I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara berkembang yang berinvestasi jutaan dollar untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang sudah dijelaskan pada bab

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi, juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

BAB V PENUTUP. intensi berkunjung di Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan data primer

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan. Alamat. Tanggal : / / Telepon/Fax

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan komoditi yang dikembangkan dan diandalkan

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

I. PENDAHULUAN. perkebunan, kelautan dan perikanan, serta pertambangan Sektor pariwisata

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

NUNUNG NURYARTONO RETNANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG

Denpasar, Juli 2012

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan populasi penduduk dunia menyebabkan kebutuhan akan sumber daya semakin meningkat terutama sumber daya alam. Perkembangan ini tidak seiring dengan kemampuan alam untuk memperbaharui dirinya. Selain itu keengganan dari sebagian besar penduduk dunia untuk ikut berperan serta dalam perbaikan dan penjagaan kelestarian sumber daya alam ikut memperburuk kondisi yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005 menyatakan bahwa hutan hujan di Kalimantan akan hilang pada tahun 2010. Hal tersebut disebabkan karena adanya peningkatan pembukaan wilayah hutan oleh manusia. Setiap tahunnya dari tahun 1985 sampai dengan 2000 rata-rata pembukaan hutan per tahun adalah 0,85 juta hektar dan meningkat menjadi ratarata 1,25 juta hektar dari tahun 2000 sampai dengan 2005 (Koran Tempo, 2005). Ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam demikian besar tetapi ketersediaannya yang terbatas menyebabkan perlu adanya mekanisme pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestariaan alam yang ada. Salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestariannya adalah menciptakan sumber daya alam sebagai industri pariwisata. Industri pariwisata merupakan sebuah industri penting dan terbesar di dunia seperti yang diungkapkan oleh The World Travel and Tourism Council (1991). Hal tersebut disebabkan karena pada awal abad ke-20 negara-negara industri mulai mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian manufaktur yang berbasiskan produk-produk bermerek menjadi experience economy, yaitu perekonomian yang berbasiskan kepada kesan yang

dirasakan oleh konsumen (Kasali, 2004). Industri pariwisata terus mengalami peningkatan pendapatan rata-rata 4,6 persen per tahunnya. Demikian pula dengan penyerapan tenaga kerja untuk sektor ini terus mengalami peningkatan sebesar 3 persen per tahunnya. Proyeksi pendapatan untuk tahun 2005 dari industri pariwisata adalah sebesar US$ 6,201 triliun untuk seluruh dunia dan Indonesia diperkirakan mendapatkan penghasilan dari industri ini sebesar US$ 34,45 milyar atau sebesar Rp. 331 triliun (www.wttc.org, 2005). Untuk wisata alam sendiri jumlah wisatawannya sebesar 20 persen dari jumlah total wisatawan dunia (World Travel Organization, 1998). The International Ecotourism Society (2000) dalam laporannya mengatakan bahwa jumlah wisatawan yang melakukan wisata alam mengalami peningkatan dari 393 juta pada tahun 1988 menjadi 528,4 juta pada tahun 1994 (Tabel 1.). Jumlah ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 1. Jumlah Wisatawan yang Melakukan Wisata Alam dan Sejenisnya Total Kedatangan Wisatawan Nature Tourists Wildlife-related Tourist Internasional 1988-393 juta 157-236 juta 79-157 juta 1994-528,4 juta 211-317 juta 106-211 juta Sumber : The International Ecotourism Society (2000) Tabel 2. Total Pendapatan Pada Industri Wisata Alam Total International Direct Economic Impact * Nature Tourists Wildlife-related Tourist 1988 - US$388 juta US$93-223 juta US$47-155 juta 1994 - US$416 juta US$166-250 juta US$83-166 juta * Total International Direct Economic Impact = money spent on travel by tourists traveling abroad. Sumber : The International Ecotourism Society (2000) Sampai dengan tahun 2000 investasi industri pariwisata di Indonesia hanya sebesar 5,24 persen dari total investasi nasional tetapi dapat memberikan kontribusi sebesar Rp. 238,6 triliun atau 9, 27 persen terhadap produk nasional dan kontribusi pariwisata mencapai 9,38 persen (Rp. 128,31 triliun) dari total

PDB Indonesia sebesar Rp. 1.368 triliun (BPS dalam Kasali, 2004). Sementara itu peranan dalam penyediaan lapangan kerja mencapai 7, 36 juta orang atau 8,11 persen dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,8 juta orang. Demikian juga dapat diungkapkan bahwa penyediaan upah dan gaji dari sektor pariwisata mencapai Rp.40,09 triliun, 9,87 persen dari penyediaan upah secara nasional sebesar Rp.406 triliun. Walaupun demikian kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia masih berada dibawah negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Thailand. Sampai dengan tahun 2001 wisatawan manca negara yang mengunjungi Malaysia sebanyak 12,78 juta wisatawan sedangkan Thailand mampu mendatangkan 10,06 juta wisatawan berbeda jauh dengan Indonesia yang hanya mampu mendatangkan 5,15 juta wisatawan (Tabel. 3). Tabel 3. Jumlah Wisatawan Asing dan Perolehan Pendapatan (Indonesia, Malaysia dan Thailand) Indonesia Malaysia Thailand Tahun Wisatawan Revenue Wisatawan Revenue Wisatwan Revenue (Juta) (US$ (Juta) (RM (Juta) (Bath Juta) Juta) Juta) 2000 2001 5,06 5,15 5,743 5,442 10,22 12,78 17,335 24,221 9,51 10,06 285,272 - Sumber : www.detik.com Untuk wisatawan nusantara (Wisnus) selama ini hampir luput dari perhatian. Sesuai data BPS tahun 2002 ( Suprijanto, 2005 ), Wisnus yang melakukan perjalanan wisata di dalam negeri mencapai 107 juta orang dengan pengeluaran sebesar Rp. 77,6 triliun dan diperkirakan pada tahun 2005 pengeluarannya mencapai Rp. 100 triliun. Bila daerah-daerah di Indonesia jeli melihat peluang dari Wisnus ini akan memberikan kontribusi yang cukup besar kepada pendapatan daerah dan mampu menggerakan perekonomian daerah.

Kemampuan industri pariwisata dalam mempengaruhi pembangunan nasional berimplikasi pada hubungan antar keduanya. Dalam arti pembangunan industri pariwisata dapat membantu pengembangan pembangunan nasional tetapi juga sebaliknya industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh dinamika dari pembangunan nasional. Pengembangan industri pariwisata bukanlah suatu hal yang mudah karena kompleksitas dan terkaitnya berbagai sektor pekerjaan yang ada di dalamnya sehingga diperlukan sebuah komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat di dalamnya. Tabel 4. Ragam Keperluan Pengunjung KRB Tahun 2002-2004 No Kegiatan Tahun 2002 2003 2004 1 Rekreasi 1.158.891 940.949 870.667 2 Karya Wisata 84.185 109.327 60.513 3 Kuliah Lapang 14.491 41.447 7.384 4 Kunjungan Tamu Negara/Dinas 2.392 1.019 263 5 Penelitian 200 285 182 6 Film 7.285 2.935 2.125 7 Lain-lain 1.284 1.442 1.204 TOTAL 1.268.728 1.097.404 942.338 Sumber : Laporan Tahunan PKT KRB - LIPI 2002-2004. Data diolah. Dalam kurun waktu 2002-2004 jumlah total pengunjung KRB terus mengalami penurunan yang cukup signifikan (Tabel 4). Penurunan jumlah pengunjung ini perlu diberikan sebuah penanganan yang tepat untuk mengatasinya. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui faktor-faktor apa yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan wisata yang mereka lakukan. 1.2. Perumusan Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu bidang yang mampu untuk menggantikan peranan migas dalam menunjang pembangunan nasional secara

keseluruhan. Peranan utama dari Kebun Raya Bogor adalah melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kebun raya. Salah satu peranan dari Kebun Raya Bogor adalah sebagai kawasan wisata bagi masyarakat sehingga perlu diketahui : 1. Permasalahan manajemen yang ada terkait dengan penurunan jumlah pengunjung Kebun Raya Bogor? 2. Bagaimana segmentasi pengunjung Kebun Raya Bogor? 3. Bagaimana preferensi konsumen terhadap Kebun Raya Bogor dan citra yang dimiliki oleh Kebun Raya Bogor? 4. Bagaimana strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh Kebun Raya Bogor dengan memperhatikan preferensi konsumen? 1.3. Tujuan penelitian Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui : 1. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah pengunjung Kebun Raya Bogor. 2. Mengidentifikasi segmentasi pengunjung Kebun Raya Bogor untuk penyusunan rancangan strategi. 3. Mengetahui preferensi konsumen terhadap Kebun Raya Bogor dan posisi Kebun Raya Bogor di mata konsumen dibandingkan kawasan wisata sejenis.

4. Mengembangkan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk pengembangan Kebun Raya Bogor. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Kebun Raya Bogor dalam penentuan strategi pemasaran yang tepat agar dapat memenuhi fungsi-fungsinya sebagai sebuah kebun raya. Selain itu penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran Kebun Raya Bogor. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana untuk memperkaya wawasan dan aplikasi manajerial praktis, melatih pengaplikasian teori dengan analisis terstruktur konsep-konsep manajerial serta proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini akan dilakukan di Bogor dengan melakukan analisis hasil survei responden dan analisis strategi pengembangan Kebun Raya Bogor dari penelitian sebelumnya. Responden untuk survei merupakan konsumen yang sedang melakukan kunjungan ke Kebun Raya Bogor dan masyarakat umum yang mengetahui keberadaan Kebun Raya Bogor.