BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi pada laba akan berusaha untuk mempertahankan keberadaannya dan terus berkembang untuk jangka waktu yang panjang dengan melakukan usaha-usaha yang sesuai dengan keadaan perusahaan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menciptakan suatu sistem pengendalian manajemen sehingga perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan efektif (Rosidah dan Krisnandi, 2008). Menurut Nafarin (2004) anggaran memiliki tiga fungsi yaitu fungsi perencanaan, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengendalian. Fungsi perencanaan adalah anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata atau jelas dalam unit dan uang. Fungsi pelaksanaan adalah anggaran merupakan pedoman dalam pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam pencapaian tujuan (laba). Sedangkan fungsi pengendalian adalah anggaran merupakan alat pengendalian atau pengawasan (controlling). Pengendalian berarti melakukan evaluasi (menilai atas pelaksanaan pekerjaan dengan cara membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran) dan melakukan tindakan perbaikan apabaila dipandang perlu). Fungsi perencanaan berhubungan dengan kegiatan perusahaan di masa datang. Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai pedoman kerja di waktu yang akan datang 1
2 sebagai alat pengkoordinasian kegiatan-kegiatan dari seluruh bagian yang ada dalam perusahaan. Sebagai alat pengawasan terhadap realisasi dan rencana tersebut di waktu yang akan datang. Dengan adanya suatu rencana,maka kegiatan-kegiatan seluruh bagian dalam perusahaan akan saling menunjang,bahu-membahu secara bersama menuju ke sasaran yang telah ditetapkan, Munandar (2001) dalam Rosidah dan Krisnandi (2008). Fungsi pengendalian berhubungan dengan pengarahan kegiatan perusahaan sehingga berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kedua fungsi ini saling berkaitan dan saling menunjang, karena pengendalian yang efektif dapat dilaksanakan jika terdapat perencanaan yang baik. Bagi perusahaan industri, yang kegiatan utamanya menghasilkan atau menciptakan suatu produk. Proses produksi merupakan kegiatan yang sangat penting. Pada hakekatnya produksi itu merupakan penciptaan atau penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhaan kebutuhan manusia. Proses transformasi atau perubahan bentuk faktorfaktor produksi tersebut disebut proses produksi. Menurut Ahyari (2002) bahwa proses produksi merupakan suatu cara,metode maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan. Menurut Susilawati dan Anton (2013) biaya produksi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pembuatan produk (mengolah bahan baku menjadi produk selesai). Biaya-biaya ini dikeluarkan dari divisi produksional, yang termasuk ada uang bahan mentah, gaji karyawan dan biaya overhead pabrik. Pengelolaan uang yang baik harus dilakukan dengan praktis.
3 Dilihat dari sudut pandang akuntansi, anggaran menurut Nafarin (2000) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Umumnya pengendalian biaya produksi dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya yang dikorbankan dengan biaya yang ditentukan sebelumnya apakah masih dalam batas-batas kewajaran atau tidak (Rudianto dkk 2014). Perencanaan merupakan proses pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi yang realistis dan penentuan strategi, kebijakan, program, produser, metode, sistem anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Kholmi dan Yuningsih (2009) dalam Fatmawati dkk (2014). Perencanaan mengacu pada pembentukan program kegiatan perusahaan yang terinci untuk semua tahapan operasi, dan erat hubungannya dengan penentuan serta pencapaian tujuan perusahaan. Dalam pelaksanaannya diperlukan adanya pengendalian, agar semua yang telah disusun dan telah dirancang dapat berjalan dalam koridornya masing-masing. Perencanaan biaya produksi dilakukan dengan cara menyusun anggaran (budget) biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Pengendalian menurut Prawironegoro dan Purwanto (2010) adalah kegiatan yang bertujuan agar strategi, kebijakan, program kerja, dan anggaran dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pengendalian adalah satu faktor kegunaan pengaturan yang pas, karena dengan tidak adanya pengaturan maka seluruh keputusan yang telah diatur oleh suatu perusahaan yang juga adalah suatu rencana
4 menjadi tak berguna. Anggaran merupakan rencana manajemen yang dinyatakan dalam satuan uang untuk periode tertentu,biasanya satu tahun. Anggaran suatu pusat pertanggungjawaban menjadi penting karena digunakan untuk mengendalikan kegiatan, yaitu membandingkan anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan pelaksanaannya. Kemudian apabila terdapat penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dianalisis agar diketahui penyebabpenyebabnya dan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Hal ini memungkinkan tercapainya efektifitas seluruh kegiatan perusahaan. Keefektifan dalam pencapaian tiap tujuan harus dinilai sehingga manajemen memiliki gambaran yang jelas akan efektifitas operasi. Beberapa perusahaan mengukur efektifitas dengan menganalisis satu atau lebih faktor sukses, apakah faktor-faktor tersebut dapat membantu tercapainya biaya operasi yang diingkan, atau tidak. Pada Perum Perhutani dapat diketahui besarnya selisih yang terjadi antara anggaran biaya produksi dengan realisasi menunjukkan selisih lebih anggarannya, yaitu pada tahun 2012 dengan kapasitas produksi gondorukem sebesar 36.284.720 ton dan terpentin sebesar 7.811.038 ton perusahaan mengeluarkan anggaran sebesar Rp58.743.018.489, kemudian terjadi penurunan selisih pada tahun 2013 dengan kapasitas produksi gondorukem sebesar 28.879.880 ton dan terpenting sebesar 5.737.886 ton perusahaan mengeluarkan selisih lebih sebesar Rp57.697.407.000. Kemudian tahun 2014 dengan kapasitas produksi gondorukem sebesar 38.980.471 ton dan terpentin 8.029.681 ton perusahaan terjadi peningkatan selisih lebih sebesar Rp69.029.448.000. Setelah dilakukan perbandingan antara anggaran dengan
5 realisasi, maka dapat diketahui adanya selisih yang timbul. Selisih yang timbul dapat berupa selisih positif dan selisih negative, dan hal tersebut dianalisis dengan cara : (1) Menyelidiki realisasi periode yang berjalan dengan realisasi periode sebelumnya dimana realisasi periode sebelumnya tersebut dianggap sebagai dasar, (2) Membandingkan antara realisasi dengan anggaran dimana anggaran digunakan sebagai dasar, (3) Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan atau varian, dan (4) Mengambil tindakan koreksi atau perbaikan. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Sebagai salah satu perusahaan swasta BUMN, Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah yang terdapat di wilayah Jalan Raya Mranggen Km. 15 No. 58 Demak bergerak di bidang penggergajian kayu dan pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin. Pengolahan gondorukem dan terpentin ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah lebih tinggi dari getah pinus yang merupakan bahan baku produk-produk seperti cat, pernis, pelitur dan sejenisnya. Sebagian besar pemasarannya meliputi daerah dalam negeri dan sebagian diperuntukan untuk ekspor. Mengenai masalah penetapan anggaran biaya produksi dan keefektifannya, di perusahaan ini yang menjadi dasar penetapan anggaran biaya produksi masih perlu ditinjau kembali sesuai dengan jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan agar pengalokasiannya tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan. Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah juga bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, untuk dapat memberikan keuntungan dan bertanggung jawab sosial,
6 meskipun harus bertanggungjawab sosial akan tetapi faktor perolehan laba tidak boleh diabaikan, oleh karenanya perlu pertimbangan dan keputusan yang tepat pada orientasi kepada price (mampu bersaing dengan wajar), quality (terjamin atau baik), dan delivery time (tepat waktu dan sesuai). Tercapainya tujuan dan sasaran yang tepat, terhadap pencapaian laba perusahaan yang maximal, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba, faktor-faktornya antara lain pendapatan (hasil kali antara volume penjualan dengan harga jual), biaya operasional (biaya tetap dan biaya variabel) dan investasi, maka penting suatu perencanaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi laba, faktorfaktor tersebut akan terlaksana melalui Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif pada umumnya diukur menggunakan satuan uang dan berjangka waktu tertentu dalam waktu satu tahun. Penyusunan anggaran telah ditentukan keuangan yang ingin dicapai oleh perusahaan pada umumnya tujuan tersebut dinyatakan dengan jumlah laba perusahaan (Yahya, 2011). Berdasarkan hal diatas, Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah sangat memperhatikan pengendalian terhadap prosedur penyusunan anggaran biaya produksi, efektivitas pengendalian biaya produksi dan peranan anggaran biaya produksi dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk mengetahui tingkat pencapaian laba terhadap RKAP yang telah ditetapkan,dan mengetahui penyimpangan antara realisasi dan rencana. Namun setiap manajemen yang telah ditetapkan dan dirumuskan oleh Perum Perhutani, pastinya mempunyai kelemahan atau kekurangan oleh karenannya
7 penulis melakukan analisis prosedur penyusunan anggaran biaya produksi, efektivitas pengendalian biaya produksi dan peranan anggaran biaya produksi dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi sesuai Standard Operational Procedure (SOP) RKAP pada Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah. Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian tentang anggaran biaya produksi dan pengendalian biaya produksi yaitu, peranan anggaran biaya produksi yang diteliti oleh Rosidah dan Krisnandi (2008) dengan hasil penelitian yang dapat dikatakan bahwa penyusunan anggaran biaya produksi pada perusahaan telah berjalan dengan baik, memadai, dan efektif, hal ini terbukti dengan telah dilakukannya tahapan-tahapan dalam penyusunan anggaran biaya produksi yang meliputi adanya tahap perumusan dan pengkoordinasian penyusunan anggaran biaya produksi dari berbagai bagian yang terkait yaitu bagian produksi, bagian administrasi dan umum, bagian keuangan, serta bagian akuntansi, dan perencanaan dan pengendalian biaya produksi yang diteliti oleh Fatmawati dkk (2014) yang menyatakan bahwa terdapat varians biaya tenaga kerja langsung yang tidak menguntungkan (unfavorable) dalam hal ini yang bertanggung jawab yaitu bagian produksi, varians ini terjadi karena tarif efisiensi tenaga kerja langsung sesungguhnya lebih besar dibanding tarif efisiensi tenaga kerja langsung yang dianggarkan, kemudian pengendalian biaya produksi yang diteliti oleh Arly dan Sondakh (2014) yang menyatakan penerapan biaya standar dalam perencanaan dan pengendalian biaya produksi dinilai sudah memadai karena varians atau selisih biaya yang terjadi cukup sedikit dan biaya masih dapat dikendalikan dengan baik, serta hasil perhitungan biaya standar yang diteliti oleh Rudianto dkk (2014) yang
8 menyatakan bahwa penyusunan anggaran biaya produksi dan pengendalian biaya produksi pada perusahaan telah berjalan dengan baik, memadai, dan efektif karena telah tercapainya target terhadap standar penilaian efektifitas yang telah ditetapkan. Berdasarkan anggaran biaya dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan replika dari jurnal Rosidah dan Krisnandi (2008). Persamaan penelitian ini dan penelitian terdahulu adalah menggunakan metode penelitian Analisis Deskritif dengan pendekatan studi kasus, dimana data yang dibutuhkan terdiri dari data sekunder dan data primer. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tahun penelitian, pada penelitian terdahulu tahun penelitian adalah tahun 2003-2007, sedangkan pada penelitian ini tahun penelitian diambil pada tahun 2012-2014, dan perbedaan yang lain terletak pada perusahaan yang diteliti. Dari latar belakang yang diuraikan diatas bahwa anggaran merupakan alat perencanaan dan juga pengendalian biaya produksi serta mengingat bahwa pengendalian aktivitas di perusahaan merupakan antisipasi agar tidak terjadi penyimpangan antara biaya produk yang dianggarkan dengan biaya produk yang dikeluarkan. Oleh karena itu, penulis tertarik membahasnya lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul. : PERANAN ANGGARAN BIAYA PRODUKSI DALAM MENUNJANG EFEKTIFITAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi kasus pada Perum Perhutani KBM GT 1 Jateng Periode 2012-2014).
9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana efektifitas pengendalian biaya produksi pada Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah? 2. Bagaimana anggaran biaya produksi pada Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah? 3. Sejauh mana anggaran biaya produksi berperan dalam menunjang efektifitas pengendalian biaya produksi? 1.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis efektifitas pengendalian biaya produksi pada Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah. 2. Untuk menganalisis anggaran biaya produksi pada Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah. 3. Untuk menganalisis peranan anggaran biaya produksi dalam menunjang efektifitas pengendalian biaya produksi di Perum Perhutani KBM GT I Jawa Tengah.
10 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan sangat diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya mengenai anggaran. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi. 3. Bagi pihak lain, sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti bidang yang sama. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penulisan ini terdiri dari 5 bab,antara lain : Bab I : Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Dalam bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam landasan teori dan kerangka konseptual. Bab III : Metode Penelitian Pada bab ini membahas mengenai objek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian.
11 Bab IV : Hasil Peneliatian dan Pembahasan Dalam bab ini berisi tentang data penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran yang berkaitan dengan kesimpulan.