SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017 Forum Energizing Indonesia Ikatan Alumni Departemen Teknik Gas Petro Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FEI ILUNI DTGPK FTUI) telah melaksanakan Seminar Nasional ke-4 pada tanggal 22 November 2017 yang dimulai pukul 09.00 WIB, bertempat di hotel Raffles, Jakarta. Tema kegiatan yang diangkat adalah tata niaga gas bumi dan bbm dimana para pembicara berbagi informasi dan berdiskusi dari sudut pandang instansi/badan usaha. Seminar dibagi menjadi dua sesi dimana paparan diawali untuk melihat dari perspektif pemerintah dan dilanjutkan dengan pelaku industri itu, dan asosiasi terkait. Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 100 orang yang terdiri dari undangan pembicara dari instansi pemerintah dan pelaku industri serta peserta yang berasal dari instansi pemerintah serta praktisi industri migas. Acara dibawakan oleh presenter ternama Lucia Saharui dan dimoderaasi oleh Mauren Toruan dari Forum Energizing Indonesia dengan format acara diskusi round table oleh para pembicara dan peserta. Terima kasih atas dukungan para sponsor untuk terselenggaranya seminar FEI
Pembukaan Seminar disampaikan oleh Bapak DR. Ir. Andy Noorsaman Sommeng dari Dirjen Ketenagalistrikan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tiga poin penting dalam melihat tata niaga gas dan bbm kedepan yaitu (1) perlunya perspektif global dalam melihat kenyataan industri migas baik yang dikendalikan pasar maupun pemerintah dalam optimalisasi tata niaga migas dan bbm, (2) menyikapi secara bijaksana tantangan berasal dari munculnya produk berbasis listrik skala besar, (3) Penataan khusus sektor gas bumi menjadi sangat penting dalam sektor pembangkitan tenaga listrik. Seminar 1 : Tata Niaga Gas Bumi Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan: Supriadi Sinaga Porsi penerimaan negara bukan pajak melalui migas dalam APBN cenderung menurun. Pada tahun 2014, penerimaan negara adalah sebesar 17% turun pada tahun 2016 menjadi 4%. Ke depan, penerimaan migas dilihat sebagai pendorong ekonomi (economic driver). BPH Migas: Sri Wahyu Purwanto Pengaturan kegiatan usaha migas mengikuti prinsip umum yang berlaku. Harga gas bumi di hulu migas agar mengikuti pasar (market-based) yang dikaitkan dengan harga minyak mentah, sedangkan harga gas bumi di sektor hjilir berdasarkan regulasi pemerintah (regulated cost). SKK Migas: Syarief M. Chaniago Pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri mencapai 59% dari total pemanfaatan gas bumi Indonesia pada tahun 2017. Kebutuhan ini meningkat sebanyak 9% per tahun sejak 2013 hingga 2016. Harga jual beli gas di hulu yang tetap dapat mengakomodasi keekonomian pengembangan lapangan. Salah satu tantangan di depan adalah kepastian komitmen dan tata waktu penyerapan gas oleh PLN. Pertagas Niaga: Melanton Ganap Implementasi Permen ESDM no. 19 2009 masih belum dilakukan menyeluruh oleh Badan Usaha sehingga masih terdapat tumpang tindih pembangunan struktur gas. Permen ESDM no. 06 2016 memberikan kesempatan pemanfaatan pipa dedicated hilir milik badan usaha niaga oleh badan usaha niaga lainnya. Namun, hal ini bertentangan dengan Permen ESDM no. 19 2019 yang melarang badan usaha niaga dan badan usaha pengakutan gas berada pada satu entitas bisnis.
Perusahaan Gas Negara (PGN): Danny Praditya Terdapat celah antara ketersediaan gas di dalam negeri terhadap penyerapan oleh pengguna sehingga menyebabkan oversupply. Oleh karena itu, diperlukan suatu integrated approach dalam tata niaga gas bumi oleh para stakeholders antara lain dengan kebijakan gas terintegrasi dengan pertimbangan daya saing industri dalam negeri, manajemen neraca gas terintegrasi untuk mengoptimalkan produksi dalam negeri dan mengontrol impor, serta kebijakan terintegrasi untuk mendukup pembentukan pasar (market creation). Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPBG): Ahmad Saifun Industri dalam negeri semakin kurang kompetitif karena penurunan harga minyak dari US$ 100 menjadi US$ 50 Seminar 2 : Tata Niaga BBM Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu: Hidayat Amir Perspektif terhadap migas berubah dari sebuah komoditas dalam pembangunan menjadi penggerak perekonomian (economic driver). Kontribusi migas dalam produk domestic bruto (PDB) saat ini hanya sekitar 2% menurun dari 15% pada tahun 80-an. Secara prinsip pemerintah terus memberikan insentif dan kebijakan fiskal yang dapat memberikan keuntungan kepada pengusaha selama kegiatannya dapar meningkatkan aktifitas perekonomian. BPH Migas: Saryono Hadiwdjoyo BPH Migas berperan sebagai suatu institusi mengatur agar ketersediaan dan distribusi migas dapat terjamin. Ketahanan energi perlu dilihat dari sisi internal dimana pada tahun 2015 tidak diikuti oleh penurunan harga gas dalam negeri untuk industri seperti halnya yang terjadi pada harga gas diluar negeri. Pemerintah perlu lebih jelas dan konsisten dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan harga gas yang telah diambil. World Bank: Nathaniels Adam Sistem penyaluran pipa gas point to point dan keterbatasan kapasitas menyebabkan transportasi gas kompleks dan mahal. Penggabungan pertagas dan pgn diselesaikan dan keuntungan dari interkoneksi pipa gas pertagas dan pgn perlu dimaksimalkan. Pemenuhan kebutuhan gas pada pulau-pulau kecil melalui LNG dapat dilakukan dengan membuat pilot project terlebih dahulu. energi tersedia dengan harga yang wajar dan juga sisi eksternal yaitu kemampuannya dalam merespon dinamika ekonomi global. Dirjen Migas Kementrian ESDM: Alfan Kementrian ESDM sedang merancang peraturan tentang kapasitas fasilitas penyimpanan minimum dan cadangan operasional badan usaha niaga umum bahan bakar minyak (bbm). Pelaksanaan peraturan tersebut diharapkan dapat menjaga ketersediaan bbm dan meningkatkan ketahanan bbm nasional. Kebijakan BBM satu harga ditetapkan melalui permen ESDM no. 36 2016 dan ditargetkan untuk 150 lokasi titik penyaluran di wilayah 3T (terluar, terpencil, dan tertinggal) sampai dengan 2019
Pertamina: Gigih WH Irianto Pada tahun 2030 Pertamina menargetkan seluruh kebutuhan bbm (gasoline dan diesel) dalam negeri dapat terpenuhi melalu program Grass Root Refinery (GRR) dan Refinery Development Masterplan Program (RDMP). Diperlukan biaya besar sekitar US$ 46 miliar untuk melaksanakan proyek hilir migas tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembiayaan baik dari pemerintah 100%, konsumen, maupun gabungan keduanya. Pengamat Energi: Ibrahim Hasyim Restrukturisasi pasar bbm perlu dilakukan menjadi pasar oligopoli agar badan usaha dapat lebih fokus dan mendapat kepastian berinvestasi dan diawasi oleh sebuah badan melalui pengaturan. Beberapa badan dapat ditetapkan sebagai wholesaler, dan lainnya melebur menjadi retailer. Seminar ini selesai puku 17.00 WIB yang diakhiri oleh penyampaian kesimpulan seminar oleh tim forum energizing Indonesia untuk selanjutnya dielaborasi menjadi rekomendasi-rekomendasi untuk diserahkan kepada pemangku kepentingan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapakan kepada para sponsor dan pihak yang telah membantu dan mendukung suksesnya acara ini dan serta kegiatan forum energizing Indonesia sebagai wadah bertukar pikiran, informasi, dan berdiskusi untuk berkontribusi sebesar-besarnya kepada negara Republik Indonesia. Dokumentasi Kegiatan