1 ^ PENDAHULUAN Latar Belakang ' Perumusan Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemetaan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Agribisnis

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

1 ( atau

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Potensi daerah yang berpeluang pengembangan tanaman hortikultura; tanaman perkebunan; usaha perikanan; usaha peternakan; usaha pertambangan; sektor in

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan Daerah Riau mengacu l<epada Lima Pilar. ekonomi kerakyatan akan difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN KELAPA SAWIT: DAMPAKNYA TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DI DAERAH RIAU

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IKHTISAR EKSEKUTIF NO URUSAN SASARAN %

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

disampaikan oleh : Kepala BAPPEDA Provinsi Kalimantan Tengah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

KAJIAN KELAPA SAWIT DAN PEREKONOMIAN DESA DI DAERAH RIAU 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Dalam menyusun RPJMD Kabupaten Karawang tahun ,

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Transkripsi:

1 ^ PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ' Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang mendasarkan pada sistem ekonomi kerakyatan. Program pembangunan ekonomi berkelanjutan bertumpu pada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, dengan mendasarkan pada mekanisme pasar dan berbasis pada sumberdaya alam, sumberdaya manusia yang produktif dan mandiri. Program prioritas pembangunan ekonomi meliputi program-program jangka pendek untuk percepatan pemulihan ekonomi dan untuk mengurangi masalah kemiskinan dan pengangguran yang meningkat pesat selama dua dasawarsa ini, sedangkan prioritas pembangunan ekonomi jangka menengah adalah program-program untuk membangun landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut diperlukan dukungan dan prog ram-prog ram pembangunan perwilayahan; pemantapan, peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana wilayah; peningkatan keterpaduan dan kerjasama pengelolaan pembangunan perwilayahan; serta program-program di bidang ketahanan pangan. Untuk meningkatkan daya saing dan terciptanya struktur perekonomian yang kuat diperlukan investasi dan ikiim usaha yang kondusif untuk menunjang pertumbuhan ekonomi secara makro, sedangkan untuk memperkuat ekonomi kerakyatan terbukti bahwa sektor pertanian, industri kecil, dan menengah tahan terhadap gejolak ekonomi. Oleh karena itu, programprogram pembangunan yang berkait dengan sektor tersebut tetap akan menjadi prioritas. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dan penjabaran dari pembangunan nasional diarahkan untuk lebih mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah dengan memperhatikan daerah yang terbelakang, daerah padat dan jarang penduduk, daerah transmigrasi, daerah terpencil dan perbatasan, serta mempercepat pembangunan kawasan

Indonesia yang pelaksanaannya disesuaikan dengan prioritas daerah. Dalam tahun-tahun mendatang, agenda pembangunan ekonomi daerah akan didominasi oleh program desentralisasi dan pengembangan otonomi daerah. Tujuan program ini jauh lebih luas dari pembangunan ekonomi daerah, yaitu untuk meningkatkan rasa keadilan, mengembangkan partisipasi rakyat dan suatu sistim sosial-politik yang demokratis, serta untuk menjaga dan memperkokoh kesatuan bangsa. Tujuan-tujuan di atas ingin ditampung dalam UU No 22/1999 dan UU No 25/1999. Pola desentralisasi dan otonomi daerah yang dapat memenuhi semua tujuan itu tidak mudah untuk dirancang, karena dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai kerancuan dalam pelaksanaan program ini. Salah satunya adalah keraguan untuk memberikan otonomi pada daerah kabupaten dan kota. =...<n.iu;f ar; < af.:ak. *, Pengalihan kewenangan ke daerah kabupaten/kota menjanjikan pengembangan partisipasi rakyat dalam pembangunan sistem yang semakin demokratis. Tetapi pelaksanaan otonomi di daerah kabupaten/kota untuk beberapa tahun mendatang, belum tentu menjamin terselenggaranya pembangunan ekonomi daerah yang kompetitif dan efisien karena pengembangan kebijakan dan pembangunan kelembagaan dan kemampuan di banyak daerah kabupaten/kota akan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Lemahnya pengembangan kebijakan serta kelembagaan dan kemampuan di daerah sangat tampak dari minimnya prakarsa dan usulan-usulan yang datang dari daerah untuk melaksanakan program desentralisasi dan otonomi. Pada waktu lalu, pembangunan daerah digagaskan dan dilaksanakan terutama oleh pusat dan saat sekarang terdapat gejala bahwa proses desentralisasi juga akan diselenggarakan secara tersentralisasi. v..,,. «i. Ketidakberdayaan masyarakat pedesaan salah satunya akibat kebijakan yang mismatch di masa lalu, yaitu kebijakan yang melupakan sektor pertanian sebagai dasar keunggulan komparatif maupun kompetitif. Sesungguhnya pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan bukan hanya bermanfaat bagi masyarakat pedesaan itu sendiri, tetapi juga membangun kekuatan ekonomi Indonesia berdasarkan kepada keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki (YuswarZainal Basri, 2003). V 2

Perkembangan sektor pertanian di daerah Riau sampai saat ini cukup menggembirakan, namun tingkat pendapatan masyarakat dari usaha pertanian belum meningkat seperti yang diharapkan. Ini diperlihatnya masih banyaknya kantong-kantong kemiskinan di daerah pedesaan, terutama untuk wilayah pesisir. Menurut Herlian Saleh (2007) jumlah penduduk miskin di Riau sebesar 22,18 persen. - - f'^'- -.-st... c-..., -j-^ Karena itu Pemerintah Daerah Riau mencanangkan pembangunan Daerah Riau melalui program pemberantasan kemiskinan, kebodohan dan pembangunan infrastruktur (lebih dikenal dengan program K2I). Program K2I ini mengacu kepada Lima Pilar Utama pembangunan Daerah Riau sebelumnya, yaitu: 1) pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; 2) pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia; 3) pembangunan kesehatan/olahraga; 4) pembangunan/kegiatan seni budaya; dan 5) pembangunan dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa. Pembangunan ekonomi kerakyatan difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama di pedesaan, nelayan, perajin, dan pengusaha industri kecil.. Setiap pembangunan yang dilaksanakan di Daerah Riau harus mengacu kepada Program K2I. Karena pembangunan daerah sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh suatu daerah, maka kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah daerah harus mengacu kepada potensi daerah yang berpeluang untuk dikembangkan, khususnya sektor pertanian. Potensi tersebut antara lain: 1) pengembangan tanaman hortikultura; 2) pengembangan tanaman perkebunan; 3) pengembangan usaha perikanan; 4) pengembangan usaha peternakan; 5) pengembangan usaha pertambangan; 6) pengembangan sektor industri; dan 7) potensi keparawisataan. Pengembangan sektor pertanian dalam arti luas harus diarahkan kepada sistem agribisnis dan agroindustri, karena pendekatan ini akan dapat meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, yang pada hakekatnya dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku-pelaku agribisnis dan agroindustri di daerah. Oleh karena itu, dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat, keberpihakan pada pembangunan sektor agribisnis secara nasional perlu disertai dengan suatu mekanisme yang menjamin bahwa manfaat pembangunan dapat dinikmati oleh rakyat.,, 3

Daerah Riau mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup tinggi seperti hutan, perikanan, pertanian dan lainnya. Selain kaya akan sumberdaya alam, daerah ini juga memiliki potensi kawasan yang sangat strategis, karena sebagian besar daerahnya dilalui oleh jalur internasional yakni Selat Malaka sehingga menjadi dekat dengan pusat perdagangan internasional, yaitu Batam, Singapura dan Malaysia. Atas dasar ini, maka salah satu dari tujuan pembangunan ekonomi Daerah Riau adalah menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat secara cepat, dinamis, terintegrasi dan bertumpu pada kekuatan sumberdaya lokal atas dasar keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Tumbuhkembangnya perekonomian masyarakat selain bertumpu pada kekuatan sumberdaya alam yang dimiliki, sumberdaya manusia dengan kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi yang baik, juga ditentukan sejauh mana rancangan pembangunan yang dibuat oleh pihak pemerintah daerah sendiri menjadi tepat guna dan berhasil guna. Program pembangunan yang terancang secara sistematis dengan prioritas-prioritas yang telah terukur dengan jelas, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap percepatan pembangunan dan kemajuan daerah secara menyeluruh. Kerja keras seluruh aparatur pemerintahan dan partisipasi penuh seluruh lapisan masyarakat sangat dituntut untuk pencapaian tujuan tersebut. Dari apa yang digambarkan di atas, maka untuk memajukan ekonomi di daerah sebagai percepatan pembangunan ekonomi yang berbasis kerakyatan, maka perlu dikembangkan lembaga ekonomi masyarakat pedesaan (koperasi) sebagai sokoguru perekonomian masyarakat. Berkembangnya koperasi di daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi di daerah dan sekaligus meningkatkan ekonomi di daerah pedesaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian yang dapat memberikan masukan untuk kebijakan pengembangan lembaga ekonomi melalui koperasi guna untuk mengetaskan kemiskinan di daerah pedesaan Riau. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi bagaimana percepatan pembangunan ekonomi masyarakat melalui pengembangan model pengetasan kemiskinan dan pemetaan lembaga ekonomi berbasis agribisnis di daerah 4

pedesaan. Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun rencana strategis pengetasan kemiskinan dan pemetaan lembaga ekonomi melalui koperasi berbasis agribisnis untuk percepatan peningkatan ekonomi daerah pedesaan. Setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pelaku-pelaku bisnis dan pembuat kebijakan pada tingkat kabupaten dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan dan mengetaskan kemiskinan. 1.2. Rumusan Permasalahan q-. r.jfo; Berkaitan dengan kegiatan ini, beberapa pertanyaan berikut dapat dijadikan acuan dalam menyusun perumusan model Pengetasan Kemiskinan dan di Daerah Riau, yaitu:... 1. Seberapa besar potensi sektor ekonomi untuk dikembangkan dalam hal perwilayahan pengembangan potensi ekonomi berbasis agribisnis guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan di Daerah Riau. 2. Seberapa besar potensi perekonomian daerah, yang terkait dengan struktur ekonomi, potensi sumberdaya, perkembangan dan keterkaitan sektoral yang berpengaruh dalam pengetasan kemiskinan di daerah pedesaan., 3. Bagaimanakah perumusan model pengetasan kemiskinan dan pemetaan kelembagaan ekonomi yang berbasis agribisnis di Daerah Riau. ancjka 1.3. Tujuan Penelitian t oerau i m >imu Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun rencana strategis pengetasan kemiskinan melalui pemetaan lembaga ekonomi koperasi berbasis agribisnis untuk percepatan peningkatan ekonomi daerah pedesaan di Kabupaten/kota, dan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menentukan startegi percepatan pembangunan ekonomi masyarakat melalui pengembangan model pengetasan kemiskinan dan pemetaan lembaga ekonomi berbasis agribisnis di daerah pedesaan 2. Menentukan potensi perekonomian daerah, yang menyangkut struktur ekonomi, potensi sumberdaya, perkembangan dan keterkaitan sektoral yang

berpengaruh dalam pengetasan kemiskinan di daerah pedesaan yang berbasis agribisnis. 3. Sebagai dokumen dasar perencanaan pembangunan yang dapat dijadikan acuan utama bagi dinas/instansi di Kabupaten/kota dalam menyusun program-program pembangunan jangka panjang dan menengah. 1.4. Keluaran Penelitian 4 f Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai salah satu acuan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan penyusunan program pembangunan ekonomi khususnya untuk daerah pedesaan, dan secara khusus keluaran penelitian ini adalah: 1. Penyediaan informasi tentang potensi perekonomian daerah pedesaan, antara lain menyangkut struktur ekonomi, potensi sumberdaya, perkembangan dan keterkaitan sektoral yang berpengaruh dalam pembangunan ekonomi masyarakat. 2. Penyediaan informasi tentang subsektor yang potensial pada berbagai sektor ekonomi untuk dikembangkan dalam hal perwilayahan pengembangan potensi ekonomi berbasis agribisnis di daerah pedesaan. 3. Penyediaan informasi tentang faktor internal dan eksternal yang menopang pengetasan kemiskinan di daerah pedesaan. 4. Tersusunnya rancangan pembangunan ekonomi pedesaan dalam rangka mengetaskan kemiskinan di Daerah Riau. 5. Semua informasi dari penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu ekonomi pembangunan, khususnya dalam ilmu pembangunan pedesaan, dimana pemikiran yang tertuang dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk penelitian yang lebih spesifik terutama menyangkut dengan pembangunan ekonomi pedesaan yang berbasis pertanian. Diharapkan juga berguna sebagai pengetahuan praktis bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan pertanian. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan dapat melahirkan minimal 2 (dua) artikel ilmiah yang dimuat di jurnal terakreditasi. 6

1. Jurnal Eksekutif (terakreditasi), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBMT, Surabaya. 2. Jurnal Ekonomi (terakreditasi), PPD&I Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Jakarta. 3. Jurnal Sosiohumaniora (terakreditasi), Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung. 4. Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan buku ajar sebagai referensi bagi mahasiswa yaitu Ekonomi Pembangunan, Strategi Percepatan Pembangunan Pedesaan. I i " / v.. ' l'^. ' ) ta-j ' I <! ICfQ " 1 s 1 I '17. ' <.)aii :ian ^ 'Hiu a ' il J p i s, '"th- if^ij. 'TiOtoiisa-'ii ek:'r;c't:! f.-e'lafi fm >, ' <ei «* >'»a»»>/3 pe'+umuu pacta sekioi p.-^rtrmian