BAB I P E N D A H U L U A N

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RASKIN vs E-MONEY. Sebuah Kajian Ilmiah di Jawa Timur. Presented by: Suyatno & Wiyono

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SIMPANG PASIR KOTA SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 14 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Raskin adalah hak masyarakat berpendapatan rendah yang. diberikan dan ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Aplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai

1/11 PENDISTRIBUSIAN BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DENGAN VERIKASI DATA WARGA MISKIN DI KELURAHAN KEMBARAN KULON KECAMATAN PURBALINGGA

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 98 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM KOORDINASI RASKIN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

pelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat;

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 75

EVALUASI DAN PERBAIKAN PROGRAM RASKIN DALAM UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DIMASA MENDATANG

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

G U B E R N U R J A M B I

Materi Sosialisasi. Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

Gilang Wiryanu Murti. DO NOT COPY.

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Zaman globalisasi saat ini pembangunan nasional sudah semakin

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi mengelola berbagai rangkaian kegiatan yang diarahkan menuju

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berkembang yang kemiskinannya masih merajalela. Padahal Indonesia sebagai negara yang melimpah kekayaan alamnya. Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi penduduk Indonesia menjadi tidak stabil lagi. Apalagi di Negara berkembang seperti Indonesia jumlah angka kemiskinan belum bisa dikurangi dengan jumlah yang banyak, tetapi hanya turun beberapa persen. Copenhagen Programme of Action of the World Summit for Social Development tahun 1995 menyebutkan bahwa kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup kelaparan, dan kekurangan gizi, kesehatan yang buruk, keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya, peningkatan morbiditas dan peningkaan kematian akibat penyakit, tunawisma dan perumahan yang tidak memadai, lingkungan yang tidak aman, dan diskriminasi sosial dan pengucilan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menambahkan kemiskinan dicirikan oleh kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, dan budaya. Kenyataan menunjukan bahwa kemiskinan masih terdapat pada penduduk negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kemiskinan masih sering dihubungkan dengan keterbelakangan dan ketertinggalan. Di samping itu kemiskinan juga merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Untuk mencari solusi yang relevan dalam memecahkan masalah kemiskinan, perlu dipahami sebab kemiskinan. 1

Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan, masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu melibatkan berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah. Upaya-upaya tersebut telah dicantumkan menjadi salah satu program prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016, serta dalam Agenda Pembangunan Nasional/Nawacita pertama Pemerintah Indonesia dengan Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga, yang dijabarkan oleh Kemenko PMK pada sub agenda PMK nomor empat yaitu Penanggulangan Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah sosial laten yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut. Karena kini gejala kemiskinan semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya (Walfare state) merupakan salah satu fungsi negara 1. Sebagai konsekuensinya pemerintah harus menyediakan alokasi dana pembangunan sosial yang tidak langsung memberikan manfaat ekonomi, tetapi terkait dengan pembangunan menyangkut harkat, martabat dan hak asasi manusia. Walaupun sering diposisikan hanya sebagai pelengkap yang bersifat komplementer terhadap pembangunan ekonomi bangsa. Dalam Welfare State, negara tidak lagi hanya bertugas memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya. Dalam pandangan tersebut, negara dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dalam banyak hal, hak 1 Negara tidak hanya bertugas memelihara ketertiban dan penegakan hukum tetapi juga menjamin hak setiap warga negara memperoleh kesejahteraannya sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia. 2

rakyat untuk memperoleh kesejahteraan ini juga akan terkait dengan hak-hak asasi manusia. Pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan, dirumuskan sebagai sejumlah besar program yang akan mengantarkan hasil pembangunan kepada sebagian terbesar warga masyarakat dalam waktu yang sesingkat mungkin, melalui jalur yang selangsung mungkin, terutama dengan cara meningkatan akses mereka kepada pelayanan publik dan penyuluhan, dalam operasionalisasinya pemerintah merancang sebuah paket program yang dapat berisi berbagai komponen yang paling terkait dengan persoalan kesejahteraan yang akan ditangani. Langkah berikutnya adalah upaya untuk menyalurkan berbagai komponen paket program tersebut kepada kelompok masyarakat yang dianggap menyandang masalah dalam pemenuhan kesejahteraanya tersebut. Dalam rangka pengurangan kemiskinan, terutama sebagai efek dari gejolak krisis moneter maka pemerintah menggulirkan berbagai kebijakan. Diantaranya adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Program Keluarga Harapan, Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) serta Raskin (Beras untuk Rakyat Miskin). Pemerintah berupaya mengedepankan peran partisipasi masyarakat dengan mengacu pada pendekatan Bottom-Up. Dalam hal ini pemerintah berharap masyarakat dapat terpacu untuk bisa menembus perangkap kemiskinan yang melekat pada dirinya sehingga dapat mengurangi jumlah masyarakat miskin. Salah satunya adalah dengan dicanangkannya Program Penyaluran Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin). Program Penyaluran Beras Untuk Rakyat Miskin(Raskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Program ini dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK-12/07/2003, yang melibatkan instansi terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat. 3

Dalam rangka memastikan ketepatan sasaran Program Subsidi Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin), pemerintah kembali menegaskan bahwa program raskin hanya untuk masyarakat miskin dan rentan dan tidak boleh dibagi rata 2, beras raskin hanya untuk rumah tangga miskin dan rentan, yang masing-masing berhak mendapatkan 15 kilogram per rumah tangga per bulan, harga beras raskin yang ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu sebesar Rp. 1.600 per kilogram di titik distribusi adalah harga setelah disubsidi, di mana harga yang dibayarkan Pemerintah kepada Bulog adalah sebesar Rp. 8.330 per kilogram. Untuk itu pemerintah menggunakan mekanisme penyaluran beras raskin dengan menggunakan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) 3 sebagai penanda kepesertaan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS- PM). Khusus untuk Raskin, kita sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Program pemerintah ini mulai digulirkan sejak tahun 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK) dan berganti nama menjadi Raskin sejak tahun 2002, sebagai bagian dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Program ini digulirkan bertujuan untuk memperkuat ketahanan rumah tangga miskin sekaligus dimaksudkan guna menanggulangi kemiskinan. Sebab secara filosofis, ketika kebutuhan akan pangan sudah terpenuhi maka masyarakat dapat mengalihkan pengeluarannya pada kebutuhan selain bahan pangan. Akan tetapi setelah 19 tahun program ini berjalan ternyata masih saja selalu menyisakan persoalan-persoalan yang selalu sama dari sejak awal bergulir hingga saat ini. Bagaikan kisah klasik yang selalu berulang dan seolah tanpa ujung penyelesaian. Kendala dan permasalahan masih saja berulang di tahun-tahun berikutnya. Dan 2 Disampaikan oleh DR. Safri Burhanuddin, Asisten Deputi Urusan Kompensasi Sosial, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, dalam acara jumpa pers (3/6/2014) di Hotel Millenium Siri, Jakarta, yang difasilitasi Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 3 KPS adalah kartu penanda Rumah Tangga miskin dan rentan yang digunakan untuk mendapatkan manfaat beberapa program bantuan sosial, termasuk Raskin. Pada tahun 2013, Pemerintah membagikan KPS kepada 15,5 juta Rumah Tangga Sasaran, yaitu 25 persen masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat kesejahteraan terendah berdasarkan Basis Data Terpadu yang bersumber dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011. 4

apakah program raskin berkontribusi pada penanggulangan kemiskinan. Beberapa kendala dalam pelaksanaan program raskin adalah masih banyak warga yang merasa layak menerima raskin tetapi tidak menerima. Hal ini berdampak pada jumlah yang seharusnya diterima oleh masyarakat menjadi berkurang karena harus berbagi dengan mereka yang juga merasa berhak. Maka munculah fenomena sosial pembagian raskin (beras untuk rakyat miskin) secara merata. Jika kita melihatnya secara hukum positif maka jelas hal ini melanggar aturan sebab tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang telah ditetapkan. Fenomena ini ternyata berdampak juga pada ketidaktepatan harga. Harga tebus raskin cenderung mengalami peningkatan antara 10-25 persen dari pagu yang ditetapkan (Rp. 1.600/kg) sebab masyarakat penerima masih harus dibebani dengan ongkos pengepakan ulang setelah beras dibagi. Tujuan pemerintah dalam Program Raskin ini tidak mungkin luput dalam penyimpangan. Ada masalah dalam penyaluran program raskin. Mengenai salah sasaran. Program raskin yang semestinya disalurkan atau dijual kepada keluarga-keluarga miskin ternyata jatuh pada kelompok masyarakat lain (keluarga sejahtera). Salah sasaran ini banyak disebabkan oleh human error, di mana para petugas lapangan justru membagi-bagikan kupon raskin pada keluarga dekat atau teman kerabatnya. Bahkan tidak sedikit keluarga sejahtera yang "menagih jatah" beras murah tersebut. Menurut SMERU INSTITUTE menyatakan bahwa Program Raskin menjangkau 52,6% rumah tangga miskin dan 36,9% termasuk rumah tangga bukan miskin (keluarga sejahtera). Bahkan World Bank menyatakan bahwa raskin lebih banyak diterima oleh rumah tangga bukan miskin. Menurut Pedoman Umum Raskin 2016, terdapat indikator 6T (6 Tepat) untuk mengukur tingkat keberhasilan Raskin, yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Secara umum, hasil kajian ini menunjukkan bahwa efektivitas pelaksanaan Program Raskin relatif rendah. Indikasinya terlihat dari kurangnya sosialisasi dan transparansi, kekurang tepatan 5

target penerima, harga, jumlah, dan frekuensi penerimaan beras, tingginya biaya pengelolaan program, belum optimalnya pelaksanaan monitoring, dan kurang berfungsinya mekanisme pengaduan Selalu menjadi cerita dan berita dimana-mana bahwa kualitas raskin tidak layak dikonsumsi suatu alasan bagi rumah tangga mampu, hal ini kemudian menjadikan mereka para penerima harus mencampurnya dengan beras yang berkualitas bagus, atau menukar raskin tersebut dengan beras yang layak dikonsumsi. Kendala lain karena terindikasi pendistribusian raskin tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Hasil evaluasi sejak tahun 2004 dari Bank Dunia, SMERU INSTITUTE serta Badan Kebijakan Fiskal sudah mengeluarkan kajian mengenai raskin. Temuan kajian sama, raskin tidak tepat sasaran (Askolani, 2014). Mensos Chofifah Indar Parawasa mengatakan sekitar 95 % beras untuk rakyat miskin (raskin) disalurkan dengan cara "bagi roto" (bagito) atau dibagi rata, orang yang tidak mampu seharusnya menerima bantuan pangan berupa raskin yang kuantitas wajibnya 15 kilogram. Dari temuan di lapangan yang menerima secara penuh hanya 15 kabupaten di Indonesia sisanya bagito alias bagi roto (bagi rata) dan bagilir alias bagi gilir," kata Khofifah dalam Rakornas Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Makassar, Sulawesi Selatan, dimuat dalam liputan6.com, Jumat (22/5/2015). Meski penerima bantuan beras untuk warga miskin (raskin) sudah ditentukan kuota dan berdasarkan by name (nama) dan by address (alamat), namun pembagian dengan sistem bagito (bagi roto) kemungkinan masih akan terus terjadi. Pasalnya, sistem tersebut terjadi sudah sejak lama dilakukan. Wanto (33) salah satu warga yang tidak tergolong miskin mengungkapkan Kalau di desa biasanya, dari RT mengambil di balai desa kemudian dibagikan kepada warga. RT mengambil dengan mengunakan uang kas RT, kemudian diganti warga saat mengambil. Seluruh warga disuruh mengambil, termasuk saya. Ini sudah terjadi sejak lama. Menurut pria yang memiliki rumah secara fisik cukup 6

bagus tersebut, pemerataan pembagian raskin tersebut dilakukan supaya tidak timbul gejolak di masyarakat. Semua warga dibagi,namun hal itu dikecualikan bagi PNS. Hal yang sama disampaikan salah satu mantan kepala desa, mengakui pembagian raskin dilakukan dengan sistem bagito. Jika dibagi sesuai dengan nama dan alamat akan memunculkan gejolak dari masyarakat yang tidak mendapatkannya. Daripada ada yang protes, karena daftar penerima yang diberikan ke desa ada yang tidak tepat sasaran. Hal ini sudah lama terjadi dan mungkin akan terus berkelanjutan. Namun ada pula desa yang membagikan raskin dengan sistem bergantian, asal selurah warganya bisa menerima raskin,. Dari uraian tentang implementasi Program Raskin tersebut maka penelitian tentang Bagito dibalik Kebijakan Raskin (Studi program raskin di Kecamatan Boyolali) penting untuk dilakukan. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana pelaksanaan BAGITO dalam implementasi program Raskin di Kecamatan Boyolali. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Menjelaskan pelaksanaan BAGITO dalam implementasi program Raskin di Kecamatan Boyolali. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Dari segi keilmuan, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori sosial yang berkaitan dengan implementasi kebijakan. 7

2. Kegunaan Praktis Memberikan kontribusi pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam Implemantasi kebijakan raskin sehingga dapat memperbaiki implementasi program di kemudian hari khususnya di Kecamatan Boyolali. 8