DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 6 2.1 Klasifikasi Tulang... 6 2.2 Bagian Anatomis pada Tulang Anak... 7 2.3 Physis (Lempeng Pertumbuhan)... 8 x
2.3.1 Anatomi... 9 2.3.2 Histoligi... 9 2.3.3 Pembuluh Darah... 11 2.3.4 Pertumbuhan Physis... 12 2.3.5 Penutupan Physis... 13 2.4 Fraktur Physis... 14 2.4.1 Epidemiologi... 14 2.4.2 Mekanisme... 15 2.4.3 Klasifikasi... 15 2.4.4 Gejala Klinis... 18 2.4.5 Komplikasi... 18 BAB III KERANGKA BERPIKIR, DAN KONSEP PENELITIAN... 20 3.1 Kerangka Berpikir... 20 3.2 Kerangka Konsep Penelitian... 21 BAB IV METODE PENELITIAN... 22 4.1 Rancangan Penelitian... 22 4.1.1 Desain Penelitian... 22 4.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 22 4.2 Subjek dan Sampel Penelitian... 23 4.2.1 Variabilitas Populasi... 23 4.2.2 Kriteria Subjek... 23 4.2.3 Teknik Pengumpulan Sampel... 23 4.3 Variabel... 24 4.3.1 Identifikasi Variabel... 24 4.3.2 Klasifikasi Variabel... 24 4.3.3 Definisi Operasional Variabel... 24 4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian... 26 4.5 Protokol Penelitian... 26 4.6 Analisis Data... 27 4.7 Kelemahan Penelitian... 27 xi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 28 5.1 Hasil Penelitian... 28 5.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin... 30 5.1.2 Berdasarkan Lokasi Anggota Gerak... 30 5.1.3 Berdasarkan Lokasi Tulang... 31 5.1.4 Berdasarkan Jenis Fraktur Phyis (Shalter Harris)... 32 5.2 Pembahasan... 33 5.3 Keterbatasan Penelitian... 35 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 36 6.1 Simpulan... 36 6.2 Saran... 36 DAFTAR PUSTAKA... 37 xii
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK FRAKTUR PHYSIS PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2013 Angka patah tulang yang melibatkan bagian physis tidak terlalu tinggi, namun fraktur pada bagian physis terutama pada jenis tulang panjang dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbukan dan perkembangan tulang. data epidemiologis mengenai fraktur physis pada anak-anak di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui karakteristik fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. Pengumpulan data menggunakan teknik Consecutive sampling dengan mempergunakan data sekunder catatan medik pasien di ruang perawatan Bangsal Angsoka RSUP Sanglah, ruang penyimpanan rekam medis RSUP Sanglah, SMF Bedah Orthopedi dan IGD RSUP Sanglah Denpasar sejak Januari 2013 - Desember 2013. Sampel penelitian adalah pasien fraktur physis anak usia 0-14 tahun. Hasil penelitian diperoleh 23 sampel fraktur physis yang meliputi humerus, radius, ulna, metacarpal, femur, tibia, fibula, metatarsal, phalanges. Gambaran karakteristiknya yakni sebagian besar kasus terjadi pada anak laki-laki dengan 14 orang (60,9%). Fraktur physis lebih sering mengenai ekstremitas atas (69,6%) dibandingkan dengan ekstremitas bawah (30,4%). Distal radius (52,2%) merupakan lokasi fraktur physis paling sering. Jenis fraktur Shalter Harris tipe 2 (69,6%) adalah jenis tersering fraktur physis. Dapat disimpulkan bahwa fraktur physis atau lempeng pertumbuhan ini lebih banyak pada anak laki-laki. Berdasarkan lokasi tubuh lebih banyak mengenai ekstremitas atas. Berdasarkan lokasi tulang, paling banyak adalah distal radius. Berdasarkan jenis fraktur physis, Shalter Harris tipe 2 adalah yang terbanyak. Kata kunci: Fraktur Physis, karakteristik, data sekunder xiii
ABSTRACT CHARACTERISTIC OF PHYSEAL FRACTURE IN CHILDREN AGED 0-14 YEARS IN SANGLAH GENERAL HOSPITAL CENTER DENPASAR 2013 The number of fractures involving the physis is not too high, but the physeal fracture mainly on the long bones can lead to disturbances in growth and development of the bone. Epidemiological data regarding the physeal fractures in children in Indonesia is still very minimal. This study is a descriptive observational study to determine the characteristic of physeal fracture in children aged 0-14 years in sanglah general hospital center Denpasar 2013. the data collected within Consecutive sampling technique by using secondary data from medical record in Orthopaedics and Traumatology Departement of Sanglah Hospital and Emergency Room of Sanglah Hospital. From 23 samples of physeal fracture involving humerus, radius, ulna, metacarpal, femur, tibia, fibula, metatarsal and phalanges showed that majority of sex is a boy within 14 (69.0%). Physeal fractures on upper extremities (69.6%) more frequently compared to the lower extremities (30.4 %) on the. Distal radius (52.2%) was the most frequent site of the physeal fracture. Shalter Harris type 2 (69.6%) is the most common type of physeal fracture. The conclusions of this study showed that the physeal fracture majority is boys. The upper limb more frequently compared to the lower extremities. Distal radius is the most frequent site. Shalter Harris Type 2 is the most common type. Keywords : Physeal fracture, characteristic, secondary data xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Fraktur paling sering terjadi pada remaja dan di usia tua ketika tulang dalam kondisi yang berpori atau rapuh dan terjadi pada titik lemah di bagian physis dan metaphysis. Sekitar sepertiga dari semua anak menderita setidaknya satu patah sebelum usia 17 (Cooper. 2004). Kejadian fraktur lebih besar pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan baik disegala usia. Puncak insiden fraktur terjadi pada usia 11-12 tahun pada anak perempuan dan 13-14 tahun pada laki-laki (Hedström, 2010). Pada anak-anak dapat dikatakan masih memiliki sistem kerangka yang belum matang. Perbedaan yang paling penting antara kerangka yang belum matang dan sistem rangka dewasa yang matang adalah ada atau tidaknya daerah phyisis atau yang sering juga disebut dengan lempeng pertumbuhan atau lempeng epiphysis. Phyisis yang juga dikenal sebagai lempeng pertumbuhan merupakan bagian tulang panjang yang termasuk dalam fraktur Salter-Harris, suatu sistem klasifikasi cedera pada daerah phyisis. Lempeng epiphysis distal tulang radius adalah yang paling sering mengalami cedera Phyisis. Cedera Lempeng epiphysis dapat dikarenakan dari suatu peristiwa traumatik akut maupun kronis yang berlebih. Mekanisme paling umum yang dapat mengakibatkan cedera Lempeng epiphysis, xv
kususnya ekstremitas atas adalah pukulan langsung, tabrakan, maupun terjatuh dengan posisi lengan yang terjulur. Sedangkan abduksi, adduksi, dan gaya torsi merupakan penyebab tersering yang ditemui dapat mengakibatkan cedera Lempeng epiphysis pada ekstremitas bawah (Clark, 2005). Cedera physis terhitung sekitar 15 sampai 30% dari semua cedera tulang pada anak-anak, Sekitar 15 % dari semua patah tulang pada anak-anak melibatkan bagian physis tulang. Cedera physis terjadi paling sering setelah usia 10 tahun. Sekitar 80% dari cedera physis terjadi antara usia 10 dan 16 tahun. Cedera physis lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan menduduki urutan kedua dari keseluruhan cedera musculoskeletal. Peningkatan insiden cedera physis, sejalan dengan usia dan perkembangan kematangan tulang pada anak laki-lak. Ketika cedera pada physis tersebut diabaikan atau salah penanganan, gangguan pada lempeng pertumbuhan tulang dapat terjadi sehingga menyebabkan defisit pertumbuhan tulang (Perron, 2002). Masalah lempeng pertumbuhan dapat menyebabkan pertumbuhan tulang tungkai yang tidak normal, sehingga berdampak pada perbedaan panjang tungkai dan kelainan bentuk sudut anatomis seumur hidup. Berdasarkan urain di atas, dikeetahui bahwa fraktur pada bagian physis terutama pada jenis tulang panjang, dapat mengakibatkatkan gangguan pada pertumbukan dan perkembangan tulang. Walau angka patah tulang yang melibatkan bagian physis tidak terlalu tinggi namun dampak yang diakibatkan cukup serius jika tidak tertangani dengan baik. Hingga saat ini, data epidemiologis mengenai fraktur physis pada anak-anak di Indonesia masih sangat minim. xvi
Informasi tersebut penting untuk mengetahui gambaran seberapa besar masalah fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun di Indonesia, khususnya di Provinsi Bali. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah karakterisik fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013? 2) Bagaimanakah presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013? 3) Bagaimanakah presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan lokasi anggota gerak pada fraktur physis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013? 4) Bagaimanakah presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan lokasi tulang fraktur physis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013? 5) Bagaimanakah presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan jenis fraktur physis berdasarkan klasifikasi Shalter- Harris di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. xvii
1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui karakterisik fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. 2) Untuk mengetahui presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. 3) Untuk mengetahui presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan lokasi fraktur physis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. 4) Bagaimanakah presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan lokasi tulang fraktur physis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. 5) Untuk mengetahui presentase kasus fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun berdasarkan, jenis fraktur physis berdasarkan klasifikasi Shalter-Harris di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Keilmuan Proposal penelitian ini sebagai pemenuhan tugas akhir semester VII Elective Study penulis di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Diharapkan hasil dari penelitian deskriptif kuantitatif ini nantinya dapat digunakan sebagai data dasar sebuah penelitian analisis selanjutnya. xviii
2) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dipertimbangkan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan terutama mengenai fraktur physis pada pasien anak usia 0-14 tahun. xix