BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan, baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa masih kurang memuaskan. Rata rata ujian formatif siswa masih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian di SMP Nurul Iman Palembang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang. diharapkan dimasa yang akan datang adalah pendidikan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi Inti ke-2 yaitu melatih diri bersikap konsisten, rasa ingin tahu, bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 4. Kesimpulan dan Saran. Setelah melakukan analisis pada kelas eksperimen dengan materi sakubun yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

ABSTRACT. Keyword : Students Learning Outcome, Cooperative Learning Two Stay Two Stray, Numbered Heads

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS. lokasi waktu 3 x 40 dan 2 x 40 menit. Jumlah siswa pada kelas model STAD ada. 28 siswa sedangkan di kelas model TGT ada 21 siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Key words: Influence, model of study, cooperative, type of Two Stay Two Stray, handout

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

Bimafika, 2016, 8, 10 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. (TSTS) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Al

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

Jurnal Pendidikan Fisika

Oleh: Tita Yulianti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, diperlukan

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan, baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih berfokus lagi setelah di jelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti (Depdiknas, 2001). Pencapaian sasaran atau tujuan belajar dapat diketahui melalui kegiatan proses dan hasil belajar melalui system penilaian. Menurut Sarwody, 2011 menyatakan sasaran belajar yaitu program pendidikan, proses belajar mengajar dan hasil belajar. Kegiatan penilaian selama ini didomisasi dengan testulis (pencil and paper). Penilaian bukan hanya menentukan ranking siswa yang pada akhirnya justru dapat menjadi penghalang bagi peningkatan kualitas belajar, penilaian bukan akhir dari pembelajaran tapi yang paling utama adalah balikan dari proses belajar yang telah berlangsung. Terdapat beberapa macam teknik penilaian yang bisa meningkatkan hasil belajar dan memberi peluang penghargaan lebih luas atas partisipasi dan kemampuan peserta didik selama proses belajar berlangsung. Salah satu teknik penilaian adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio menekankan pada

2 proses bukan produk namun produk tidak dapat dipungkiri dalam proses belajar mengajar karena hasil belajar merupakan produk dari sistem pembelajaran. Penilaian portofolio termasuk penilaian yang menyeluruh (autentik) dimana penilaian dimulai dari input proses maupun output. Salah satu bentuk asesmen otentik, portofolio memuat instrumen yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerjanya (Rosidin, 2004). Penilaian portofolio memandang bahwa penilaian merupakan bagian utuh dari belajar, sehingga pembelajaran dilaksanakan dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan yang dipelajari dalam konteks nyata. Sifat penilaian portofolio yang terus menerus secara langsung motivasi belajar peserta didik semakin lama akan meningkat hal ini akan memicu rasa ingin tahu dan motivasi untuk belajar lebih teratur dan tekun. Berkurangnya motivasi ketika mendalami materi sehingga akan mempengaruhi dari hasil belajar. Penilaian merupakan tolak ukur bagi peserta didik dalam menentukan skor atau nilai pada suatu mata pelajaran. Pentingnya suatu penilaian yang menjadikan banyak sekali pihak-pihak yang memanfaatkan seolah-olah hasil belajar merupakan satu-satunya tujuan dari jenjang pendidikan maka mencari jalan pintas agar nilai ujian tinggi dengan mengikuti bimbingan belajar yang telah tumbuh subur di Indonesia. Waktu istirahat menjadi berkurang dan berakibat pada konsetrasi yang mempengaruhi proses maupun hasil belajar. Sebagian besar pemahaman peserta didik yang mengenal pembelajaran Biologi sebagai pola pembelajaran yang lebih banyak memberikan informasi tentang hafalan materi fenomena-fenomena alam dan mekanisme terjadinya

3 fenomena tersebut. Pembelajaran biologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (Mahmudin, 2013). Peningkatan yang terjadi pada peserta didik tidak hanya dengan penilaian namun juga dengan pemilihan model pembelajaran. Pemilihan ini sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar bila model yang digunakan kurang tepat akan membuat peserta didik bingung dan susah berinteraksi dengan anggota kelompoknya. Menurut Suprijono (2009) antara lain model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran langsung dan model pembelajaran berbasis masalah. Salah satu model pembelajaran alternatif yang membantu siswa mengkonstruksikan pengalaman belajarnya sendiri adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS). Penerapan model ini meminimalisir atas kegiatan peserta didik yang sering kali mencontek setiap diberikan tugas, diharapkan peserta didik lebih mandiri dalam mengerjakan tugas serta memberikan pengalaman untuk mencari jawaban, diskusi dan kerja sama antar kelompok. Hasil dari observasi yang telah dilakukan peneliti pada 27 Maret 2013 yang dilaksanakan di kelas VIII SMPN I GONDANGLEGI, bahwa proses pembelajaran haruslah peserta didik yang belajar aktif, guru hanya sebagai fasilitator di proses belajar mengajar (PBM) yang mengakibatkan peserta didik belum bisa konsentrasi dalam menerima materi sehingga peserta didik kurang termotivasi, sehingga mempengaruhi motivasi belajar dan dapat menurunnya hasil

4 belajar peserta didik. Kondisi seperti ini mengesampingkan tugas guru dalam mengamati pengembangan keterampilan proses peserta didik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menerapkan suatu penilaian yang berbeda dan jarang dilakukan oleh guru, yaitu penilaian portofolio untuk menumbuhkan rasa percaya diri, motivasi untuk diri sendiri maupun kelompok dalam menyelesaikan tugas yang akan diberikan oleh guru serta untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sehingga peneliti melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Portofolio Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas VIII Di SMPN 01 Gondanglegi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang difokuskan pada bagaimana penilaian portofolio terhadap hasil belajar peserta didik, fokus penelitian ini diuraikan menjadi 2 rumusan masalah : 1. Adakah pengaruh penilaian portofolio dalam pembelajaran TSTS terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII di SMPN 01 Gondanglegi? 2. Apakah terdapat pengaruh penilaian portofolio terhadap motivasi belajar di peserta didik kelas VIII di SMPN 01 Gondanglegi?

5 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk meningkatkan hasil belajar menggunakan penilaian portofolio dalam pembelajaran TSTS terhadap peserta didik kelas VIII di SMPN 01 Gondanglegi. 2. Untuk menunjukkan perbedaan penilaian portofolio terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII di SMPN 01 Gondanglegi. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peserta didik a. Melatih kemampuan berbicara dalam kegiatan pembelajaran. b. Memberikan suasana yang menyenangkan pada proses pembelajaran berlangsung. c. Mengamati secara langsung suatu proses sehingga peserta didik mempunyai pengalaman belajar. d. Mengetahui seberapa jauh kemampuan dalam mempelajari suatu materi. e. Melakukan kerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok serta berdiskusi dengan peserta didik lainnya. 2. Bagi guru, a. Sebagai bahan acuan untuk memilih dan melaksanakan penilaian portofolio.

6 b. Menambah masukan model pembelajaran yang dapat digunakan di dalam kelas. 3. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai salah satu masukan/rekomendasi untuk melengkapi teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas agar peserta didik lebih memahami tujuan pembelajaran dan standart kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 4. Bagi peneliti, mengaplikasikan/menerapkan mata kuliah penelitian yang dilaksanakan di sekolah percobaan. 1.5 Batasan Masalah Agar penelitian ini pembahasannya lebih terfokus dan memberikan hasil sesuai dengan harapan penulis dan dapat memberikan langkah yang tepat bagi pemecahan masalah, maka dalam penelitian ini hanya membahas tentang portofolio, hasil belajar, motivasi belajar, dan peserta didik kelas VIII SMPN 2 Gondanglegi. a. Penilaian portofolio dapat diukur dengan menggunakan pengumpulan produk yang telah dihasilkan oleh peserta didik saat pelaksanaan kegiatan belajar sesuai dengan materi sistem peredaran darah manusia. Tugas yang telah diberikan dikumpulkan menjadi satu di kelompok masing-masing, karena jenis penilaian portofolio merupakan kelompok. b. Hasil belajar dapat diperoleh dari nilai sebelum pembelajaran dimulai (Pre-Test) dan akhir dari pembelajaran (Postest) setelah diberikan

7 perlakuan yang menggunakan penilaian portofolio maupun penilaian konvensional (Lampiran 21). c. Motivasi belajar peserta didik dapat dilihat dengan sikap antusiasme, kekompakan, keberanian bertanya dan menjawab. Data tersebut diperoleh menggunakan angket (Lampiran 17) yang sebelumnya menggunakan kisikisi lembar observasi (Lampiran 16) dan menghasilkan motivasi negative dan motivasi positif (Lampiran 22). d. Peserta didik kelas VIII B dan D di sekolah SMPN 2 Gondanglegi (Lampiran 9) kemudian dikelompokkan menjadi 6 kelompok (Lampiran 10). 1.6 Definisi Operasional 1. Pengaruh : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 (dalam Yosi Abdian Tindaon, 2012) Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 2. Portofolio : penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu (Komalasari, 2008). Dalam penelitian ini menggunakan portofolio produk dan portofolio kelompok. Portofolio berisi mengenai tugas-tugas yang diberikan selama pembelajaran. 3. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara kelompok yang beranggota 4-6 siswa yang dibentuk secara heterogen yang dimana siswa dituntut saling bekerja sama dalam menyelesaikan persoalan yang

8 dihadapi selama pelajaran berlangsung (Isjoni, 2010). Pembelajaran ini dilakukan agar peserta didik lebih berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, lebih percaya diri, berani mengajukan pendapat dll. 4. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok (Suyatno, 2009). Penerapan model ini dilakukan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Model ini digunakan pada kedua kelas diharapkan dapat meningkatkan hasil maupun motivasi peserta didik. 5. Hasil belajar : kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah peserta didik menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,2002). Indikasi dari berhasilnya hasil belajar dapat dilihat dengan menggunakan selisih antara skor pre-test dengan skor post-test. Tak hanya dinilai dari tes saja namun dengan obsevasi yang dilakukan langsung saat KBM dilakukan melalui kata-kata operasional. 6. Motivasi Belajar : Keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar baik berasal dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) (Hamalik, 2007). Pengukuran motivasi menggunakan angket, berhasilnya motivasi belajar adanya hasrat ingin berhasil adanya cita-cita, keuletan, ketabahan, kebiasaan dan semangat dalam menerima pelajaran. Peningkatan dapat dilihat dari jumlah angket yang diberikan.