BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi klise ujaran bahwa suatu gambar bernilai seribu kata-kata, serta bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang

BAB I PENDAHULUAN. elite. Golongan elite merupakan suatu kelompok minoritas yang biasanya memiliki

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuh puluh tahun yang lalu revolusi Indonesia meletus. Revolusi itu terjadi

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

seperti selalu didengungkan oleh pejuang kemerdekaan Sukarno. Perjuangan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pada tanggal 15 agustus 1945 tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( )

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki awal abad ke 20, mulai muncul sebuah trend baru mengenai

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencatatan sejarah adalah sangat penting,karena tanpa pencatatan sejarah

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

REVOLUSI FISIK DI SUMATERA PADA AWAL KEMERDEKAAN : STUDI KASUS DI SUMATERA BARAT DAN BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

Komunisme dan Pan-Islamisme

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

I. PENDAHULUAN. Setelah pasukan Sekutu membom atom dua kota di Jepang yakni Hirosima dan

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lampau, sebab sesuatu yang terjadi pada masa lampau tentu mempengaruhi kehidupan masa kini. Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh manusia pada masa kini akan mempengaruhi kehidupan yang akan datang, sesuai dengan dimensi yang dimiliki sejarah yaitu masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Sulit untuk menemukan pengertian sejarah yang sebenarnya sesuai dengan yang diinginkan pembaca. Yang sering kali ditemukan ialah istilah-istilah yang artinya sama dengan sejarah. Misalnya kata sejarah yang berasal dari bahasa Yunani kuno istoria yang kurang lebih berarti belajar dengan cara bertanya-tanya pada orang pintar yang mengetahui tentang sejarah tersebut. Kata sejarah yang berasal dari bahasa Arab syajaratun berarti pohon dan juga keturunan atau asal usul. 1 Menurut defenisi yang paling umum, kata history kini berarti masa lampau umat manusia. 2 Sejarah menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang berorientasi pada kebudayaan, ekonomi sosial dan politik. Demikian juga halnya dengan Kota Pinang yang menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Kota Pinang menjadi salah satu tempat terjadinya 1 William H. Frederick dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi, LP3ES, Jakarta. 1982. Hlm. 1 2 Louis Gottscalk, Understanding History, Mengerti Sejarah, (Ter) Nugroho Noto Sutanto, UI Press, Jakarta. 1986. Hlm. 27

revolusi sosial di Sumatera Timur pada tahun 1946 yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek kebudayaan, ekonomi, sosial dan politik. Kota Pinang adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. 3 Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Negara Indonesia banyak mengalami perubahan, salah satunya adalah sistem pemerintahan yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia termasuk Sumatera Timur. Sistem pemerintahan di Sumatera Timur sebelum masuknya bangsa Belanda berbentuk kerajaan, seperti di Labuhan Batu terdapat beberapa kerajaan pada saat itu diantaranya adalah Kerajaan Kualuh di Tanjung Pasir, Kerajaan Bilah di Negeri Lama, Kerajaan Panai di Labuhan Bilik dan Kesultanan Kota Pinang di Pinang Awan. Sebelum kedatangan bangsa Belanda ke Sumatera Timur khususnya Kota Pinang, keadaan masyarakat Kota Pinang sangat diperhatikan oleh Sultan. Kedatangan Belanda membawa dampak negatif maupun dampak positif bagi Kesultanan Kota Pinang. Dampak negatifnya adalah dengan datangnya Belanda ke Kesultanan Kota Pinang menimbulkan penderitaan bagi rakyat Kota Pinang dimana sebelum kedatangan Belanda rakyat sudah tunduk kepada Sultan tetapi setelah kedatangan Belanda Sultan dimanfaatkan untuk memeras rakyat dengan memberikan semua hasil jerih payah rakyat kepada Sultan yang kemudian akan diserahkan oleh Sultan kepada Belanda. Belanda mempengaruhi penguasa lokal dengan menanamkan sifat feodalistis kepada penguasa lokal sehingga penguasa lokal tidak lagi memperhatikan rakyatnya. Belanda juga menguasai perekonomian dan 3 Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, Sumatera Utara masih disebut dengan Sumatera Timur.

pemerintahan di Kota Pinang, hal ini dilakukan oleh Belanda untuk kepentingannya sendiri yakni ingin menguasai daerah tersebut. Selain pengaruh yang negatif tersebut, kedatangan Belanda juga membawa pengaruh yang positif bagi Kesultanan Kota Pinang khususnya dan Indonesia umumnya. Dengan datangnya bangsa Belanda ke Indonesia, rakyat mendapat pengetahuan tentang edukasi (pendidikan), irigasi (pengairan) dan transmigrasi (perpindahan penduduk). Meskipun hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mengecam pendidikan pada masa penjajahan Belanda, namun hal tersebut sangat berguna nantinya untuk terjadinya revolusi sosial. Demikian juga halnya dengan irigasi dan transmigrasi, rakyat Indonesia dapat mengetahui pengairan untuk pertanian dan perpindahan penduduk yang nantinya sangat berguna sehingga rakyat Indonesia dapat bertani dengan baik dan benar juga melakukan perpindahan dari satu daerah ke daerah lain untuk mencari pekerjaan dan mengatasi terjadinya kepadatan penduduk pada satu daerah. Meskipun pada awalnya Belanda melakukan ini semua hanya untuk kepentingan kolonialnya di Indonesia. Bangsa Belanda banyak mempengaruhi sistem pemerintahan lokal di Indonesia termasuk Sumatera Timur. Masa kolonial Belanda di Sumatera Timur berlaku sejak diadakannya perjanjian antara Belanda dengan Inggris yang disebut dengan Traktat London pada tahun 1824 yang pada intinya berisikan tentang pertukaran daerah jajahan, dimana Inggris berjanji tidak akan meluaskan daerah jajahannya ke Sumatera demikian juga halnya dengan Belanda tidak akan meluaskan daerah jajahannya ke Semenanjung Melayu. Kesultanan Kota Pinang sudah lebih dulu dikuasai oleh Belanda dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Sumatera Timur seperti Kerajaan Kualuh, Bilah dan lain sebagainya yakni pada tahun 1837. Sehingga pada saat Belanda membuat kontrak politik

dengan Siak, Kesultanan Kota Pinang tidak lagi didatangi oleh Belanda untuk menekankan kekuasaannya di daerah tersebut seperti yang dilakukan oleh Belanda terhadap daerahdaerah lainnya di bawah taklukan Siak. Kontrak politik antara Belanda dengan Siak ini disebut dengan Traktat Siak yang ditandatangani pada tanggal 1 Februari 1858 dengan tujuan agar kerajaan-kerajaan yang ada di bawah taklukan Siak yakni seluruh kerajaan yang ada di Sumatera Timur kecuali Aceh menjadi berada di bawah pengaruh kolonial Belanda. 4 Kemudian Jepang datang ke Indonesia dan menggantikan kedudukan Belanda di Indonesia. Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia khususnya Sumatera Timur pada awalnya disambut baik oleh rakyat karena propaganda yang diberikan oleh Jepang pada rakyat yang menyatakan bahwa Jepang adalah penolong bagi rakyat Indonesia dari jajahan Belanda. Namun itu semua bohong, Jepang melakukan itu semua agar rakyat Indonesia menuruti Jepang dan dengan mudah Jepang dapat menguasai Indonesia. Pada masa kekuasaan Jepang, posisi penguasa-penguasa lokal tidak dipengaruhi oleh Jepang seperti yang dilakukan oleh Belanda. Jepang tidak memberikan hak istimewa kepada kaum feodal dan bangsawan, bagi Jepang semua rakyat Indonesia sama. Jepang tidak memperhatikan sistem pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Belanda, hal ini disebabkan oleh Jepang lebih menaruh perhatiannya pada usaha-usaha untuk mengumpulkan tenaga kerja untuk membangun benteng-benteng pertahanan dan membangun militer yang kuat dengan melatih rakyat untuk dijadikan pasukan perang dalam menghadapi sekutu. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka semua sistem pendidikan dipengaruhi oleh sistem militer. 4 Tengku Luckman Sinar, Sari Sejarah Serdang, Medan: 1971. Hlm. 63

Pada tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan di Jakarta, namun realisasinya belum terwujud di seluruh Indonesia termasuk di Sumatera Timur. Berita proklamasi tersebut baru sampai ke Medan pada tanggal 29 Agustus 1945 dibawa oleh Mr. Teuku Muhammad Hasan dan Dr. Amir dari Jakarta. 5 Hal ini disebabkan oleh kurang lancarnya komunikasi dan transportasi dari Jawa ke daerah-daerah di luar Jawa. Berita proklamasi tersebut belum juga dapat direalisasikan secepat mungkin disebabkan oleh keadaan di Sumatera Timur pada saat itu masih banyak Sultan yang mengharapkan kedatangan Belanda kembali ke Sumatera Timur. Para penguasa lokal atau Sultan yang ada di Sumatera Timur masih menginginkan kedudukannya kembali seperti pada masa kekuasaan Belanda, sehingga pada saat Jepang meninggalkan Sumatera Timur para penguasa atau sultan membentuk panitia untuk menyambut kedatangan Belanda kembali di Sumatera Timur. Hal ini memicu kemarahan rakyat sehingga mulailah timbul gejolak yang mengarah pada kekerasan. Rakyat menginginkan sistem pemerintahan yang bercorak demokrasi sehingga kekuasaan kaum feodal harus dihapuskan. Manifestasi dari gejolak-gejolak yang terjadi di Sumatera Timur termasuk di Labuhan Batu mencapai puncak pada bulan Maret 1946 yang disebut dengan Revolusi Sosial. Para penguasa feodal yang ada di Labuhan Batu termasuk Kesultanan Kota Pinang menjadi korban dalam revolusi sosial yang dipelopori oleh Pemuda Sosial Indonesia (Pesindo). Berdasarkan latar belakang tersebut perlulah kiranya dibuat suatu penelitian khusus untuk mengetahui ekonomi dan sosial budaya di Kesultanan Kota Pinang. Supaya tulisan 5 Mayjen TNI (Purn) H.R Sjahnan SH, Dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali ke Kota Medan, Dinas Sejarah Kodam-II/BB, Medan: 1982. Hlm. 9

ini tidak terlalu luas cakupannya maka penulis membatasi tulisan ini dengan memberi judul Kesultanan Kota Pinang Sekitar Proklamasi RI 1945-1946. Batasan tahun pada penelitian ini adalah tahun 1945 yakni terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jakarta dan mulai tumbuhnya keinginan untuk merealisasikan kemerdekaan Republik Indonesia dan tahun 1946 menjadi batas akhir dari penulisan ini karena pada tahun inilah terjadinya revolusi sosial di Indonesia umumnya dan Kota Pinang khususnya yang menyebabkan terjadinya perubahan yang secara serta merta dalam bidang sosial, ekonomi, dan pemerintahan di Kesultanan Kota Pinang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk mempermudah penulisan serta upaya menghasilkan penelitian yang objektif, maka penulis perlu membatasi masalah Kesultanan Kota Pinang Sekitar Proklamasi RI 1945-1946 sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi Kesultanan Kota Pinang sebelum Proklamasi RI? 2. Bagaimana kondisi Kesultanan Kota Pinang sesudah Proklamasi RI? 3. Bagaimana proses terjadinya revolusi sosial di Kesultanan Kota Pinang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang akan dicapai, biasanya penelitian bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi Kesultanan Kota Pinang sebelum Proklamasi RI. 2. Untuk mengetahui kondisi Kesultanan Kota Pinang sesudah Proklamasi RI. 3. Untuk mengetahui proses terjadinya revolusi sosial di Kesultanan Kota Pinang.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang Kesultanan Kota Pinang sekitar Proklamasi RI. 2. Memberikan pemahaman tentang dampak dari revolusi sosial baik dampak positif maupun dampak negatif agar kejadian tersebut tidak terulang kembali di daerah manapun di Indonesia. 1.4 Telaah Pustaka Dalam menyelesaikan tulisan ini perlu dilakukan tinjauan pustaka dengan menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini yakni tentang Kesultanan Kota Pinang Sekitar Proklamasi RI. Untuk itu penulis menggunakan beberapa buku yang dapat mendukung tulisan ini. Menurut Suprayitno dalam bukunya yang berjudul Mencoba (lagi) Menjadi Indonesia memaparkan tentang keadaan sosial ekonomi dan politik Sumatera Timur pada masa kolonial hingga pasca kemerdekaan RI. Dimana kerajaan-kerajaan tradisional yang ada di Sumatera Timur mengalami perubahan yang sangat mempengaruhi pemerintahan dan sosial ekonomi kerajaan tersebut. Dan juga menceritakan tentang bagaimana sikap penguasa lokal terhadap kolonial dan terhadap proklamasi kemerdekaan RI, hingga terjadinya revolusi sosial di Sumatera Timur pada tahun 1946 akibat kemarahan masyarakat kepada penguasa lokal. Dalam bukunya, Anthony Reid yang berjudul Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera menceritakan tentang berlangsungnya revolusi sosial di berbagai daerah di Sumatera dengan berbagai proses yang dilalui di daerah tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa revolusi sosial di setiap daerah berbeda-beda

waktu dan proses yang dilalui, seperti misalnya di daerah Tanah Karo revolusi sosial yang terjadi lebih tertib tanpa adanya pertumpahan darah dibandingkan dengan daerah Asahan yang melakukan pembantaian terhadap keluarga Sultan yang mengakibatkan banyak korban. Mayjen TNI (Purn) H. R Sjahnan SH dalam bukunya yang berjudul Dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali ke Kota Medan, menceritakan tentang keadaan Sumatera Timur pada saat Jepang telah menyerah tanpa syarat pada sekutu dan masuknya tentara sekutu ke Sumatera Timur dan membonceng tentara Belanda. Melihat keadaan yang demikian, para pemuda Indonesia melakukan tindakan yaitu dengan membentuk tentara juga dari partai politik membentuk lasykar rakyat yang memiliki tujuan yang sama untuk kepentingan rakyat. 1.5 Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah merekonstruksi sejarah dan menghasilkan sebuah karya yang bernilai ilmiah, sehingga suatu tahapan harus dilalui untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Untuk itu dalam penelitian ini memakai metode penelitian sejarah. Adapun metode penelitian sejarah dilakukan 4 (empat) langkah, antara lain heuristik, kritik, interpretasi dan historiography. 6 Langkah pertama yang dilalui ialah heuristik mengumpulkan data dan sumbersumber yang sesuai dengan objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan). Dalam penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan beberapa dokumen, buku, majalah, dan artikel yang berkaitan dengan judul tulisan. Kemudian dalam penelitian lapangan, dengan

menggunakan metode wawancara yang terstruktur dan terbuka kepada orang-orang yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan. Langkah kedua yang dilakukan ialah kritik. Dalam tahapan ini, akan melakukan kritik terhadap sumber yang terkumpul untuk mencari keaslian sumber tersebut baik dari segi substansial (isi) yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan Kesultanan Kota Pinang maupun materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsu kah sumber tersebut agar diperoleh keotentikannya. Namun karena kesulitan mencari sumber primer membuat kritik eksternal tidak dapat dilakukan secara efektif, maka kritik internal dilakukan yaitu melihat sejauh mana kebenaran informasi dari sumber tersebut. Tahapan lanjutan setelah uji dan analisa data ialah tahapan interpretasi. Dalam tahapan ini data yang telah diperoleh harus dianalisa sehingga melahirkan suatu analisa baru yang sifatnya objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisa yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, tahap ini dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data/ informasi yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada untuk diceritakan kembali. Selanjutnya tahapan akhir ialah historiografi yang akan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologis. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah Deskriptif-Analitif yaitu lewat pembeberan rangkaian peristiwa dan dilanjutkan dengan penggunaan alat analisa yang melibatkan perspektif sejarah. 6 Louis Gottschalk. Op.cit., Hlm. 34.