Selama periode pertumbuhan, tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak (Soeparno, 1998). Pertumbuhan tulang sangat berpengaruh terhadap besarnya edible yang dihasilkan, karena tulang merupakan tempat melekatnya daging sebagai komponen karkas yang utama (North dan Bell, 1990), maka tepung pasak bumi berpengaruh pada

34 pertumbuhan bobot edible dikarenakan tepung pasak bumi memiliki zat aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan otot, tulang, lemak, otak, dan lain-lain. 4.2 Persentase Bagian Edible Bagian edible adalah bagian yang dapat dikonsumsi. Bagian edible terdiri atas karkas dan giblet (jantung, hati dan gizzard/ampela). Rataan edible ayam kampung pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase Bobot Edible Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......%... 1 49,31 59,31 58,51 62,04 59,82 2 49,98 60,67 63,90 65,57 62,73 3 59,70 60,91 61,68 67,86 64,04 4 57,38 63,57 62,19 60,14 62,61 Rata-rata 54,09 61,12 61,57 63,90 62,30 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Rataan bobot persentase edible yang didapat pada penelitian ini adalah berkisar 54,09% - 63,90%, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rifky, dkk (2016) yang menyatakan hasil persentase edible Ayam Lokal Jimmy s Farm sekitar 63% - 65%. Berdasarkan tabel 7 rataan terendah persentase bobot edible ayam kampung super adalah R0 yaitu sebesar 54,09% sedangkan rataan persentase bobot edible ayam kampung super yang tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu 63,90%. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap bobot edible ayam

35 kampung super maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis memperlihatkan pengaruh tepung pasak bumi dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase bobot edible ayam kampung super. Perbedaan rataan persentase bobot edible antar perlakuan dapat diketahui dengan melakukan uji lanjut yaitu uji jarak berganda Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Uji Duncan Persentase Bobot Edible Ayam Kampung Super Perlakuan Rataan Edible Signifikansi (0,05) -------------% ------------ R0 54,09 a R1 61,12 b R2 61,57 b R4 62,30 b R3 63,90 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Hasil uji jarak berganda Duncan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase bobot edible pada R1, R2, R4, dan R3 (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan R0. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung pasak bumi dalam ransum sebanyak 0,075% dapat meningkatkan persentase bobot edible ayam kampung super.naiknya persentase bobot edible ayam kampung super yang diberi pasak bumi dalam ransum membuktikan bahwa senyawa aktif diantaranya golongan sterol yaitu sitosterol, stigmasterol dan saponin yang terkandung dalam atepung pasak bumi berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan. Bagian edible yang menunjukkan perbedaan yang paling signifikan adalah karkas. Setelah dilakukan analisis statistic secara terpisah didapatkan bahwa karkas menunjukkan perbedaan nyata karena merupakan bagian terbesar komponen edible

36 dan paling banyak memiliki masa otot. Arief (2000) menyatakan bahwa rataan persentase bobot karkas ayam Kampung umur 6 minggu dengan pemberian ransum kombinasi pollard dan duckweed adalah 56,63-58% sedangkan pada umur 12 minggu berkisar antara 66,49-69,35%. Persentase karkas ayam Kampung umur 9 minggu yang diberi ransum bungkil inti sawit berkisar antar 58,05-59,67% (Dadan, 2004). Pasak bumi secara signifikan meningkatkan hormon testosterone dan berpengaruh pada bobot edible pada ayam didukung dengan pendapat Vestergaard, 1995 yaitu testosterone mampu merangsang pengeluaran growth hormone dan hypophyse dengan optimal dan growth hormone bekerja untuk meningkatkan bobot potong, maka ayam yang diberikan ransum mengandung tepung pasak akan memiliki bobot yang tinggi. 4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot In-edible Ayam Kampung Super Bagian inedible ayam kampung super merupakan bagian yang tidak dikonsumsi meliputi darah, bulu, kepala, leher, kaki dan lemak abdominal. Rataan bobot inedible ayam kampung super umur 10 minggu yang diberikan perlakuan tepung pasak bumi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Bobot In-edible Ayam Kampung Super Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......g...... 1 127 159,1 183,9 191,6 170,5 2 167,9 187 186,2 206,2 199,8 3 171,7 186,7 214,8 226,2 214,7 4 196,8 199,4 234,5 247,2 239 Rata-Rata 165,85 183,05 204,85 217,8 206

37 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Rataan bobot in-edible ayam kampung super hasil penelitian berkisar antara 165,85 gram sampai dengan 217,8 gram. Rataan bobot in-edible paling tinggi terdapat pada perlakuan R3 (217,8 gram), diikuti berturut-turut R4 (206 gram), R2 (204,85 gram), R1 (183,05 gram) dan R0 (165,85 gram). Guna mengetahui pengaruh pemberian tepung pasak bumi (Eurycoma Longifolia Jack) pada ransum terhadap bagian in-edible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pemberian tepung pasak bumi (Eurycoma Longifolia Jack) pada ransum tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot in-edible ayam kampung super. Hasil rataan bobot in-edible ayam kampung super yang di dapat tetap tinggi, hal ini dipengaruhi karena bobot hidup ayam kampung super yang berat juga, maka rataan bobot in-ediblenya menjadi berat, tetapi akan berbeda hasil jika diubah menjadi persentase bobot in-ediblenya. Ayam kampung super pada umur 10 minggu bobot organ-organ dalam sudah melampaui batas maksimum pertumbuhannya, sehingga bobot badan yang meningkat tidak diikuti dengan peningkatan bobot organ dalam. Forest dkk., (1975) yang menyatakan bahwa persentase bagian in-edible akan semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. Inedible adalah bagian yang tidak dapat dikonsumsi yang terdiri dari darah, bulu, jeroan, kepala, kaki, leher, dan juga lemak abdominal. (SNI, 1995), karena bagian ini mengandung sisa-sisa pembuangan atau pengendapan dari vaksin ataupun vitamin yang masih berada dalam pencernaan ayam tersebut. Bagian

38 inedible pada ayam biasanya digunakan untuk diolah kembali menjadi bahan ransum untuk pakan ternak karena masih mengandung nilai protein yang baik jika dicampurkan dengan bahan ransum lain untuk ternak (Anggorodi, 1995) Bobot bagian in-edible menunjukkan hasil pada kisaran sebesar 140,1-186,5 gram. Forest dkk., (1975) menyatakan bahwa persentase bagian in-edible semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. Bagian organ dalam kecuali alat reproduksi pada tubuh ternak merupakan bagian tubuh yang masak dini karena penting dalam menyediakan zat-zat hasil metabolisme untuk pertumbuhan, demikian juga bagian kepala dan kaki, karena kepala merupakan tempat organ yang sangat penting dalam mengatur seluruh kehidupan ternak yaitu otak, sedangkan kaki merupakan alat penting dalam mencari makanan dari sejak menetas. Kepala dan kaki merupakan organ eksternal tubuh yang merupakan bagian yang masak dini (Hammond, dkk., 1976). 4.4 Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Bobot In-edible Ayam Kampung Super Bagian Inedible adalah bagian yang dinilai tidak dapat dikonsumsi oleh manusia akan tetapi bagian ini biasanya digunakan untuk dijadikan bahan olahan campuran pada ransum ternak karena masih ada kandungan gizi yang baik untuk ternak-ternak tersebut. Bagian Inedible antara lain darah, lemak abdominal, bulu, kepala, kaki, dan jeroan tanpa giblet. Rataan Inedible ayam kampung pada masingmasing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.

39 Tabel 10. Persentase Bobot Inedible Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......%... 1 26,40 27,29 27,45 26,99 26,15 2 28,90 30,41 26,49 28,02 26,50 3 28,57 28,72 28,60 29,69 25,71 4 31,04 30,08 25,83 27,47 27,16 Rata-Rata 28,73 29,12 27,09 28,04 26,38 Keterangan : R0 = Ransum basal (tanpa pemberian tepung pasak bumi) R1 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,025% R2 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,050% R3 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,075% R4 = Ransum basal + tepung pasak bumi 0,100% Hasil penelitian diperoleh rataan persentase bobot inedible ayam kampung super berada pada kisaran angka 26,38-29,12%. Persentase bobot bagian in-edible pada ayam kampung super menunjukan hasil yang masih berada kisaran normal. Hal ini didukung oleh pendapat Card (1972), persentase in-edible bervariasi yakni berkisar antara 20 35 persen. Guna mengetahui adanya pengaruh dari pemberian tepung pasak bumi dalam ransum pada bagian Inedible ayam kampung super digunakan analisis statistik sidik ragam. Hasil analisis menunjukan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot in-edible ayam kampung super. Perbedaan tingkat pemberian pasak bumi tidak berpengaruh nyata pada komponen-komponen pendukung inedible seperti darah, bulu dan lemak abdominal. Persentase bobot darah yang di dapat adalah 3-4% hasil ini lebih rendah dari pernyataan Anggorodi (1995) yaitu darah memiliki bobot 5-10% dari bobot tubuh ternak, tetapi persentase darah berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin, bangsa dan besar kecilnya ternak (Mountney, 1976). Persentase bobot

40 kaki yang didapat pada penelitian adalah 3 4%. Bobot kaki termasuk normal berdasarkan pernyataan Siregar (1980) persentase kaki ayam sebesar 4,2 5,3% dari bobot ayam. Pada bagian jeroan persentase bobot yang didapatkan 5,6 6,6% sehingga bobot jeroan dinilai normal, berdasarkan pernyataan Resnawati (2010) persentase jeroan berkisar ± 5,21 7,56 persen. Bobot kepala yang didapatkan 4,1 4,8%.