Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

dokumen-dokumen yang mirip
LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang tertuang pada Bab II, maka dapat. disimpulkan bahwa:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 13. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

KONVENSI JENEWA II TENTANG PERBAIKAN KEADAAN ANGGOTA ANGKATAN PERANG DI LAUT YANG LUKA, SAKIT, DAN KORBAN KARAM DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Oleh : Ardiya Megawati E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik,

BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.

TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG

BAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA. A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia

Sumber Hk.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA. Oleh : Dentria Cahya Sudarsa*

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

BAB I PENDAHULUAN. perang sebisa mungkin harus dihindari. lebih dikenal dengan istilah Hukum Humaniter Internasional.

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

JURNAL PELAKSANAAN KEWAJIBAN PENYEBARLUASAN PENGETAHUAN KONVENSI-KONVENSI JENEWA 1949 OLEH INDONESIA KEPADA SELURUH PENDUDUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara dalam hukum internasional disebut sebagai subyek hukum utama

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005

-2- Konvensi Jenewa Tahun 1949 bertujuan untuk melindungi korban tawanan perang dan para penggiat atau relawan kemanusiaan. Konvensi tersebut telah di

Pengabaian Distinction Principle dalam Situasi Blokade oleh Israel di Jalur Gaza

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan internasional pada hakikatnya merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Senjata kimia merupakan sistem senjata yang terdiri atas senjata dan

PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri. Perang adalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Hak Asasi Manusia (HAM), Implementasi dan. Hubungannya dengan Hukum Humaniter Internasional (HHI) Oleh : Yulianto Achmad

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP KASUS PENGGUNAAN SENJATA KIMIA OLEH SURIAH S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

AGRESI ISRAEL TERHADAP PALESTINA PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup signifikan termasuk dalam peperangan. Perkembangan

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG

DAFTAR PUSTAKA. J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2010

BAB II HUKUM HUMANITER SEBAGAI BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL A. PENGERTIAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

TINJAUAN YURIDIS ATAS TINDAKAN TENTARA AMERIKA SERIKAT TERHADAP TAWANAN PERANG IRAK

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP KASUS PENGGUNAAN SENJATA KIMIA OLEH SURIAH J U R N A L I L M I A H

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

BAB I PENDAHULUAN. tidak turut serta dalam permusuhan (penduduk sipil= civilian population). 2. PBB dan Kellogg-Briand Pact, atau Paris Pact-1928.

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

2008,No yurisdiksi teritorialnya atau kekuasaannya sebagaimana disyaratkan dalam Konvensi; d. bahwa mengembangkan, memproduksi, menyimpan, dan m

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH. A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perperangan sejak dahulunya adalah hal yang tidak diinginkan semua orang karena

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Transkripsi:

PENGGUNAAN SENJATA KIMIA DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTAR NEGARA DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL 1 Oleh : Queency Gloria Sumeke 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaturan penggunaan senjata kimia dan alasan negaranegara yang berkonflik menggunakan senjata kimia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Adapun yang menjadi latar belakang penelitian ini karena senjata kimia merupakan senjata pembunuh massal yang penggunaannya dilarang dalam Hukum Humaniter Internasional, hal ini terlihat dengan di buatnya Protocol for the Prohibition of the Use in War od Asphyxiating, Poisonous, or other Gases and of Bactheriological Methods of Warefare (Protokol Jenewa 1925), Chemical Weapons Convention (Konvensi Senjata Kimia), Protocol Addiotional to the Geneva Convention of 12 August 1949, and relating to the protection of victims of International Armed Conflict (Protokol Tambahan 1977), dan Konvensi Den Haag 1907. Tapi, meskipun telah dibuat berbagai peraturan untuk pencegahan penggunaan senjata kimia dalam konflik bersenjata antar negara, masih ada negara-negara yang menggunakan senjata pembunuh massal ini diantaranya: 1. Israel yang menggunakan senjata kimia jenis Bom Fosfor Putih dalam konflik bersenjata melawan Palestina. 2. Irak yang menggunakan senjata kimia jenis gas mustard dalam konflik bersenjata melawan Iran. Kata kunci: Humaniter, konflik bersenjata, senjata kimia. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang sudah tidak asing lagi di dengar saat ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama dengan sejarah umat manusia seperti yang dapat terlihat pada kalimat Armed conflict is as old as human kind itself. 3 Dikatakan bahwa perang sama lamanya dengan sejarah umat manusia maka sudah jelas bahwa perang sudah ada sejak manusia ada. Dalam pengetahuan masyarakat luas perang sama saja dengan konflik bersenjata antar negara karena terjadinya perang tidak jauh dari adanya konflik baik antara negara dengan negara ataupun negara dengan kelompok tertentu. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Eagleton bahwa, in all definitions it is clearly affirmed that war is a contest between states. 4 Jadi, dapat dikatakan bahwa perang adalah salah satu wujud dari konflik bersenjata (armed conflict), namun tidak semua konflik bersenjata secara teknikal identik dengan perang. Secara sistematik, konflik bersenjata dibedakan menjadi dua kategori besar, yakni konflik bersenjata internasional dan konflik bersenjata non-internasional (internal/domestic). Konflik bersenjata tidak dapat terelakan, oleh karena itu dibuatlah suatu peraturan hukum yang mengatur agar konflik bersenjata yang terjadi tetap melihat pada prinsip kemanusiaan yaitu Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). 5 Keberadaan Hukum Humaniter Internasional merupakan upaya penyeimbangan antara kebutuhan-kebutuhan militer dan keperluan akan penghormatan hakikat kemanusiaan. 6 Senjata kimia merupakan salah satu penggunaan senjata yang dilarang dalam Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law) karena menimbulkan penderitaan yang tidak perlu. 7 Senjata kimia adalah senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai dan melumpuhkan musuh. Senjata kimia dilarang penggunaannya didalam perang oleh karena dampak yang dapat ditimbulkan karena dirasa tidak manusiawi. Senjata kimia juga menyebabkan luka permanen maupun penyakit permanen bagi korbannya. 1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Tommy F. Sumakul, SH, MH; Dr. Emma V.T Senewe, SH, MH 2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 13071101055 3 Martinus Nuhoff. The Finish Yearbook of International Law. 1998. Page 407 4 Arie Siswanto. Hukum Pidana Internasional. 2015. Hlm 146 5 Ibid. Hlm 94 6 Ibid. Hlm 98 7 Rina Rusman. Hukum Humaniter dalam Studi Hubungan Internasional. 2012. Hlm 41 134

Deklarasi III Hukum Den Haag menekankan tentang dilarangnya penggunaan proyektilproyektil yang menghasilkan gas-gas beracun yang menyebabkan sesaknya pernafasan. 8 Meskipun telah ada deklarasi tersebut, senjata kimia tetap di pakai dan sangat memprihatinkan masyarakat internasional, sehingga kemudian tercapai Protocol for the Prohibition of the Use in War of Asphyxiating, Poisonous or Other Gases, and of Bacteriological Methods of Warefare yang ditandatangani pada tanggal 17 Juni 1925, selanjutnya disebut Protocol Jenewa Tahun 1925. 9 Ada beberapa negara yang menggunakan senjata kimia yang di larang dalam Hukum Humaniter Internasional. Salah satu Negara yang masih menggunakan senjata kimia adalah Israel. Sekitar awal tahun 2009 terjadi pengeboman jalur Gaza oleh kaum Zionis Israel. Akibat dari serangan tersebut menyebabkan korban mulai dari anak-anak, wanita, pria, masyarakat sipil, dan anggota militer. 10 Tindakan Israel yang menyerang Palestina juga telah mengakui menggunakan senjata kimia yaitu Bom Fosfor Putih (White Phosporus). 11 Bom fosfor putih (White Phospurus) ini merupakan salah satu senjata kimia yang penggunaannya dilarang dalam Hukum Humaniter International. 12 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut melalui karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul : Penggunaan Senjata Kimia Dalam Konflik Bersenjata Antar Negara Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, permasalahan dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan hukum penggunaan senjata kimia dalam konflik bersenjata antar negara? 2. Apa saja penyebab dan alasan penggunaan senjata kimia oleh negaranegara yang berkonflik menggunakan senjata kimia? C. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti sumber pustaka yang ada. PEMBAHASAN A. Pengaturan Hukum Penggunaan Senjata Kimia dalam Konflik Bersenjata Antar Negara A.1 Protokol Jenewa 1925 Pada 1925 dalam Konferensi Jenewa bagi Pengawasan Lalu Lintas Internasional atas Senjata (Supervision of the International Traffic in Arms), seperti biasa Amerika Serikat mengambil inisiatif untuk melarang ekspor gasgas bagi penggunaan dalam peperangan. Ditandatangani pada 1925, Protokol Jenewa menyatakan pelarangan yang sebelumnya tertuang dalam pakta Versailles dan Washington. 13 Dengan disahkan protokol ini yang melarang penggunaan gas penyesak pernapasan, gas beracun dan gas lainnya maka protokol ini menjadi Protokol Pelarangan Umum Penggunaan Senjata Kimia. Kekurangan dari protokol ini adalah dalam ini perjanjiannya tidak diatur tentang masalah produksi, penyimpanan, dan pengiriman senjata kimia yang berbahaya ini. A.2 Konvensi Senjata Kimia Pada tahun 2001, tercatat ada 143 negara menjadi anggota CWC, termasuk didalamnya Amerika Serikat, Rusia, Cina, India, Iran, dan Korea Selatan. 14 Konvensi senjata kimia ini di buat sebagai penyempurnaan dari Protokol Jenewa (Geneva Protocol). Dalam konvensi ini setiap Negara yang masuk menjadi pihak 8 I Wayan Parthiana. Hukum Pidana Internasional (cetakan kedua). 2015. Hlm 492 9 Undang-Undang Republik Indonesia (UU) Nomor 6 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi Tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, Dan Penggunaan Senjata Kimia Serta Tentang Pemusnahannya. Diakses dalam www.hukum.unsrat.ac.id > uu pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul 19.10 10 Anis Widyawati, S.H., M.H. International Criminal Law (Hukum Humaniter Internasional). 2014. Hlm. 102 11 Ibid. 12 Ibid. Hlm 104 13 Jerry D. Gray. Deadly Mist: Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia. 2009. Hlm 27 14 Jonathan B. Tucker. The Chemical Weapons Convention: Has it Enhanced U.S Security. Dalam Arms Control Today 31 (April 2001). Hlm 8 135

didalamnya di larang adanya penggunaan senjata kimia juga aktifitas pengiriman dan produksi senjata kimia yang berbahaya dan sangat merugikan masyarakat internasional serta tidak memberikan rasa keamanan dan kesejahteraan masyarakat internasional. A.3 Protokol Tambahan 1977 Protocol additional to the Geneva Convention of 12 August 1949, and relating to the protection of victims of International Armed Conflicts ditandatangani oleh Negara yang turut serta dalam konferensi Diplomatik pada tanggal 10 Juni 1977. Pada tahun 1979, protokol telah berlaku (come into force) setelah dua Negara, yaitu Libia dan Ghana meratifikasi kedua protokol tersebut. Hingga 12 Januari 2007, protokol ini telah diratifikasi oleh 167 negara. A.4 Konvensi Den Haag 1907 Konvensi Den Haag adalah perjanjian internasional sebagai hasil dari perundingan yang dilakukan dalam konferensi-konferensi perdamaian internasional di Den Haag, Belanda. Besama dengan Konvensi Jenewa, Konvensi Den Haag adalah sebagian dari pernyataanpernyataan formal pertama tentang hukum perang dan kejahatan perang dalam batang tubuh Hukum Humaniter Internasional (Internatinonal Humanitarian Law). Konvensi ini dibuat untuk menegakkan keadilan dan menyusun prosedur Hukum Humaniter Internasional bagi penyelesaian damai dan sengketa dalam perang. A. Penyebab dan Alasan dari Negara-Negara yang Berkonflik Menggunakan Senjata Kimia B.1 Penggunaan Senjata Kimia oleh Israel dalam Konflik dengan Palestina Sekitar awal tahun 2009 terjadi pengeboman jalur Gaza oleh kaum Zionis Israel. Akibat dari serangan tersebut menyebabkan korban mulai dari anak-anak, wanita, pria, masyarakat sipil, dan anggota militer. 15 Tindakan Israel yang menyerang Palestina juga telah mengakui menggunakan senjata kimia yaitu Bom Fosfor Putih (White Phosporus). 16 Fosfor putih ini termasuk senjata terlarang digunakan di wilayah sipil karena bisa menyebabkan luka bakar parah. Korban sipil yang tewas akibat konflik Israel- Palestina pada tahun 2009, bangsa Palestina sebanyak 1034 jiwa dan anak-anak di bawah 18 tahun sebanyak 314 jiwa, bangsa Israel sebanyak 9 jiwa dan anak-anak di bawah 18 tahun ada 1 jiwa. 17 Alasan-alasan mengapa Israel menyerang Palestina. Karena memang sejak dahulu Israel dan Palestina berkonflik meskipun sudah ada Persetujuan Oslo 18 dan kenapa Israel menggunakan senjata kimia sampai saat ini Israel belum mengemukakan kenapa menggunakan senjata kimia meskipun menurut komisi hak asasi manusia PBB telah terbukti bahwa Israel telah menggunakan bom fosfor putih. B.2 Penggunaan Senjata Kimia oleh Irak dalam Konflik dengan Iran Konflik Irak dan Iran terjadi pada 22 september 1980 sampai 20 agustus 1988, perang ini dikenali sebagai pertahanan suci dan perang revolusi Irak di Iran, dan Qadisiyyah Saddam di Irak. Pada tahun 1984, PBB merilis sebuah laporan menyatakan bahwa Irak telah menggunakan gas beracun terhadap tentara Iran di medan tempur yang 30 kasus diantaranya terjadi di wilayah perkotaan dan pedesaan. Dewan keamanan PBB (Perserikatan Bangsa- Bangsa) pada tanggal 9 Mei 1988, merilis resolusi 612 19 sebagai resolusi pertama terkait penggunaan senjata kimia. Setelah mendapat dukungan secara tidak langsung dari negara bagian barat maka dengan bebas Irak menggunakan senjata kimia ini dengan satu alasan pasti yaitu untuk menjaga keamanaan negaranya dan mendapat keuntungan setelah adanya konflik dengan Iran tentang masalah perbatasan yang sudah berlarut-larut tersebut. 15 Anis Widyawati, S.H., M.H. Jurnal International Criminal Law. 2014. Hlm. 102 16 Ibid. 17 Data tersebut diambil dalam B Tselem Statistics Fatalities in the first Intifada. Israel Ministry of Foreign Affairs. 18 Persetujuan Oslo adalah persetujuan damai atau secara resmi disebut Deklarasi Prinsip-Prinsip Fasilitasi Pemerintahan Sendiri secara sementara disetujui di Oslo, Norwegia pada 20 Agustus 1993 dan secara resmi di tandatangani di Washington D.C pada 13 september 1993 oleh Mahmud Abbas yang mewakili Palestina dan Shimon Peres yang mewakili Israel. 19 Resolusi 612 adalah suatu naskah formal yang diadopsi oleh suatu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Resolusi ini diterbitkan oleh Dewan Keamanan PBB atau Sidang Umum PBB. 136

PENUTUP A. Kesimpulan 1. Upaya Negara-negara untuk mencapai suatu perdamaian dunia dan keamanan bersama tiap bangsa dengan adanya pelarangan senjata kimia telah dilaksanakan secara maksimal oleh Negara-negara yaitu dengan membuat suatu protokol yang disebut dengan Protokol Pelarangan Penggunaan dalam Perang Gas Penyesak Pernapasan, Gas Beracun/Gas Lainnya dan tentang Metode Peperangan dengan Menggunakan Bakteri, yang kemudian dikenal dengan Protokol Jenewa 1925, Konvensi Senjata Kimia tahun 1992, Protokol Tambahan 1977, dan Konvensi Den Haag 1907. 2. Meskipun telah ada pelarangan yang keras yang telah dibuat oleh masyarakat internasional dan ada sejumlah Negara yang sudah mengesahkan bahkan meratifikasi protokol dan konvensi tentang senjata kimia ini, sekitar awal tahun 2009 terjadi pengeboman jalur Gaza oleh kaum Zionis Israel. Tindakan Israel ini telah mengakui menggunakan senjata kimia jenis Bom Fosfor Putih (White Phosporus). Selain konflik antara Israel dan Palestina ada juga konflik antara Irak dan Iran yang dalam konflik tersebut menggunakan senjata kimia jenis gas mustard, dimana senjata kimia jenis ini juga dilarang dalam Hukum Humaniter Internasional. Irak sejak akhir dekade 80-an mendapat dukungan dari sejumlah negara-negara barat termasuk Amerika Serikat, Perancis dan sejumlah negara lain. B. Saran 1. Upaya Negara-negara untuk mencapai suatu perdamaian dunia dan keamanan bersama tiap bangsa telah dengan benar dilaksanakan melalui adanya pelarangan penggunaan senjata kimia.. Dalam setiap protokol dan konvensi yang mengatur tentang senjata ini saling menyempurnakan antara satu dengan yang lainnya. Tapi penerapannya harus lebih di pertegas lagi dari PBB, juga menghimbau agar setiap Negara menyetujui protokol dan konvensi yang telah di buat ini. 2. Untuk mencapai adanya keamanan setiap bangsa bukan hanya dengan peraturan yang dibuat saja tetapi harus ada kesadaran dari tiap Negara yang memiliki senjata kimia ini agar tidak menggunakan senjata kimia ini dalam peperangan ataupun konflik bersenjata antar Negara. Peace cannot be kept by force, it can only be achieved by understanding Albert Einstein DAFTAR PUSTAKA Nuhoff, Martinus. The Finish Yearbook of International Law (Volume IX). Kluwer Law Internasional. The Hague, Netherlands, 1998 Ambarawati, dkk. Hukum Humaniter Internasional (Dalam Studi Hubungan Internasional). Rajawali Pers. Jakarta, 2012. Siswanto, Arie. Hukum Pidana Internasional. Andi Offset. Yogyakarta, 2015 Citra Resmi Desita. History and Law www.academia.edu > Dasar-Dasar Hukum Humaniter. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul 16.39 Rina Rusman dkk. Hukum Humaniter dalam Studi Hubungan Internasional. Rajawali Pers. Jakarta, 2012. Parthiana, I Wayan. Hukum Pidana Internasional (cetakan kedua). Yrama Widya. Bandung, 2015 Undang-Undang Republik Indonesia (UU) Nomor 6 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi Tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, Dan Penggunaan Senjata Kimia Serta Tentang Pemusnahannya. www.hukum.unsrat.ac.id > uu. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul 19.10 Widyawati, Anis. International Criminal Law (Hukum Humaniter Internasional). Sinar Grafika. Jakarta, 2014 The International Committee of The Red Cross (ICRC) https://www.blogs.icrc.org. Diakses pada tanggal 13 September 2016 pukul 19.15 Kusumaatmadja, Mochtar. Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan dan 137

Penerapannya di Indonesia. Bina Cipta. Bandung, 1980 Arlina Permanasari dkk. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta: ICRC, 1999 Haryomataram. Hukum Humaniter. Rajawali. Jakarta, 1984 Henckaerts and Doswald-Beck (ed). Costumary International Humanitarian Law. ICRC Cambridge University Press, 2005 Istanto, F.Sugeng. Perlindungan Penduduk Sipil dalam Perlawanan Rakyat Semesta dan Hukum Internasional. Andi Offset. Yogyakarta, 1992 Kamus Besar Bahasa Indonesia http://kbbi.web.id/guna. Diakses pada tanggal 22 September 2016 pukul 12.28 Departemen Pertahanan RI Badan Pengkajian dan Pengembangan Industri Dan Teknologi. Pengantar Pengetahuan Senjata Kimia. Jakarta, 2000 Akhmad Iqbal. Perang-Perang paling Berpengaruh Di Dunia (cetakan 1). JB Publisher. Yogyakarta, 2010 Charles Stewart. Weapons of Mass Casualties and Terrorism Response Handbook. Jones and Batlett Publishers. US, 2006 Anton Ramdan. Save Palestina. Zahra publishing. Jakarta, 2013. 138