BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup signifikan termasuk dalam peperangan. Perkembangan
|
|
- Suharto Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak hal mengalami perubahan yang cukup signifikan termasuk dalam peperangan. Perkembangan teknologi akan mempengaruhi cara suatu Negara menyusun strategi peperangan dan memilih persenjataan apa yang akan mereka gunakan dalam peperangan yang terjadi. 1 Salah satu bentuk nyata pengaruh perkembangan teknologi dalam persenjataan suatu Negara adalah dengan ditemukannya jenis-jenis persenjataan yang semakin canggih dari hari kehari. Salah satu bentuk senjata yang canggih dan menimbulkan kontroversi adalah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau dapat disebut juga sebagai Alat Angkut Udara atau Pesawat Nirawak. UAV merupakan sejenis pesawat yang tidak membutuhkan keberadaan pilot untuk diterbangkan, karena dapat dikendalikan melalui remote control dari jarak jauh. Cara pengendalian yang demikian membuat UAV dapat meminimalisir kemungkinan suatu Negara untuk kehilangan pilot terbaiknya akibat peperangan, serta mempermudahnya untuk melakukan infiltrasi kewilayah lawan tanpa harus khawatir akan keselamatan jiwanya. Di dalam Hukum Humaniter Internasional (HHI) sendiri, belum terdapat regulasi yang spesifik mengatur pengunaan UAV. Apa yang selama ini dijadikan justifikasi pihak pihak yang tidak setuju terhadap pengunaan UAV adalah 1 H. J. Morgenthau, edisi Bahasa Indonesia Politik Antar Bangsa, diterjemahkan oleh S. Maimoen, A.M. Fatwan, Cecep Suradradjat, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010,p
2 komponen komponen yang diaplikasikan kepada UAV bukan UAV itu sendiri. Salah satu contohnya adalah penggunaan cruise missile pada Harpy UAV milik Israel yang menyalahi Intermediate Range Nuclear Force Treaty (INF Treaty) karena daya jangkau nya melebihi aturan yang sudah ditetapkan oleh INF Treaty yaitu 500 km 2. Dalam studi Hukum Humaniter Internasional, nyawa manusia merupakan aspek yang harus dilindungi serta dihargai oleh semua pihak terutama pihak-pihak yang sedang berperang. Studi ini mengajarkan bahwa Menyandera lebih mulia daripada melukai; melukai lebih mulia daripada membunuh. Berangkat dari asumsi tersebut, maka eksistensi UAV merupakan ancaman terhadap prinsip ini. UAV yang memiliki mobilitas serta efektifitas yang amat tinggi ini merupakan alat pembunuh yang amat efisien di medan perang, mengingat kegunaannya sebagai pelacak yang juga dilengkapi dengan berbagai macam senjata. Unmanned Aerial Vehicle (UAV) memang merupakan suatu teknologi yang masih jauh dari sempurna, namun dengan makin berkembangnya teknologi, UAV sendiri akan berkembang menjadi lebih canggih, efektif dan efisien dibandingkan apa yang telah ada sekarang. Penggunaan teknologi UAV yang belum sempurna ini menimbulkan banyak sekali kontroversi yang seharusnya juga dipertimbangkan dalam menentukan penggunaan UAV ini sebagai instrumen perang yang benar-benar layak untuk digunakan. 2 Air Power, Legal Implication on Uninhabited Combat Aerial Vehicle(daring), 27 Maret 2001, diaksespadatanggal 18Desember
3 I.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perdebatan mengenai penggunaan UAV ini di medan pertempuran menurut sudut pandang HHI? 2. Apa dampak yang ditimbulkan dengan digunakannya UAV ini di medan pertempuran? I.3 Kerangka Konseptual Dalam menjawab pertanyaan penelitian, penulis akan menggunakan beberapa teori, yaitu teori Norma Internasional, serta penggunaan lima prinsip dasar Hukum Humaniter Internasional sebagai indikator penilaian apakah penggunaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ini sesuai dengan prinsip dasar Hukum Humaniter Internasional. Teori yang dimaksud adalah : 1. Norma Internasional Jus Cogens Christos L. Rozakis 3 menegaskan bahwa meskipun Negara-negara memiliki kebebasan untuk membentuk hukum, bebas untuk mengatur tingkah laku mereka sendiri, namun kebebasan itu ada batasnya. Terdapat kaidah hukum yang membatasi kehendak Negara. Kaidah hukum yang mengancam dengan invaliditas setiap persetujuan-persetujuan yang dibuat oleh Negara-negara yang bertentangan dengannya. Kaidah hukum ini disebut jus cogens. Secara konseptual, jus cogens memiliki tiga fungsi, yaitu 4 : 1. Sebagai pembatasan atas kehendak bebas Negara Fungsi pertama muncul berdasarkan pemikiran bahwa Negara-negara dalam hubungan internasional selalu berpegangan pada ideologi dan 3 F. A. Whisnu Suteni., Identifikasi dan Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional. Bandung: Cv. Mandar Maju. p F. A. Whisnu Suteni., p
4 kepentingan nasional mereka yang berbeda satu dengan yang lain, sehingga dapat menimbulkan pertentangan yang mengarah pada pelanggaran hukum internasional, maka dari itu jus cogens muncul untuk membatasi kebebasan negara untuk menjustifikasi tindakan mereka sendiri. 2. Sebagai pengakuan atas pranata legalitas obyektif Dalam sistem hukum internasional, konsep jus cogens atau yang sering juga disebut sebagai norma pemaksa dalam hukum internasional (peremptory norm of international law) adalah suatu ketentuan hukum yang telah diterima dan diakui oleh masyarakat internasional dan ketentuan hukum tersebut tidak dapat disimpangi atau dikalahkan oleh ketentuan hukum lain Sebagai pembentuk sistem hukum internasional vertikal Dalam masyarakat internasional dubutuhkan hukum yang membatasi Negara, agar Negara-negara tidak membentuk hukum yang bertentangan dengan ketentuan dan norma internasional, serta mengharuskan mentaati hukum tersebut. Hukum itu bersifat memaksa, yang walaupun pada awalnya dibentuk oleh Negara-negara, tetapi kemudian hukum itu dibuat untuk membatasi kebebasan suatu Negara untuk menjustifikasi tindakan mereka sendiri secara sepihak. Beberapa contoh aturan-aturan yang bertentangan dengan jus cogens, misalnya perang agresi, pelanggaran terhadap hukum genocide, perdagangan 5 R. Sigit, Prinsip Non Refoulement dan Relevansinya Dalam Hukum Internasional, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 22, Nomor 3, Oktober p
5 perbudakan, pembajakan, kejahatan-kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan, pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hak menentukan nasib sendiri, UN Convention Racial Discrimination dan UN Declaration on Permanent Soverreignity Over Natural Resources 6 Dalam tulisan ini prinsip jus cogens akan dijadikan suatu indikator penilaian untuk melihat apakah tindakan suatu negara dalam penggunaan UAV ini menyalahi norma internasional yang berlaku. 2. Lima Prinsip dasar Hukum Humaniter Internasional Didalam Hukum Humaniter Internasional (HHI) terdapat lima prinsip dasar yang selalu dijadikan landasan dari aturan-aturan yang terdapat didalam HHI 7, kelima asas tersebut ialah: 1. Military Necessity (Kepentingan Militer) Prinsip Military Necessity ini mengandung arti bahwa suatu pihak yang bersengketa mempunya hak untuk melakukan segala tindakan yang dapat mengakibatkan keberhasilan suatu operasi militer, namun dalam pelaksanaannya tidak dibenarkan bila hal tersebut melanggar ketentuan yang ada didalam Hukum Humaniter Internasional. 8 6 Y. Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga Rampai. Bandung: PT. Alumni. Hal P. Arlina, Pengantar Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999, p US Department of Defense, Military Necessity (daring), 2005, < diakses pada 20 Januari
6 2. Proportionality Principle (Prinsip Proporsionalitas) Prinsip Proportionality ini tercantum dalam Artikel 51 ayat 5 B dalam Protokol tambahan I 9. Prinsip ini ada untuk menghindari kerusakan yang berlebihan dari objek-objek sipil yang ada didalam maupun disekitar medan pertempuran. Dengan adanya prinsip ini, aksi-aksi militer dibatasi untuk menggunakan kekuatannya secara reasonable sehingga dapat menghindari kerusakan-kerusakan yang tidak perlu. 3. Humanity (Kemanusiaan) Asas Humanity ini ada untuk menghindari terjadinya penderitaan yang tidak perlu bagi para korban perang. Dimana para kombatan dilarang untuk melakukan kekerasan yang dapat menimbulkan penderitaan yang berlebihan di pihak korban. Didalam regulasi Den Haag juga mencantumkan mengenai larangan bagi penggunaan senjata yang sifatnya dapat membuat kerusakan yang berlebihan bagi korbannya Limitation Principle (Prinsip Pembatasan) Prinsip Limitation ini adalah prinsip yang menganjurkan untuk membatasi sarana, peralatan, dan juga metode berperang yang dilakukan oleh pihak yang bersengketa. Prinsip ini meliputi aturan mengenai larangan penggunaan senjata yang dinilai dapat memberikan dampak kerusakan massal tanpa dapat membedakan antara objek sipil dengan militer. Senjata tersebut diantaranya yaitu: a. Senjata beracun b. Senjata nuklir 9 ICRC, Rule 14. Proportionality in Attack (online), < diakses pada tanggal 1 Juli P. Arlina, p. 11 6
7 c. Ranjau darat (Land Mine) d. Senjata Kimia e. Expanding Bulllet, Blinding laser, dan senjata lainnya yang dapat menimbulkan penderitaan yang tidak perlu bagi korban perang. f. Serta senjata yang memiliki dampak kerusakan jangka panjang terhadap lingkungan hidup Distinction (Prinsip Pembedaan) Prinsip Distinction merupakan suatu prinsip dalam Hukum Humaniter Internasional yang tercantum dalam artikel 48 ayat 51 pasal 2 dan ayat 52 pasal 2 dari Protokol Tambahan I, 12 yang membagi penduduk dari masing-masing pihak yang berperang menjadi dua kelompok besar, yaitu penduduk sipil (Civilian), dan Kombatan (Combatant). Kombatan adalah suatu golongan penduduk dari masing-masing negara yang berperang yang secara aktif ikut serta didalam pertempuran seperti tentara, sedangkan penduduk sipil ialah golongan penduduk yang tidak berhak untuk ikut serta didalam pertempuran.13 Seorang pemikir HHI, Joseph Kunz mengatakan bahwa laws of war, to be accepted and to be applied in practice, must strike the connect balance between, on the one hand, principle of humanity and chivalry; and the other hand, 11 ICRC, Weapon (online), 2011, < diakses pada tanggal 30 Juni ICRC, Customary IHL (online), < diakses pada tanggal 1 Juli J. Pictet, Development and Principles of International Humanitarian Law of Armed Conflict, Martinus Nijhoff Publisher, Henry Dunant Institute, 1985, p
8 military interest. 14 Sehingga, meskipun HHI mengatur mengenai peperangan, tetapi dalam pengaturannya tidak hanya melihat sisi kepentingan militer pihak yang berperang saja, namun juga harus mempertimbangkan mengenai terpenuhinya asas-asas yang lain. Begitu pula sebaliknya, dalam membuat suatu hukum perang, kita juga tidak dapat hanya mempertimbangkannya dengan melihat sisi kemanusiaannya saja tanpa mempertimbangkan kepentingan militer didalamnya. Didalam penelitian ini kelima prinsip HHI tersebut akan digunakan sebagai indikator untuk menentukan apakah penggunaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) sejalan dengan prinsip dasar HHI sebagai hukum yang diberlakukan pada saat terjadinya perang. Hal ini dilakukan untuk mencari kesesuaian antara perdebatan mengenai penggunaan UAV sebagai instrumen perang dengan HHI. 15 I.4 Argumen Utama Argumen utama yang diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah penggunaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) tidak sesuai dengan Norma Internasional dan juga prinsip-prinsip dasar Hukum Humaniter Internasional. Karena bila kita melihat penggunaan UAV ini melalui perdebatan yang ada, dampak yang ditimbulkan dari penggunaan UAV ini tidak dapat dibenarkan bila dilihat melalui indikator prinsip-prinsip dasar Hukum Humaniter Internasional. 14 M. Haryo, Hukum Humaniter, Rajawali, Jakarta, 1984, p American Red Cross, Summary of Genewa Convention of 1949 and Their Additional Protocol, 2013, p. 4. 8
9 I.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini direncanakan terdiri dari Lima bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual, argument utama, dan sistematika penulisan. Bab kedua akan memaparkan secara lebih lanjut mengenai apa itu UAV beserta fungsi dan kegunaannya. Bab ini akan terbagi menjadi dua sub-bab. Subbab pertama akan memaparkan mengenai definisi serta sejarah perkembangan UAV. Sedangkan di dalam sub-bab kedua dari bab ini peneliti akan menjelaskan lebih lanjut mengenai fungsi dan kegunaan UAV itu sendiri yang selanjutnya akan menjadi rujukan kategori UAV yang akan dibahas didalam penelitian ini. Bab ketiga dari penelitian ini akan menyorot mengenai respon pro dan kontra dari masyarakat internasional mengenai penggunaan UAV di medan perang. Disini peneliti akan mencoba melihat bagaimana pro dan kontra yang timbul akibat penggunaan UAV. Selain itu disini juga akan dipaparkan bagaimana penggunaan UAV sebagai sebuah instrumen perang suatu bangsa tidak dapat sejalan dengan apa yang telah dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan yang telah dibuat dalam Hukum Humaniter Internasional berdasarkan prinsip Military Necessity, Limitation Principle, Humanity, Distinction, dan juga asas Proportionality Principle. Bab keempat kemudian akan melihat mengenai dampak dari penggunaan teknologi UAV di medan pertempuran. Disini akan dibahas mengenai dampak apa saja yang timbul akibat dari penggunaan teknologi UAV ini di medan pertempuran. 9
10 Bab kelima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan analisa dalam skripsi ini. 10
LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA
LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA Oleh : I Gede Bagus Wicaksana Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Program Kekhususan Hukum
Lebih terperinciHUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Humaniter Internasional yang dulu disebut Hukum Perang, atau hukum sengketa bersenjata, memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia. 1 Inti dari
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan
Lebih terperinciLEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh: Alan Kusuma Dinakara Pembimbing: Dr. I Gede Dewa Palguna SH.,
Lebih terperinciPERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?
PERLINDUNGAN KOMBATAN Pasal 1 HR Kombatan..? Distinction principle Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Dipimpin seorang yang bertanggungjawab atas bawahannya Mempunyai lambang yang dapat
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah
59 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut ketentuan dalam Hukum Humaniter Internasional tentang prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) berhak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penerapan Prinsip Pembeda (Distinction Principle) dalam Konflik Bersenjata di Suriah Menurut Hukum Humaniter Internasional Implementation of Distinction Principle in
Lebih terperinciPERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Levina Yustitianingtyas Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya Email : firman.yusticia86@gmail.com ABSTRAK Hukum Humaniter Internasional
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA LEGAL PROTECTION FOR CHILDREN IN THE MIDST OF ARMED CONFLICTS Enny Narwati, Lina Hastuti 1 ABSTRACT The purposes of the research are to understand
Lebih terperinciPERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA
PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana
Lebih terperinciHaryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Istilah dan Pengertian Hukum Humaniter Istilah hukum humaniter atau lengkapnya disebut international humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah hukum perang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban negara adalah melindungi, memajukan, dan mensejahterakan warga negara. Tanggung jawab negara untuk memenuhi kewajiban negara menciptakan suatu bentuk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK MILITER INTERNASIONAL Rubiyanto
PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK MILITER INTERNASIONAL Rubiyanto rubiyanto.151161@gmail.com Abstract In fact Humanitary law had been arranged for civil defence organization. In reality some countries
Lebih terperinciSILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM
SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu (Jelita Sari Wiedoko Vicky Anugerah Tri Hantari Ignatius Stanley Andi Pradana) A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak turut serta dalam permusuhan (penduduk sipil= civilian population). 2. PBB dan Kellogg-Briand Pact, atau Paris Pact-1928.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Humaniter Internasional yang dulu disebut Hukum Perang, atau hukum sengketa bersenjata, memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia. 1 Tujuan dari
Lebih terperinciRANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Dosen : SASMINI, S.H., LL.M. dan Team Teaching NIP : 19810504 200501 2 001 Program Studi : ILMU HUKUM Fakultas : HUKUM Mata Kuliah/SKS : HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL/2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang adalah suatu istilah yang tidak asing lagi bagi manusia yang ada di dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan sejarah umat
Lebih terperinciEKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh
Lebih terperinciPengabaian Distinction Principle dalam Situasi Blokade oleh Israel di Jalur Gaza
Pengabaian Distinction Principle dalam Situasi Blokade oleh Israel di Jalur Gaza Erwin Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Email :erwin_80@yahoo.co.id Abstract Armed conflict (war) have been there
Lebih terperinciBAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memberikan argumentasi tentang perlindungan Hukum dan HAM terhadap sengketa bersenjata,
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh Pande Putu Swarsih Wulandari Ni Ketut Supasti Darmawan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan Hukum Humaniter
Lebih terperinciPrinsip "Jus Cogens" dalam Hukum Internasional
Prinsip "Jus Cogens" dalam Hukum Internasional Mochammad Tanzil Multazam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo "Adalah norma yang memaksa dan mengikat pembentuk hukum internasional" Prinsip jus cogens oleh
Lebih terperinciSumber Hk.
Sumber Hk 2 Protokol Tambahan 1977 ( PT 1977 ) : merupakan tambahan dan pelengkap atas 4 Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 ( KJ 1949 ) PT I/1977 berkaitan dengan perlindungan korban sengketa bersenjata internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang bersifat progresif dan inovatif. Tak hanya menyangkut kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tidak dapat dipungkiri bahwa kini dunia tengah terintegrasi dengan berbagai perubahan yang bersifat
Lebih terperinciKONVENSI JENEWA II TENTANG PERBAIKAN KEADAAN ANGGOTA ANGKATAN PERANG DI LAUT YANG LUKA, SAKIT, DAN KORBAN KARAM DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
KONVENSI JENEWA II TENTANG PERBAIKAN KEADAAN ANGGOTA ANGKATAN PERANG DI LAUT YANG LUKA, SAKIT, DAN KORBAN KARAM DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (Makalah Hukum Humaniter Internasional) Oleh : PRISCA
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL. A. Sejarah Lahirnya Hukum Humaniter Internasional
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL A. Sejarah Lahirnya Hukum Humaniter Internasional Hukum Humaniter Internasional yang dahulu dikenal sebagai Hukum Perang atau Hukum Sengketa Bersenjata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perperangan sejak dahulunya adalah hal yang tidak diinginkan semua orang karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perperangan sejak dahulunya adalah hal yang tidak diinginkan semua orang karena akibat yang ditimbulkan begitu sangat besar,tak hanya harta benda tetapi juga nyawa yang
Lebih terperinciMAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad
PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Singgasana Hotel Surabaya, 10 13 Oktober 2011 MAKALAH Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad
Lebih terperincicommit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan mengenai Hukum Humaniter Internasional a. Definisi Hukum Humaniter Internasional Istilah Hukum Humaniter atau lengkapnya disebut International Humanitarian
Lebih terperinciBAB II HUKUM HUMANITER SEBAGAI BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL A. PENGERTIAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
BAB II HUKUM HUMANITER SEBAGAI BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL A. PENGERTIAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Hukum Humaniter Internasional (HHI), atau International Humanitarian Law (IHL) atau sering disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perang sebisa mungkin harus dihindari. lebih dikenal dengan istilah Hukum Humaniter Internasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik bersenjata baik yang berupa perang atau konflik bersenjata lainnya adalah suatu keadaan yang sangat dibenci oleh bangsa-bangsa beradab diseluruh dunia
Lebih terperinciSTATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
1 STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA I Gede Adhi Supradnyana I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR
PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR Oleh Yelischa Felysia Sabrina Pane Ida Bagus Sutama Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum
Lebih terperinciKonsep Keikutsertaan Langsung dalam Permusuhan dan Prinsip Pembedaan dalam Konflik Bersenjata
http://dx.doi.org/10.18196/hi.2015.0077.171-177 Konsep Keikutsertaan Langsung dalam Permusuhan dan Prinsip Pembedaan dalam Konflik Bersenjata Jerry Indrawan Jurusan Hubungan Internasional, Universitas
Lebih terperinciANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh
ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh Ayu Krishna Putri Paramita I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Bagian Hukum Internasional Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palestina merupakan daerah yang seolah tidak pernah aman, senantiasa bergejolak dan terjadi pertumpahan darah akibat dari perebutan kekuasaan. 1 Sengketa
Lebih terperinciBAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA. A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia
BAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia Sejarah manusia hampir tidak pernah bebas dari pada peperangan. Mochtar Kusumaatmadja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah terbentuk dari situasi sulit di dunia seperti peperangan dan bencana alam. Awal mula terbentuknya Palang Merah yaitu pada abad ke-19, atas prakarsa seorang
Lebih terperinciNorway, di Yogyakarta tanggal September 2005
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN KEJAHATAN PERANG Dipresentasikan oleh : Fadillah Agus Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penerbangan MH-17 Malaysia Airlines merupakan penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang dari berbagai negara, pesawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini negara-negara enggan mendeklarasikan keterlibatannya secara terus terang dalam situasi konflik bersenjata sehingga sulit mendefinisikan negara tersebut
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM Oleh : Risa Sandhi Surya I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang sedang berlaku. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah hukum positif (Ius
50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini merupakan penelitian ilmu hukum normatif yang meneliti dan mengkaji hukum tertulis dan kaidah hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang International Committee of Red Cross (ICRC) adalah organisasi humaniter yang berlandaskan pada Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law) sebagai
Lebih terperinciAbstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian
JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM SERANGAN MILITER PAKTA PERTAHANAN ATLANTIK UTARA (THE NORTH ATLANTIC TREATY ORGANIZATION/NATO) TERHADAP LIBYA Oleh: Veronika Puteri Kangagung I Dewa Gede Palguna
Lebih terperinciI. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA. Oleh : Dentria Cahya Sudarsa*
PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA Oleh : Dentria Cahya Sudarsa* Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Jelaskan istilah-istilah yang digunakan untuk hukum humaniter! 2. Bagaimana Haryomataram membagi hukum humaniter?
BAB I PENDAHULUAN 1. Jelaskan istilah-istilah yang digunakan untuk hukum humaniter! Istilah Hukum Humaniter atau lengkapnya international humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :
ANALISIS YURIDIS PENGGUNAAN PESAWAT TANPA AWAK SEBAGAI ALAT UTAMA PERSENJATAAN DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL (STUDI KASUS PENGGUNAAN DRONE OLEH AMERIKA SERIKAT DI PAKISTAN) Arman Surya Nicolas Marbun*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rentang abad ke-20, masyarakat internasional telah menyaksikan berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern yang menjadi produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang adalah suatu kondisi dimana terjadinya pertikaian antara para pihak yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu untuk
Lebih terperinciPENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL
PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL AD HOC IMT NUREMBERG IMT TOKYO ICTY ICTR SIERRA LEONE CAMBODIA TIMOR TIMUR / INDONESIA IMT - NUREMBERG NOVEMBER 1945 SEPTEMBER 1946 22 TERDAKWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh manusia 1. Hak Asasi Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh manusia 1. Hak Asasi Manusia pada awalnya lahir dikarenakan adanya pergolakan sosial pada masyarakat Eropa, yang menginginkan
Lebih terperinciOleh : Ardiya Megawati E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Pengaturan perlindungan terhadap ICRC (International Committee Of The Red Cross) dalam konflik bersenjata internasional (berdasarkan konvensi jenewa 1949 dan protokol tambahan I 1977) Oleh : Ardiya Megawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan serius terhadap hak asasi manusia, selain kejahatan perang. Kejahatankejahatan tersebut secara
Lebih terperinciPERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KETIKA PERANG DALAM HUKUM HUMINITER INTERNASIONAL. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1
Gerungan L.K.F.R: Perlindungan Ter. Vol.XXI/No.3/April-Juni /2013 PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KETIKA PERANG DALAM HUKUM HUMINITER INTERNASIONAL 76 Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1 A. PENDAHULUAN
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG GURU YANG DIPERSENJATAI DALAM KONFLIK BERSENJATA DI PAKISTAN ARTIKEL ILMIAH. Oleh: LEONARDA KUSUMA NIM:
KAJIAN TENTANG GURU YANG DIPERSENJATAI DALAM KONFLIK BERSENJATA DI PAKISTAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh: LEONARDA KUSUMA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah hak asasi manusia merupakan isu internasional dan menjadi bahan perbincangan yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perang dan damai. Peristiwa-peristiwa besar yang menjadi tema-tema utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah kehidupan manusia, peristiwa yang banyak dicatat adalah perang dan damai. Peristiwa-peristiwa besar yang menjadi tema-tema utama dalam literatur-literatur
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH
PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan utama pembentukan Konvensi Jenewa 1949 adalah untuk memberikan perlindungan bagi korban perang terutama kepada penduduk sipil. Perlindungan ini berlaku dalam setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,
Lebih terperinciBAB IX HUKUM HUMANITER
BAB IX HUKUM HUMANITER A. Pengantar: Antara Hukum Hak Asasi Manusai, Hukum Humaniter dan Hukum Pidana Internasional. Pada bagian-bagian sebelumnya telah banyak dibahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017
PENGGUNAAN SENJATA KIMIA DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTAR NEGARA DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL 1 Oleh : Queency Gloria Sumeke 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciHak Asasi Manusia (HAM), Implementasi dan. Hubungannya dengan Hukum Humaniter Internasional (HHI) Oleh : Yulianto Achmad
Hak Asasi Manusia (HAM), Implementasi dan Hubungannya dengan Hukum Humaniter Internasional (HHI) Oleh : Yulianto Achmad Pendahuluan Allah berfirman dalam QS Al Hujurat ayat 13 Artinya, Hai manusia, sesungguhnya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...
Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciEksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan
Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu
Lebih terperinciWAJIB BELA NEGARA DAN PRINSIP PEMBEDAAN DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (KAJIAN PASAL 30 UUD 1945) Lina Hastuti
WAJIB BELA NEGARA DAN PRINSIP PEMBEDAAN DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (KAJIAN PASAL 30 UUD 1945) Lina Hastuti Abstract The main provision of state defense is as provided in Article 30 UUD 1945 and
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagi berikut. 1. Pandangan Hukum Humaniter Internasional
Lebih terperinciMAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.
TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,
Lebih terperinciAlternatif atas Pemberlakuan Hukum Humaniter Internasional dalam Konflik Bersenjata Melawan Islamic State of Iraq and Syria
Alternatif atas Pemberlakuan Hukum Humaniter Internasional dalam Konflik Bersenjata Melawan Islamic State of Iraq and Syria Ayub Torry Satriyo Kusumo a,b dan Kukuh Tejomurti a a Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciUMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memaparkan kesimpulan atas
BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memaparkan kesimpulan atas isu hukum yang muncul sebagai rumusan masalah dalam bab pertama (Supra 1.2.). Ide-ide yang penulis simpulkan didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, dalam hal ini negara yang dimaksud yaitu negara yang berdaulat. 1 Sebagai subjek hukum internasional,
Lebih terperinciLEGITIMASI PENGGUNAAN CRUISE MISSILE SEBAGAI INTERSTATE WEAPON DALAM PERANG UDARA. Oleh: ABSTRACT
LEGITIMASI PENGGUNAAN CRUISE MISSILE SEBAGAI INTERSTATE WEAPON DALAM PERANG UDARA Oleh: e-mail: abiyoga36paramartha@gmail.com, prasetyohd@yahoo.com, rachma.indriey@gmail.com ABSTRACT state. On the other
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UAV (Unmanned Aireal Vehicle) adalah pesawat tanpa awak yang dapat berotasi secara mandiri atau dikendalikan dari jarak jauh oleh seorang pilot (Bone, 2003). Pada
Lebih terperinciBAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the
BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) Dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. Perkembangan teknologi di era modern kini telah memberikan banyak keuntungan
1 BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di era modern kini telah memberikan banyak keuntungan dalam segala kebutuhan atau keperluan manusia, baik dalam bidang informasi, komunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM HUMANITER. A. Pengertian Hukum Humaniter Internasional
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM HUMANITER A. Pengertian Hukum Humaniter Internasional Dalam sejarah kehidupan politik manusia, peristiwa yang banyak dicatat adalah perang dan damai, peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciJAJAK PENDAPAT TIMOR TIMUR DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT SIPIL PASCA KONVENSI JENEWA 1949
JAJAK PENDAPAT TIMOR TIMUR DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT SIPIL PASCA KONVENSI JENEWA 1949 Lorraine Rangga Boro Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana NTT Jl. Adi Sucipto Penfui
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi...
DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi... Halaman Pengesahan Panitia Penguji Skripsi... Kata Pengantar...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PRINSIP MARTENS CLAUSE DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PRINSIP MARTENS CLAUSE DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL A. Sejarah dan Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Hukum Humaniter Internasioanal. 1. Pengertian Hukum Humaniter
Lebih terperinciBAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia
BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944 D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia Eksistensi horisontal wilayah udara suatu negara mengikuti batas-batas wilayah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER DAN SENGKETA BERSENJATA DI PALESTINA
18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER DAN SENGKETA BERSENJATA DI PALESTINA 2.1 Sejarah Hukum Humaniter Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni.
DAFTAR PUSTAKA Buku, 2005, Pengenalan Tentang Perlindungan Internasional (Melindungi Orang-orang yang Menjadi Perhatian UNHCR) Modul Pembelajaran Mandiri, Geneva: Komisariat Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi.
Lebih terperinci