BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364 orang dari 30 Kepala Keluarga dari RW I, RW II, RW III, Kelurahan Kalibening diperoleh 144 responden yang positif sedang atau pernah menderita penyakit kulit menular. Dilihat dari hasil penelitian, angka kejadian penyakit menular di Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir adalah 40% dari 364 orang dalam bulan Januari hingga bulan April 2014. Dalam penelitian ini, karakteristik responden adalah warga Kelurahan Kalibening yang pernah atau sedang menderita penyakit kulit. Jumlah responden adalah 144 responden dengan karakteristik pendidikan terakhir SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi serta tingkat pengetahuan responden tentang penyakit kulit. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4.1. 26
27 Tabel 4.1 karakteristik responden penderita penyakit kulit. Karakteristik Responden Pendidikan terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pengetahuan Kurang baik Baik Jumlah Responden Persentase 21 14.58 % 27 18.75 % 92 63.89 % 4 2.78 % 9 6.25 % 135 93.75 % Dari tabel 4.1 dapat dilihat bawa 63.89% berpendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas) dan 93.75% responden mengetahui arti, tanda dan gejala, serta cara penularan penyakit kulit menular. Hasil observasi juga menemukan fakta, pengetahuan responden didapat juga dari ibu-ibu kader. Pada umumnya tingkat pendidikan dan pengetahuan akan mempengaruhi prilaku hidup agar tidak terserang penyakit kulit, tetapi pada kenyataannya 144 responden ini tetap terserang penyakit kulit menular.
28 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor faktor Penyebab Penyakit Kulit Berikut adalah tabel faktor faktor penyebab penyakit kulit. Tabel 4.2 distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab penyakit kulit. Faktor Jumlah Persentase Usia 0 9 3 2.08 % 10 19 1 0.7 % 20 29 13 9.03 % 30 39 24 16.67 % 40 49 34 23.61 % 50 > 69 47.92 % Jenis Kelamin Laki laki 101 70.14% Perempuan 43 29.86% Kebersihan Diri Kurang baik 0 0% (kebiasaan mandi dan Baik 144 100% berganti pakaian) Sanitasi lingkungan Sumur 7 4.86% Sumber air PAM 122 84.72% Sumur dan PAM 15 10.42% Saluran pembuangan Septic tank 133 92.36% akhir Galian 11 7.64% Point of Entry Pekerjaan Siswa 4 2.78 % Petani 126 87.5 % Buruh 11 7.64% Swasta 3 2.1% Point of Exit Bertukar baju/handuk Ya 66 45.83% Tidak 78 54.17% Penyelesaian Dibiarkan 17 11.8% Di obati sendiri 35 24.3% Fasilitas 92 63.89% kesehatan Frekuensi menderita 1x 137 95.83% 2x 7 4.86% Lama menderita 3-6 hari 138 95.83% 1 Minggu 2 1.39% > 1 Minggu 4 2.78% Keterangan : Huruf bercetak tebal menunjukkan faktor faktor dominan penyebab penyakit kulit menular di Kelurahan Kalibening.
29 Berdasarkan Tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan usia dominan responen adalah usia lebih dari 50 tahun hingga 50 tahun sebanyak 47.92 %. Sebagian besar (70.14 %) responden berjenis kelamin laki laki. Dari 144 responden, 126 (87.5 %) responden bekerja sebagai petani. Hampir setengah dari responden memiliki kebiasaan bertukar handuk atau baju. Dalam periode bulan Januari hingga bulan April, 95.83 % responden hanya satu kali menderita penyakit kulit dengan lama menderita 3 6 hari. 4.3 Pembahasan Dari hasil penelitian, didapatkan faktor faktor dominan yang mempengaruhi angka kejadian penyakit kulit di Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga. Sebagian besar responden (47. 92%) berusia 50 tahun hingga lebih dari 50 tahun. Salah satu perubahan besar yang terjadi seiring pertambahan usia adalah proses thymic involution. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Semakin bertambahnya usia, maka banyak sel T atau limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya melawan penyakit. Jika hal ini terjadi, maka dapat mengarah pada penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak dapat mengidentifikasi dan melawan kanker atau sel-sel jahat (Aspinall,
30 2005). Pada usia tua reaksi terhadap bahan kimia mungkin meningkat tetapi bentuk kelainan kulit berupa kemerahan yang terlihat pada usia tua berkurang. Setelah usia 30 tahun, produksi hormon-hormon penting seperti testosteron, growth hormone, dan estrogen mulai menurun, padahal hormon - hormon tersebut berpengaruh terhadap kesehatan kulit. Perubahan hormon seiring bertambahnya usia seseorang menjadi faktor penting yang mengakibatkan peningkatan risiko seseorang itu terkena penyakit kulit (Marintan, 2013). Hormon testosteron, growth hormone, dan estrogen berfungsi dalam pembentukan sel sel otot, kulit, rambut, dan daya tahan tubuh (Purnomo, 2011). Dari faktor point of entry, sebagian besar pekerjaan responden sebagai petani (87.5%) dan 70.14% merupakan laki - laki. Petani memiliki medan kerja yang beresiko tinggi berpaparan langsung dengan jamur, bakteri, atau agent penyebab penyakit kulit menular. Dan sudah menjadi hal biasa untuk pergi dan bekerja di sawah tanpa menggunakan alas kaki. Menurut penelitian, laki - laki lebih banyak mengeluarkan keringat disebabkan efek hormon testoteron yang meningkatkan respo n keringat (Pranoto, 2008). Pekerjaan sebagai petani akan menghasilkan keringat yang cukup banyak. Keringat mengandung banyak zat yang di keluarkan dari tubuh, zat zat tersebut memicu jamur dan bakteri untuk tumbuh.
31 Kondisi yang lembab pada kulit akan mempercepat perkembangan jamur atau bakteri di kulit yang nantinya akan menginfeksi kulit. Responden sudah memiliki kebiasaan mandi yang baik, akan tetapi masih terserang penyakit kulit. berdasarkan observasi yang telah dilakukan, peneliti menemukan responden masih kurang dalam menjaga kebersihan tangan dan kaki. Kebiasaan mencuci tangan dan kaki belum menggunakan sabun. Kaki dan tangan yang hanya dibasuh dengan air ketika tampak bersih dirasa sudah cukup. Hampir setengah dari responden masih memiliki kebiasaan bertukar baju atau handuk. Baju dan handuk menjadi salah satu media penularan bagi jamur, bakteri, mikroorganisme penyebab penyakit kulit menular. Mikroorganisme lebih cepat tumbuh di tempat lembab, pakaian menyerap keringat dan kotoran tubuh yang dikeluarkan saat beraktivitas. Handuk yang lembab menjadi media yang cocok untuk bakteri dan jamur berkembang biak. Selain baju dan handuk, alas kaki, tempat tidur, juga dapat menjadi media penularan. Mikroorganisme penyebab penyakit kulit dapat menempel di bahan bahan tersebut, sehingga sangat penting menjaga kebersihan. Untuk mencegah penularan, ganti baju setelah mandi. Cuci baju dengan sabun, jemur dan disetrika untuk mematikan bakteri dan jamur. Handuk yang lembab harus segera
32 dikeringkan, jangan menggunakan handuk yang lembab karena bakteri dan jamur berkembang dengan cepat. Rajin mencuci dengan sabun dan menjemur bahan bahan tersebut di bawah sinar matahari. 63.89 % responden sudah memiliki kebiasaan yang baik dalam penggunaan fasilitas kesehatan, namun masih ada sebagian kecil (24.3 %) responden yang mengacuhkan penyakit kulit yang diderita dan 11.8 % responden mengobati penyakitnya sendiri. Faktor usia yang semakin bertambah tua membuat responden malas untuk bepergian. Hal tersebut yang kemudian memicu responden tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan.