Pengaruh Pemberian Silase Biomassa Jagung...Eman Sulaeman

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady

ANALISIS KANDUNGAN SERAT SILASE RANSUM LENGKAP YANG DIFORMULASI DENGAN BAHAN UTAMA RUMPUT GAJAH DAN BIOMASSA MURBEI

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2017, VOL. 17, NO. 2. Annisa Savitri Wijaya 1, Tidi Dhalika 2, dan Siti Nurachma 2 1

Willyan Djaja, S. Kuswaryan, dan U.H. Tanuwiria Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

S. Sarah, T. H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak percobaan dalam penelitian ini adalah sapi perah bangsa Fries

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

Pengaruh penggunaan ajitein dalam pakan terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

Pengaruh Penambahan EM4 dan Gula Merah terhadap Kualitas Gizi Silase Rumput Gajah (Pennesetum purpereum)

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

MATERI DAN METODE. Materi

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN SILASE BIOMASSA JAGUNG TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN PRODUKSI 4% FCM PADA SAPI PERAH THE EFFECT OF BIOMASS CORN SILAGE ON MILK PRODUCTION AND MILK PRODUCTION OF 4% FCM Eman Sulaeman*, D.S. Tasripin**, U.H. Tanuwiria*** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2014 **Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan Unpad ***Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unpad e-mail: eman.sulaeman111091@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian silase biomassa jagung terhadap produksi susu dan produksi susu 4% FCM. Penelitan dilakukan di peternak rakyat di daerah Ciater, Kabupaten Subang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL). Ternak penelitian yang digunakan sebanyak 16 ekor sapi perah jenis FH. Susunan ransum penelitian terdiri atas R1 = 60% silase biomassa jagung 0 + 40 % konsentrat, R2 = 60% silase biomassa jagung 1 + 10% rumput + 30% konsentrat, R3 = 60% silase biomassa jagung 2 + 20% rumput + 20% konsentrat, dan R4 = 60% silase biomassa jagung 3 + 30% rumput + 10% konsentrat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian silase biomassa jagung terhadap produksi susu dan produksi susu 4% FCM tidak berbeda nyata. Kata kunci: produksi susu, produksi susu 4% fcm, sapi perah, silase biomassa jagung Abstract The objectives of this research to study the effect of corn biomass silage on milk production and milk production of 4% FCM. This research was conducted at people farm in Ciater, Kabupaten Subang. This research used an experimental methode with a Randomize Completely Design. Research animals used by sixteen Fries Holland Dairy Cattle. The composition of the ration consisted of R1 = 60% corn silage biomass 0 + 40% concentrate, R2 = 60% corn silage biomass grass 1 + 10% + 30% concentrate, R3 = 60% corn silage biomass grass 2 + 20% + 20% concentrates, and R4 = 60% corn silage biomass grass 3 + 30% + 10% concentrate. The results showed that giving of the biomass of corn silage on milk production and milk production of 4% FCM was not significant. Keywords: milk production, milk production of 4% fcm, dairy cow, biomass corn silage Pendahuluan Produktivitas sapi perah dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor genetik, lingkungan, dan pakan. Salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas susu ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pakan sapi perah. Permasalahan strategis yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi produktivitas dari sapi perah di dalam negeri diantaranya adalah masalah penyediaan pakan yang tidak kontinyu sebagai akibat dari faktor musim. Saat musim hujan hijauan berlimpah peternak dengan mudah menyediakan pakan. Saat musim kemarau panjang datang, maka sudah jelas kesulitan yang terjadi adalah ketersediaan hijauan yang berkurang.

Memperhatikan keadaan tersebut maka untuk menanggulangi permasalahan penyediaan pakan hijauan, khususnya pada musim kemarau diperlukan berbagai strategi, baik dalam penyediaannya maupun waktu pemberiannya terlebih dapat meningkatan kualitasnya. Selain itu diperlukan pendekatan teknologi tepat guna yang relatif sesuai dengan kondisi sosial masyarakat peternak, antara lain melalui teknologi pembuatan silase. Tanaman jagung merupakan komoditas pertanian yang cukup penting baik sebagai sumber pangan maupun pakan ternak. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pakan alternatif yang diharapkan akan mampu menjadi pakan andalan dalam jangka panjang. Data statistik pertanian (2012) melaporkan bahwa luas tanaman jagung di Indonesia 3.957.595 ha dengan jumlah produksi 19.387.022 ton. Pada prinsipnya silase tidak meningkatkan kandungan nutrisi pakan, tetapi dapat mempertahankan nutrisi dan meningkatkan palatabilitas. Ke depan teknologi silase menggunakan proses ensilase bukan saja menjadi alternatif penyimpanan hijauan pakan namun paradigma ini menjadi lebih luas dengan upaya meningkatkan kualitas silase dengan rekayasa bioproses anaerob menjadi ransum lengkap (complete feed). Biomassa jagung sebagai hijauan sumber pakan serat dicampurkan dengan konsentrat untuk selanjutnya difermentasi. Bahan dan Metode Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan sapi perah FH pada periode laktasi 2 dengan bulan ke-2 sampai bulan ke-5 sebanyak 16 ekor. Bahan pakan dan ransum penelitian berupa Biomassa jagung dan konsentrat serta tambahan pakan berupa rumput segar yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak masing-masing. Biomassa jagung yang digunakan adalah semua bagian tanaman jagung yang telah berumur 90-100 hari yang terdiri atas (biji, daun, batang, klobot, dan tongkol jagung) Metode Penelitian Tahap Penelitian A. Pembuatan Silase Komposisi silase biomassa jagung dalam ransum penelitian terdiri atas silase biomassa jagung ditambah konsentrat dengan persentase sebagai berikut: Silase biomassa jagung 0 (S0) = 100 % silase biomassa jagung Silase biomassa jagung 1 (S1) = 90% silase biomassa jagung + 10% konsentrat Silase biomassa jagung 2 (S2) = 80% silase biomassa jagung + 20% konsentrat Silase biomassa jagung 3 (S3) = 70% silase biomassa jagung + 30% konsentrat Adapun prosedur pembuatan silase biomasa jagung adalah sebagai berikut: 1. Tanaman jagung yang baru dipanen dilayukan terlebih dahulu sekitar satu hari untuk mengurangi kadar air 2. Tanaman jagung berikut buahnya (biomasa) dicacah/chopping, ukuran panjang pencacahan 5-7 cm 3. Biomasa jagung yang telah dicacah dicampur dengan konsentrat, sesuai dengan formula yang telah ditetapkan. 4. Guna mempercepat proses ensilase, ditambahkan larutan mikroba dan molasses dalam air. Banyaknya air bergantung pada jumlah konsentrat yang digunakan pada pembuatan silase. Dosis mikroba adalah 0,2% dalam larutan molasses, sedangkan banyaknya molases adalah 0,5% dari biomasa jagung. Banyaknya air yang ditambahkan adalah 30% dari berat konsentrat yang dicampurkan ke dalam biomasa jagung pada pembuatan silase 5. Biakan mikroba selanjutnya disemprotkan secara merata dan diaduk sehingga semua bahan merata. 6. Selanjutnya campuran biomasa jagung dengan konsentrat pada berbagai rasio masing-masing dimasukan kedalam silo (blue tong), dilakukan pemampatan kemudian ditutup sampai rapat.

7. Proses ensilase dianggap selesai setelah 14-21 hari pemeraman. Artinya fermentor (blue tong) dapat dibuka setelah 14-21 hari, atau bisa simpan lebih lama sesuai kebutuhan. B. Tahap Uji Coba di Lapangan Uji coba ransum di lapangan dibagi dalam dua tahap: tahap pertama adalah masa adaptasi (prelium) dan tahap kedua adalah tahap masa pengumpulan data. a. Masa Adaptasi (Prelium) Sebelum diterapkan ransum perlakuan, sapi-sapi diberi silase biomasa jagung secara bertahap. Hal tersebut bertujuan agar sapi terbiasa mengonsumsi ransum perlakuan. Adaptasi terhadap ransum perlakuan berlangsung selama sebulan. Tanda bahwa sapi sudah beradaptasi dengan ransum perlakuan didasarkan pada jumlah ransum perlakuan yang dikonsumsi sama dengan konsumsi ransum asal. b. Masa Pengumpulan Data. Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan. Pada masa ini sapisapi diberi ransum perlakuan dan dicatat jenis dan jumlah ransum yang dikonsumsi. Produksi susu diukur setiap hari, pemerahan pagi dan pemerahan sore. Setiap dua minggu dilakukan pengukuran kadar lemak susu. Kadar lemak susu diuji dengan menggunakan alat lactoscan Milk Analizer MCC50 Serial Number 0403. C. Tahap Analisis Data Semua peubah yang diamati selanjutnya dianalisis secara statististika dengan Sidik Ragam dan uji lanjut. Analisis data dilakukan untuk mengambil kesimpulan tentang objek penelitian yang telah diamati. Rancangan Penelitian dan Analisis Statistik Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu: R1 = 60% S0 + 40 % konsentrat; R2 = 60% S1 + 10% rumput + 30% konsentrat; R3 = 60% S2 + 20% rumput + 20% konsentrat; R4 = 60% S3 + 30% rumput + 10% konsentrat. Masing-masingperlakuandiulang 4 kali, sehinggadidapat 16 unit percobaan. Hasil dan Pembahasan 1. Pengaruh Pemberian Silase Biomassa Jagung terhadap Jumlah Produksi Susu Tabel 7. Produksi Susu Sapi Perah Fries Holland Hasil Perlakuan Pemberian Silase Biomassa Jagung Ulangan Perlakuan R1 R2 R3 R4 -------------------kg/ekor/hari----------------- 1 7,27 12,11 15,63 14,93 2 11,49 15,97 9,72 10,55 3 13,70 13,32 13,99 10,72 4-8,51 10,88 10,86 Rata-rata 10,82 12,48 12,56 11,76 Keterangan : R1 = 60% Silasebiomassa jagung-0 + 40% Konsentrat R2 = 60% Silasebiomassa jagung-1 + 10% Rumput + 30% Konsentrat R3 = 60% Silasebiomassa jagung-2 + 20% Rumput + 20% Konsentrat R4 = 60% Silasebiomassa jagung-3 + 30% Rumput + 10% Konsentrat

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa rataan produksi susu tertinggi dicapai pada sapi yang mendapat perlakuan R3 yaitu 12,56 kg, sedangkan produksi susu terendah dicapai pada sapi yang mendapatkan perlakuan R1 yaitu 10,82 kg. Hasil analisis sidik ragam perlakuan berupa jenis ransum yaitu R1 = 60% Silase biomasa jagung-0 + 40% Konsentrat; R2 = 60% Silase biomasa jagung-1 + 10% Rumput + 30% Konsentrat; R3 = 60% Silase biomasa jagung-2 + 20% Rumput + 20% Konsentrat; R4 = 60% Silase biomasa jagung-3 + 30% Rumput + 10% Konsentrat terhadap produksi susu riil harian sapi penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P< 0,05). Hal ini menunjukan bahwa perlakuan memberikan dampak yang sama terhadap produksi susu riil harian, dan memberikan petunjuk bahwa pemberian konsentrat secara digabung dengan biomassa jagung ketika dibuat silase (R2, R3, dan R4) maupun pemberian konsentrat yang terpisah (R1) memberikan respons yang relatif sama pada sapi perah laktasi. Perlakuan yang berpengaruh tidak nyata disebabkan karena nilai nutrient setiap ransum perlakuan relatif sama dan sudah memenuhi kebutuhan nutrient sapi penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Owen (1979) bahwa dalam penyusunan ransum komplit, yang penting diperhatikan adalah kandungan nutrien dari ransum komplit itu sendiri. Agar ransum komplit dapat diberikan sebagai pakan tunggal tanpa adanya bahan tambahan lain, maka kandungan nutrien yang terdapat pada ransum komplit harus dapat mencukupi kebutuhan ternak. Total penggunaan silase biomassa jagung dengan konsentrat pada setiap ransum perlakuan perbandingannya adalah 60:40. Penambahan konsentrat pada silase biomassa jagung sebagai ransum komplit dapat menutupi kekurangan atau ketidak seimbangan nutrien yang ada pada silase biomassa jagung. Penambahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dari ternak agar tidak terjadi adanya defisiensi nutrien maupun kelebihan yang akan menyebabkan pemberian silase biomassa jagung menjadi tidak ekonomis. Hal ini selaras dengan pernyataan Hartadi, dkk. (1997), konsentrat merupakan bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lainnya untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan. Pemberian konsentrat pada silase biomassa jagung, selain memberikan pengaruh positif juga meberikan pengaruh negatif terhadap berubahnya daya simpan dari ransum komplit itu sendiri. Kondisi yang asam pada silase biomassa jagung akan berubah dengan adanya penambahan konsentrat yang cenderung netral dan mempunyai kandungan nitrogen relatif tinggi. Adanya kandungan nitrogen yang cukup tinggi pada fermentasi silase biomassa jagung akan memberikan kesempatan pada bakteri proteolitik untuk berkembang dan merusak nutrien dari silase biomassa jagung tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Muijs (1983), bahwa kandungan protein kasar (PK) selama fermentasi akan mengalami penurunan. Penyebab terjadinya penurunan ini adalah karena adanya aktifitas mikroorganisme dan larut dalam air. Menurut Wallace dan Chesson (1995), clostridia proteolitik akan menfermentasi asam amino menjadi bermacam-macam produk termasuk amonia, amina dan asam organik yang mudah menguap. Dinamika Produksi Susu Setiap 10 Hari-an Guna melihat dinamika produksi susu sapi penelitian pada setiap ransum perlakuan, maka setiap sepuluh hari produksi susu dicari rataannya. Gambaran kurva laju penurunan produksi susu selama penelitian dapat dilihat pada Ilustrasi 1 berikut.

Ilustrasi 1. Dinamika Produksi Susu setiap Berdasarkan Ilustrasi 1, pola produksi susu sapi yang diberi ransum R1 menurun drastis dibandingkan sapi-sapi yang diberi ransum perlakuan lainnya. Walaupun semua ransum perlakuan mengandung nutrien ransum yang relatif sama. Hal ini memberi indikasi bahwa pemberian konsentrat yang digabung dengan biomasa jagung saat pembuatan 10 hari pengamatan silase lebih baik dari pada pemberian konsentrat secara terpisah. Nutrien dari silase biomassa jagung dan konsentrat akan dipecah oleh mikroba yang dihasilkan ketika proses fermentasi, sehingga nutrien yang dikandung akan semakin banyak dan kualitas nutrisi silase biomassa jagung pun akan semakin baik. 2. Pengaruh Pemberian Silase Biomassa Jagung terhadap Produksi Susu 4% FCM Tabel 9. Produksi Susu 4% FCM Sapi Perah Fries Holland Hasil Perlakuan Pemberian Silase Biomassa Jagung Ulangan Perlakuan R1 R2 R3 R4 -------------------kg/ekor/hari----------------- 1 7,82 12,00 15,88 15,55 2 12,35 15,82 9,87 10,99 3 14,72 13,19 14,21 11,16 4-8,43 11,06 11,32 Rata-rata 11,63 12,36 12,75 12,25 Keterangan : R1 = 60% Silasebiomassa jagung-0 + 40% Konsentrat R2 = 60% Silasebiomassa jagung-1 + 10% Rumput + 30% Konsentrat R3 = 60% Silasebiomassa jagung-2 + 20% Rumput + 20% Konsentrat R4 = 60% Silasebiomassa jagung-3 + 30% Rumput + 10% Konsentrat Tabel 9. menunjukan bahwa perlakuan R1, R3, dan R4 dapat meningkatkan produksi susu yang dikoreksi 4% FCM sedangkan perlakuan R2 menunjukan penurunan. Perlakuan memberi hasil 11,63 Kg untuk R1; 12,36 untuk R2; 12,75 untuk R3; dan 12,25 untuk R4. Hal ini karena produksi susu lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dari pada sifat genetik. Sejalan dengan pendapat Damron (2003), yang menyatakan bahwa faktor lingkungan terutama pakan memegang peranan penting terhadap proses fisiologis dalam tubuh sapi perah sehingga pada gilirannya mempengaruhi produksi susu.

Penurunan produksi susu pada perlakuan R2 lebih dikarenakan faktor genetik. Sapi penelitian pada perlakuan R2 (ulangan keempat) ini lebih rendah produksi susunya dibandingkan dengan sapi yang lainnya, rata-rata produksi hariannya hanya sebanyak 8, 51 Kg/hari. Disisi lain kadar lemak yang dihasilkan perlakuan R2 ini nilainya paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan formulasi yang terdiri 60% Silase biomassa jagung-1 + 10% Rumput + 30% Konsentrat menunjukan imbangan rumput yang paling sedikit (10% rumput) jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kandungan Kadar lemak susu dipengaruhi oleh konsumsi sapi perah terhadap pakan sumber serat kasar. Kadar lemak susu berasal dari serat kasar yang dicerna dirumen. Akibatnya, hasil perhitungan lebih lanjut antara produksi dan kadar lemak menampakkan bahwa produksi susu yang distandarisasi ke 4% FCM juga meningkat. Rumput dan silase biomasa jagung merupakan pakan sumber serat. Serat yang tinggi dalam pakan sapi akan meningkatkan persentase lemak lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian konsentrat. Dinamika Produksi Susu 4% FCM Setiap 10 Hari-an Gambaran kurva laju penurunan produksi susu 4% FCM selama penelitian dapat dilihat pada Ilustrasi 2 berikut. Ilustrasi 2. Dinamika produksi susu 4% FCM setiap 10 hari pengamatan Berdasarkan Ilustrasi 2, pola produksi susu 4% FCM sapi yang diberi ransum R1 menurun drastis dibandingkan sapi-sapi yang diberi ransum perlakuan lainnya. Walaupun semua ransum perlakuan mengandung nutrien ransum yang relatif sama. Hal ini memberi indikasi bahwa pemberian konsentrat yang digabung dengan biomasa jagung saat pembuatan silase lebih baik daripada pemberian konsentrat secara terpisah. Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan: 1. Pemberian silase biomassa jagung yang digabung dengan konsentrat ketika dibuat ransum perlakuan (R2, R3, dan R4) maupun pemberian konsentrat yang terpisah (R1) terhadap Produksi susu riil maupun yang telah dikoreksi 4% FCM memberikan respons yang relatif sama pada sapi perah laktasi.

2. Pemberian silase biomassa jagung yang digabung dengan konsentrat ketika dibuat ransum perlakuan (R2, R3, dan R4) terhadap persistensi Produksi susu riil maupun yang telah dikoreksi 4% FCM lebih baik dibanding pemberian konsentrat yang terpisah (R1) Saran Penggunaan Silase biomassa jagung dapat diberikan pada sapi perah untuk setiap perlakuan. Penggunaan silase biomassa jagung dapat diberikan dalam bentuk terpisah maupun ransum komplit. Silase biomassa jagung 3 (S3) pada perlakuan 4 (R4) disarankan untuk digunakan karena dapat meningkatkan dan mempertahankan dinamika produksi susu ril dan produksi susu 4% FCM. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Statistik Pertanian. 2012. Statistik Pertanian. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Wallace, J. dan Chesson, A. 1995. Biotechnology in Animal Fedds and Animal Feeding. Nutrition Division Rowett Research Institute Bucksburn. Aberdeen. Ucapan Terimakasih Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran dalam penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih pula kepada pihakpihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Daftar Pustaka Damron, W.S. 2003. Introduction to Animal Science: Global, Biological, Social, and Industry Prospective. Second Ed., Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, new Jersey. Pp. 71-94, 239-248. Hartadi H, Soedomo Reksohadiprodjo, Allen D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Muijs, D. J. 1983. Ensilsing Elephant Grass At The BLPP-Batu Farm. Regional Dairy Training Centre Technical Cooperation Project. Batu. Owen, J.B., 1979. Complete Diets For Cattle and Sheep1st edition. Farming Press ltd. Suffolk.