ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI

PENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN TELUR AYAM RAS

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ELASTISITAS PERMINTAAN BERAS ORGANIK DI KOTA MEDAN

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN TELUR AYAM RAS DI KOTA PEMATANGSIANTAR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA. Luthfi Ansyari*), Mozart B. Darus**), Lily Fauzia**) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

FAKTOR PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP DAGING AYAM BROILER DI KABUPATEN BIREUEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN JERUK MANIS DI PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

B. Suryanto, B. Mulyatno, dan F. D. Indriatie Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GULA PASIR DI KOTA MEDAN ANALYSIS THE FACTORS THAT INFLEUENCE THE SUGAR DEMAND IN MEDAN CITY

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN. jagung antara lain produktifitas, luas panen, dan curah hujan. Pentingnya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH DI KOTA MEDAN ABSTRAK

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

Analisis Faktor Harga, Umur dan Pendapatan Konsumen Terhadap Permintaan Daging Babi pada Pasar Tradisional Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAAN TELUR AYAM RAS DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah)

ANALISIS POLA KONSUMSI IKAN DI KOTA BENGKULU ANALYSIS OF FISH CONSUMPTION PATTERNS IN BENGKULU CITY

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN KOPI LUWAK BERMEREK DI KOTA MEDAN ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

DAMPAK PRILAKU HARGA TERHADAP KETERSEDIAAN KEDELAI DI SAMARINDA

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CABAI MERAH KERITING PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Pasar Sambas, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY

Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Studi Kasus : PT. Maluo Jaya)

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

ELASTISITAS HARGA TELUR AYAM RAS DI JAWA BARAT THE ELASTICITY OF CHICKEN EGG S PRICE IN WEST JAVA ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN

III. METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Permintaan, Ayam Broiler/pedaging, Rumah Tangga ABSTRACT

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei pada Pelanggan yang Menggunakan Jasa Pengiriman di Kantor Pos Besar Kota Malang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Suatu Kasus di Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Kuala Pembuang Kalimantan Tengah)

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMBELIAN TELUR AYAM RAS DI PASAR TERONG, KOTA MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JAGUNG PIPIL DITINGKAT PRODUSEN SUMATERA UTARA

ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

Dampak Wabah Flu Burung (Avian Influenza) Terhadap Permintaan Daging Ayam Pedaging Di Pasar Tradisional (Studi Kasus di Kota Surakarta)

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penjualan Bumbu Masak Gunung Salju Di Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie ABSTRACT

Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler pada Rumah Tangga di Perumahan Bereng Kalingu I di Kelurahan Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

Transkripsi:

ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT Analysis of Price and Elasticity Marketing of Eggs in Langkat District Suci Asdiana Rezeki 1, Usman Budi 2 dan Iskandar Sembiring 2 1. Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas SumateraUtara 2. Staf Pengajar Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRACT This study aims to find out the different of price, supply and demand and marketing eggs in the Langkat district. This study used survey method through accidental sampling with 13 sellers and 40 consumers as respondent. The data were analyzed descriptively and statistically with linier regression. The result showed that consumers and merchants were sensitive on price changes. The increasing the price of eggs, decreased the number of demand, while the supply increased. The increasing of the income of consumers decreased the amount demand for eggs. Increasing the family members will be raising demand for eggs. Increasing the price of substitution goods such as fish increase demand for eggs. It is conclude that eggs in Langkat district is elastic. Keyword: Supply, Demand, Elasticity, Price, Eggs, Langkat District. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan harga telur, permintaan dan penawaran serta elastisitas pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan metode survey accidental sampling dengan 13 pedagang dan 40 konsumen sebagai responden. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan secara statistic dengan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen dan pedagang peka terhadap perubahan harga telur. Semakin tinggi harga telur ayam ras maka jumlah permintaan akan menurun sedangkan jumlah penawarannya akan meningkat. Semakin tinggi pendapatan konsumen maka jumlah permintaan telur akan semakin rendah. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka jumlah permintaan telur akan semakin tinggi. Semakin tinggi harga komoditi lain seperti ikan gembung maka jumlah permintaan telur akan semakin tinggi. Kesimpulan adalah pemasaran telur di Kabupaten Langkat bernilai elastis. Kata Kunci: Penawaran, Permintaan, Elastisitas, Harga, Telur, Harga, Kabupaten Langkat. PENDAHULUAN Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang sangat popular dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya (Setiawan, 2009). Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan sumber hewani mendorong perusahaan-perusahaan peternak untuk meningkatkan produksinya. Peningkatan tersebut 120

harus disertai dengan penanganan yang memadai dalam tata laksana manajemen yang baik. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pemasaran yang efektif dan sistem managemen yang baik. Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan jual beli atau pertukaran barang maupun jasa. Pasar sebagai pusat perekonomian masyarakat baik di desa maupun perkotaan yang mencakup informasi tentang kualitas dan harga dari barang yang di perdagangkan. Permintaan menunjukkan jumlah barang atau jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu, perioide waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera, dan lain-lain (Arsyad, 2000). Hal tersebut menuntut pemasaran produk dari pedagang ke konsumen dan elastisitas permintaan dan penawaran. Dalam pemasaran telur ayam ras penetapan harga juga menjadi hal yang perlu diperhatikan karena akan memberi dampak terhadap konsumen akhir dalam memenuhi kebutuhannya. Penetapan harga telur ayam ras merupakan faktor yang penting dalam menentukan elastisitas pemasaran. Kabupaten Langkat merupakan salah satu tempat kegiatan pemasaran telur ayam ras, pedagang mendapat pasokan telur dari kabupaten langkat. Namun peternkan telur tersebut hanya ada d Kecamatan Selesai. Mereka memperoleh telur dari luar daerah karena belum banyaknya perusahaan ternak petelur ayam ras sebagai pusat penghasil telur. Oleh sebab itu, harga telur ayam ras mengalami kenaikan dan penurunan harga yang belum stabil. Sehingga terjadinya fluktuasi terhadap harga. Perubahan harga telur ayam ras di Kabupaten Langkat yang selalu berubah terus menerus menyebabkan fluktuasi permintaan telur ayam ras menjadi cepat dan bersifat harian meskipun fluktuasinya tidak terlalu tinggi. Ketidakstabilan permintaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun biasanya faktor harga dapat mempengaruhi keputusan beli dari konsumen tersebut sehingga permintaan juga berubahubah jumlahnya. Pedagang telur ayam ras melakukan penawaran di pasar tradisional. Penawaran (jumlah telur ayam ras) yang dilakukan produsen/pedagang dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah memang berpengaruh terhadap penawaran telur ayam ras. 121

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2014. Metode Penelitian Survei Metode yang dilakukan adalah metode survei. Survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu dalam bentuk kuesioner (Erlina, 2011). Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian kajian pemasaran telur ayam ras yaitu Kabupaten Langkat, dimana daerah ini merupakan salah satu tempat pemasaran telur ayam ras yang ada di Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan kreteria atau pertimbangan tertentu yang diambil dari tujuan penelitian yaitu di beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Langkat. Hal ini sesuai menurut Sugiyono (2009), bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan sampel yang diambil dipercaya memiliki posisi terbaik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Tabel dibawah terdapat 14 pasar yang ada di Kabupaten Langkat dan akan diambil 4 pasar untuk diteliti yaitu Pasar Baringin di Kecamatan Kuala, Pasar Stabat Baru di Kecamatan Stabat, Pusat Pasar Kota di Kecamatan Tanjung Pura dan Pusat Pasar di Brandan dengan pertimbangan 4 pasar tersebut adalah pasar terbesar di Kabupaten Langkat dan hal ini sesuai dengan pendapat Gray et al. (1996) yang menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil minimal 20% populasi. Metode Penentuan Sampel Pedagang Metode penentuan respoden dilakukan dengan metode Accidental sampling (penelurusan) yaitu responden yang ada pada saat didatangin ke pasar dan bersedia untuk diwawancarai (Khoirunnisa, 2008). 122

Konsumen Metode penentuan respoden dilakukan dengan mengambil 40 jiwa responden dari seluruh konsumen telur ayam ras di Kabupaten Langkat, masing-masing 10 respoden disetiap pasar yaitu konsumen yang sedang membeli telur ayam ras. untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran responden paling minimum 30 orang (Wirartha, 2006). Metode Pengambilan Data Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu: 1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan di pasar tradisional serta wawancara kepada konsumen yang sedang membeli telur dan pedagang telur. Untuk memudahkan dalam proses wawancara digunakan kuesioner atau daftar pertanyaan. 2. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan penelitian sebelumnya, instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan instansi terkait lainnya. Metode Analisis Data a. Data yang dibutuhkan terhadap analisis harga dan elastisitas pemasaran telur ayam ras adalah harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia. 1. Elastisitas Permintaan Pada elastisitas permintaan terhadap harga variabel yang menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah harga telur ayam ras itu sendiri. 2. Elastisitas penawaran Pada elastisitas penawaran terhadap perubahan harga yang ditawarkan mempengaruhi jumlah telur yang ditawarkan. (Pracoyo, 2006). b. Analisis harga dan elastisitas pemasaran terhadap permintaan telur ayam ras dengan faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tangggungan dan harga komoditi lain. 123

Y= α + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + µ Keterangan: Y: Jumlah konsumsi telur ayam ras (butir/bulan). α : Koefisien intercept (konstanta). B 1, b 2, b 3, b 4 : Koefisien regresi. X1 : Harga beli konsumen (Rp/butir). X2 : Pendapatan rata-rata (Rp/bulan). X3 : Jumlah tanggungan (Jiwa). X4 : Harga komoditi lain (Rp/butir). µ : Variabel lain yang tidak diteliti. (Sudjana, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan bahwa harga beli pedagang dari produsen telur rendah pada minggu pertama dan kedua dibulan Agustus 2014. Hal ini dikarenakan harga telur masih dipengaruhi oleh harga di bulan Ramadhan, sehingga pada saat hari-hari besar seperti bulan Ramadhan jumlah permintaan telur ayam ras tinggi dan menyebabkan harga telur menjadi rendah, sedangkan untuk minggu ketiga hingga minggu keenam, harga beli pedagang tinggi dikarenakan pada akhir bulanagustus hingga awal September merupakan masa ayam ras untuk bertelur dan membutuhkan banyak pakan sehingga biaya produksi tinggi dan mengakibatkan harga telur juga tinggi. Minggu ketujuh dan kedelapan atau akhir bulan September harga telur kembali rendah dikarenakan jumlah telur yang tersedia kembali banyak dan menyebabkan harga telur menjadi rendah. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Harga Berdasarkan penawaran Waktu Pengambilan Harga Beli Jumlah data (Rp/Butir) Penawaran (Butir) E s Sifat Minggu I 986 5.677 Minggu II 989 5.885 12,04 Elastis Minggu III 1.043 6.392 1,58 Elastis Minggu IV 1.036 6.492 2,33 Elastis Minggu V 1.004 6.923 2,15 Elastis Minggu VI 1.000 6.850 2,65 Elastis Minggu VII 963 7.223 1,47 Elastis Minggu VIII 945 6.692 3,93 Elastis Keterangan: Data Survey (2014). 124

Data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa harga beli pedagang selalu berubah-ubah setiap minggunya, namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan yaitu harga tertinggi mencapai Rp.1.043/butir pada minggu ketiga dan harga terendah mencapai Rp.945/butir pada minggu kedelapan. Menurut Nurhayati (2012), perubahan harga telur ayam disebabkan oleh (a) adanya pengaruh perubahan iklim, (b) banyaknya telur yang dikirim keluar wilayah, (c) adanya penjualan ayam afkir, pada saat harga telur ayam turun di bulan Ramadhan peternak akan menutupi kerugiannya dengan menjual ayam afkir. Minggu pertama dan kedua jumlah penawaran telur cenderung rendah. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah permintaan telur yang belum stabil setelah bulan Ramadhan dan lebaran karena pedagang hanya menjual stok telur yang masih tersisa dibulan Ramadhan, sedangkan untuk minggu ketiga hingga keenam jumlah penawaran telur meningkat dan cenderung stabil. Hal ini dikarenakan harga jual telur pada minggu ketiga dan keenam juga meningkat dan sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Sukirno (2003), bahwa hukum penawaran menyatakan semakin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Pada minggu ketujuh dan kedelapan jumlah penawaran telur meningkat yang dikarenakan banyaknya jumlah telur dari peternak sehingga pedagang meningkatkan jumlah penawarannya. Elastisitas Penawaran Telur Elastisitas penawaran diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perubahan harga. Dalam hal ini, elastisitas penawaran telur dilihat dari perubahan jumlah penawaran telur akibat harga beli dari produsen yang berubah setiap minggunya. Tabel 1 menunjukkan bahwa: 1. Perubahan harga telur Rp.3/butir pada minggu pertama ke minggu kedua menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 208 butir, artinya perubahan harga berpengaruh cukup besar terhadap perubahan kuantitas barang yang ditawarkan sehingga nilai elastisitas cukup tinggi yaitu sebesar 12,04. 2. Harga telur pada minggu kedua dan ketiga perubahan harga telur sebesar Rp.54/butir menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 507 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 1,58, artinya elastisitas penawaran bersifat elastis. 3. Perubahan harga telur sebesar Rp.7/butir pada minggu ketiga dan keempat menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 100 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 2,33 atau bersifat elastis. 125

4. Minggu keempat dan kelima terjadi perubahan harga telur sebesar Rp.32/butir menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 431 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 2,15 atau bersifat elastis. 5. Harga telur pada minggu kelima dan keenam penurunan harga telur sebesar Rp.4/butir menyebabkan penurunan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 73 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 2,65 atau bersifat elastis. 6. Harga telur pada minggu keenam dan ketujuh terjadi perubahan harga telur sebesar Rp.37/butir, menyebabkan kenaikan jumlah penawaran sebesar 373 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 1,47 atau bersifat elastis. 7. Perubahan harga telur pada minggu ketujuh dan kedelapan terjadi penurunan harga telur sebesar Rp.18/butir dan pedagang merespon penurunan harga tersebut dengan penurunan jumlah yang ditawarkan sebesar 531 butir. Hal ini berarti elastisitas penawaran telur bersifat elastis. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada minggu pertama dan kedua harga telur ditingkat konsumen cenderung rendah. Hal ini dikarenakan harga pada awal bulan Agustus masih dipengaruhi harga pada bulan Ramadhan, dimana jumlah permintaan yang sangat tinggi menyebabkan harga telur menjadi rendah. Sedangkan pada minggu ketiga hingga minggu keenam harga telur ditingkat konsumen lebih meningkat. Hal ini dikarenakan sedikitnya stok telur di peternak sehingga harga beli pedagang juga meningkat dan menyebabkan kenaikan harga telur ditingkat konsumen. Pada minggu ketujuh dan kedelapan harga telur kembali menurun dikarenakan stok telur yang ada kembali normal. Harga jual pedagang selalu berubah-ubah setiap minggunya, namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Harga telur tertinggi mencapai Rp.1.117/butir pada minggu ketiga dan harga terendah mencapai Rp.1.000/butir pada minggu kedelapan. Pada minggu pertama hingga minggu ketiga jumlah permintaan telur cenderung rendah yang dikarenakan pada awal bulan setelah Ramadhan dan lebaran konsumen masih memilih produk substitusi telur seperti ayam dan daging sehingga permintaan untuk telur menjadi rendah. Sedangkan pada minggu keempat atau pada saat akhir bulan konsumen meningkatkan jumlah konsumsi telur. Hal ini dikarenakan pada akhir bulan harga produk substitusi telur seperti ikan gembung meningkat sehingga konsumen beralih membeli telur daripada membeli ikan gembung. Untuk minggu kelima hingga minggu kedelapan permintaan telur lebih rendah bila dibandingkan dengan minggu keempat namun memiliki trend yang positip atau semakin meningkat, dimana 126

keadaan pada minggu kelima hingga kedelapan saat bulan September tidak jauh berbeda dengan keadaan pada bulan Agustus yaitu pada akhir bulan jumlah permintaan telur semakin meningkat yang dipengaruhi oleh jumlah pendapatan konsumen dan harga ikan gembung. Pada akhir bulan persediaan pendapatan konsumen akan semakin berkurang dan harga ikan gembung semakin meningkat. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006). Jumlah permintaan telur tinggi pada akhir bulan disaat jumlah pendapatan konsumen berkurang. Elastisitas Permintaan Telur Elastisitas permintaan diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon konsumen terhadap perubahan harga. Dalam hal ini, elastisitas permintaan telur dilihat dari perubahan jumlah permintaan konsumen akibat harga jual telur yang berubah setiap minggunya. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa: 1. Perubahan harga telur Rp.2/butir pada minggu pertama ke minggu kedua menyebabkan kenaikan permintaan telur sebesar 179 butir, artinya perubahan harga berpengaruh cukup besar terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,78. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisi Harga Berdasarkan Permintaan Waktu Pengambilan data Harga Jual (Rp/Butir) Jumlah Permintaan (Butir) Minggu I 1.040 4.956 Minggu II 1.038 5.135 18,78 Elastis Minggu III 1.117 4.500 1,62 Elastis Minggu IV 1.113 6.678 135,16 Elastis Minggu V 1.068 5.065 5,97 Elastis Minggu VI 1.048 5.083 0,19 Inelastis Minggu VII 1.018 5.095 0,08 Inelastis Minggu VIII 1.000 5.218 1,36 Elastis Keterangan : Data Survei, 2014. 2. Minggu kedua dan ketiga terjadi perubahan harga telur sebesar Rp.79/butir menyebabkan penurunan jumlah telur yang diminta sebesar 635 butir. Nilai elastisitas permintaan diperoleh 1,62, artinya elastisitas permintaan bersifat elastis. E d Sifat 127

3. Harga telur pada minggu ketiga dan keempat terjadi penurunan harga telur sebesar Rp.4/butir dan konsumen meresponnya dengan kenaikan jumlah permintaan telur sebesar 2.178 butir. Hal ini menandakan bahwa kepekaan konsumen terhadap perubahan harga sangat tinggi yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang tinggi yaitu sebesar 135,16 atau permintaan telur bersifat elastis. 4. perubahan harga telur pada minggu keempat dan kelima terjadi penurunan harga telur sebesar Rp.45/butir, namun terjadi penurunan jumlah permintaann sebesar 1.613 butir. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 5,97 atau bersifat elastis. 5. Harga telur pada minggu kelima dan keenam terjadi penurunan harga sebesar Rp.20/butir sehingga menyebabkan naiknya permintaan sebesar 18 butir. Perubahan harga pada minggu kelima ke minggu keenam bersifat inelastis (nilai elastisitas sebesar 0,19) karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibandingakan dengan perubahan harga. 6. Perubahan harga telur pada minggu keenam dan ketujuh terjadi penurunan harga sebesar Rp.30/butir sehingga menyebabkan permintaan telur naik sebesar 12 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar 0,08 yang artinya bersifat inelastis. 7. Minggu ketujuh dan kedelapan terjadi penurunan harga sebesar Rp.18/butir sehingga menyebabkan permintaan telur naik sebesar 123 butir. Perubahan harga pada minggu ketujuh ke minggu kedelapan bersifat elastis (nilai elastisitas sebesar 1,36) karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar dibandingkan dengan perubahan harga. Menurut Pracoyo (2006), faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan akan suatu produk ada 3 yaitu: 1. Banyaknya produk substitusi yang tersedia dipasar pada tingkat harga kompetitif, untuk produk telur barang substitusi yang ada didaerah penelitian yaitu ikan gembung. Pada minggu ketiga nilai elastisitas permintaan telur sangat tinggi dikarenakan harga barang substitusi telur atau harga ikan gembung tinggi sehingga penurunan harga telur membuat konsumen beralih atau lebih memilih telur daripada ikan gembung. Tingginya perubahan jumlah permintaan telur membuat nilai elastisitasnya juga semakin besar. 2. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih elastis dalam jangka panjang dari pada jangka pendek. 3. Derajat kepentingan atau kebutuhan akan produk. 128

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Langkat dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan alat bantu program SPSS 16.00, dari pengolahan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Y = 51,118 0,053X1 4,141X2 + 9,881X3 + 0,002X4 Sig. t = (0,192) (0,229) (0,000) (0,001) R 2 = 0,730 Sig.F = 0,000 Persamaan regresi linier di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Koefisien regresi X1 (harga telur) bernilai -0,053, artinya setiap kenaikan harga telur sebesar Rp 100 maka akan menyebabkan penurunan jumlah permintaan telur sebanyak 5,3 5 butir, dengan asumsi variabel yang lain konstan. 2. Koefisien regresi X2 (pendapatan) bernilai -4,141, artinya setiap kenaikan pendapatan sebesar Rp 1.000.000 maka akan menyebabkan penurunan jumlah permintaan telur sebanyak 4,141 4 butir, dengan asumsi variabel yang lain konstan. 3. Koefisien regresi X3 (tanggungan keluarga) bernilai 9,881, artinya setiap penambahan tanggungan 1 orang maka akan menyebabkan penambahan jumlah permintaan telur sebanyak 9,881 10 butir dengan asumsi variabel yang lain konstan. 4. Koefisien regresi X4 (harga komoditi lain/ikan gembung) bernilai 0,002, artinya setiap kenaikan harga ikan gembung sebesar Rp 1.000 maka akan menyebabkan penambahan jumlah permintaan telur sebanyak 2 butir dengan asumsi variabel yang lain konstan. a. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) berfungsi untuk melihat sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Berdasarkan hasil output menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,730. Artinya 73% variasi variabel independent harga telur, pendapatan, tanggungan, dan harga ikan gembung mampu menjelaskan variasi variabel dependent jumlah permintaan telur, sedangkan sisanya sebesar 27% mampu dijelaskan oleh variasi variabel independent lainnya yang tidak dimasukkan dalam model. 129

b. Uji Signifikansi Variabel Secara Serempak (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent yang dimasukkan dalam model secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent. Dari hasil regresi diperoleh nilai signifikansi F adalah 0,000 ( 0,05) dengan menggunakan taraf 95% (α=5%) maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent yaitu harga telur, pendapatan, tanggungan, dan harga ikan gembung secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur. c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independent secara individu terhadap variabel dependentnya. Adapun hipotesis pada uji t ini adalah sebagai berikut: H0 : β1 = 0 (Tidak Ada Pengaruh) H1 : β1 0 (Ada Pengaruh) Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika probability > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika probability < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai probability setiap variabel independent, yaitu: a. Harga telur (X1): 0,192 > 0,05 maka H0 diterima, artinya harga telur tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur. b. Pendapatan (X2): 0,229 > 0,05 maka H0 diterima, artinya pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur. c. Jumlah tanggungan (X3): 0,000 < 0,05 maka H1 diterima, artinya jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur. d. Harga ikan gembung (X4): 0,001 < 0,05 maka H1 diterima, artinya harga ikan gembung berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur. Harga Telur Harga telur dari hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi adalah -0,053 dan signifikansi t sebesar 0,192 artinya harga telur eceran di Kabupaten Langkat memberikan pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah permintaan telur. Hal ini disebabkan karena harga telur tidak mempengaruhi jumlah permintaan telur. 130

Pendapatan Data pada hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi pendapatan (X2) adalah - 4,141 dan signifikansi t sebesar 0,229 artinya pendapatan memberikan pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat. Menurut Pracoyo (2006), hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Jika pendapatan konsumen meningkat maka akan meningkatkan jumlah permintaan selain telur. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan maka jumlah permintaan telur akan menurun. Jumlah Tanggungan Hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi jumlah tanggungan (X3) adalah 9,881 dan signifikansi t sebesar 0,000 artinya jumlah tanggungan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jumlah permintaan telur di Kabupaen Langkat. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah permintaan telur akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat (Sumarwan, 2003). Harga Ikan Gembung Data dari hasil regresi menyatakan bahwa koefisien regresi harga ikan gembung (X4) adalah 0,002 dan signifikansi t sebesar 0,001 artinya harga komoditi lain/harga ikan gembung memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat. Jika harga ikan gembung meningkat dan jumlah pendapatan menurun maka jumlah permintaan telur akan meningkat karena selain ikan, telur juga memiliki protein yang tinggi. Pengaruh atas suatu barang dari harga barang lain dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno, 2003). 131

KESIMPULAN Pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Langkat bersifat elastis, yang artinya konsumen dan pedagang peka terhadap perubahan harga telur di pasar. Semakin tinggi harga telur ayam ras maka jumlah permintaan akan menurun sedangkan jumlah penawarannya akan meningkat. Semakin tinggi pendapatan konsumen maka jumlah permintaan telur akan semakin rendah. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka jumlah permintaan telur akan semakin tinggi. Semakin tinggi harga komoditi lain seperti ikan gembung maka jumlah permintaan telur akan semakin tinggi. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial, Ekonomi Mikro Terapan untuk Management Bisnis, Edisi Ketiga. Badan Penelitian Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta. Erlina. 2011. Metodolog Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Fakultas Ekonomi. USU. Medan. Grey et al. 1996. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta. Khoirunnisa. 2008. Analisa Permintaan Daging Ayam Boiler Konsumen Rumah Tangga di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor. Nurhayati dan Yudha Handian. 2012. Variabilitas Harga Telur Ayam Ras Di Indonesia. Badan Pengkajian: Jakarta. Pracoyo, A. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Setiawan, I. 2009. Produksi Telur Ayam Kampung di Sisi Ayam Ras. http://www.centralunggas.com. 29 Maret 2010. Sudjana. 2005. Metoda Statistika, Edisi Keenam. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2009. Statistik. Alfabeta. Bandung. Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi, Edisi Ketiga. Grafindo. Jakarta. Wirartha, M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Andi. Yogyakarta. 132