I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi konsumsi domestik, penyedia lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk, pangsa pasar bagi hasil produksi sektor perekonomian lain dan meningkatkan pendapatan domestik. Sektor pertanian berpengaruh terhadap gizi masyarakat melalui produksi pangan untuk rumah tangga. Permasalahan industri gula nasional sudah berlangsung sejak tahun 1970 yang mencakup aspek produksi yang berkaitan dengan usahatani tebu, konsumsi, efisiensi pabrik gula, tataniaga dan perdagangan internasional. Permasalahan aspek produksi berkaitan dengan menurunnya kemampuan menghasilkan gula untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri (Prabowo, 1998). Turunnya produksi dan produktivitas gula disebabkan berbagai faktor seperti: budidaya tebu di bawah standar, penanaman dibawah masa optimal, mayoritas lahan tebu adalah lahan kering dengan produktivitas lebih rendah dari lahan sawah, proporsi tanaman keprasan lebih besar, mutu bibit tidak optimal, sistem tebang angkut yang tidak optimal dan adanya gangguan hubungan antara pabrik gula dan petani (Muslim, 2003:283: Siagian, 2004:56). Departemen pertanian sejak pertengahan tahun 2003 telah mengambil inisiatif untuk merancang pembangunan Industri Gula Nasional (IGN) secara komprehensif yang mampu mendorong peningkatan produksi gula nasional secara efisien, mengurangi impor gula dan meningkatkan pendapatan produksi petani tebu. Kebijakan itu mencakup pemecahan berbagai masalah budidaya tebu, kemitraan antara pabrik gula dengan petani tebu, efisiensi pabrik gula, perdagangan dan impor serta dukungan pemerintah terutama infrastruktur di lahan kering, penguatan Research and Development dan dukungan harga yang menguntungkan petani (P3GI, 2003; LP IPB, 2002; Booker Tate Ltd, 1999). Permasalahan industri gula nasional sudah berlangsung semenjak tahun 1970-an yang mencakup aspek produksi yang berkaitan usahatani tebu, konsumsi, efisiensi pabrik gula, tataniaga dan perdagangan internasional. Permasalahan aspek 1
produksi berkaitan menurunnya kemampuan menghasilkan gula untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. Permasalahan gula nasional ibarat penyakit kronis yang sampai sekarang resep yang manjur belum ditemukan. Gula merupakan salah satu dari komponen sembilan bahan pokok. Permintaan gula baik ditingkat rumah tangga maupun perusahaan yang tinggi dan kontinue setiap waktu dengan kurang seimbangnya produksi gula dalam negeri juga mengakibatkan permasalahan yang cukup rumit. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi. Dengan posisinya yang penting dan sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian, maka industri gula berbasis tebu juga perlu melakukan berbagai upaya sehingga sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian. Hal ini menuntut industri gula berbasis tebu perlu melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian guna meningkatkan produktivitas, dan efisiensi, sehingga menjadi industri yang kompetitif, mempunyai nilai tambah yang tinggi, dan memberi tingkat kesejahteraan yang memadai pada para pelakunya, khususnya petani ( Departemen Pertanian, 2007). Di Indonesia produksi tebu sebagai bahan baku gula dihasilkan oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. Pada tahun 2010 perkebunan tebu rakyat meliputi areal seluas 243,513 ribu ha (59,09%), perkebunan besar negara 76,250 ribu ha (16,73%), dan perkebunan besar swasta 114,554 ribu ha (24,17%). Sejalan dengan luasnya, perkebunan tebu rakyat menghasilkan 55,31% dari produksi tebu nasional sementara perkebunan besar negara dan swasta masing-masing sebesar 1,47% dan 44,67%. Permintaan gula yang tinggi seharusnya menjadi peluang bagi petani untuk berupaya maksimal memproduksi gula, dalam hal ini mmembudidayakan tebu. Tingginya angka permintaan gula akan menyebabkan mudahnya penjualan hasil 2
panen tebu dan tingginya harga tebu, dimana tebu merupakan bahan pokok pembuatan gula. Hasil produksi tebu yang dijual dapat menambah pendapatan petani dalam memcukupi kebutuhan rumah tangga sehingga keluarga menjadi sejahtera. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian besar penduduk di negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengan sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar penduduknya yang hidup di sektor pertanian tersebut. Cara ini bisa ditempuh dengan jalan meningkatkan produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan mereka atau dengan menaikkan harga yang mereka terima atas produk-produk yang mereka hasilkan. Tentu saja tidak setiap kenaikan output akan menguntungkan sebagian besar penduduk pedesaan yang bergerak di bidang pertanian tersebut. Lahirnya sistem mekanisasi, perkebunan-perkebunan besar dan lain-lain bisa saja hanya akan menguntungkan petani-petani kaya saja. Dengan kata lain, kenaikan output pertanian bukanlah merupakan syarat yang cukup untuk mencapai kenaikan kesejahteraan masyarakat pedesaan, tetapi merupakan syarat yang penting. Disisi lain, sektor pertanian juga dapat digunakan sebagai sumber modal yang utama bagi pertumbuhan ekonomi modern. Modal berasal dari tabungan yang diinvestasikan dan tabungan yang berasal dari pendapatan. Di negara-negara miskin, pangsa pendapatan pertanian terhadap produk nasional mencapai 50 persen. Berarti separuh atau lebih dari produk nasional disumbangkan oleh sektor non pertanian, terutama industri dan perdagangan (jasa-jasa) dan sektor ini merupakan penyumbang penting bagi tabungan yang akhirnya digunakan untuk investasi (Arsyad, 2010). Pelaksanaan kerjasama antara PT Madukismo dengan petani yakni pabrik memberikan modal kepada petani untuk membeli bibit, pupuk dan perawatan lahan. Modal yang diberikan adalah KKPE dan Akselerasi berupa uang tunai. Lahan yang digunakan untuk penanaman tebu adalah tanah milik petani sendiri atau tanah yang disewa oleh petani sendiri. Petani menyerahkan seluruh hasil panen tebu kepada pabrik gula. PT Madukismo membagi hasil panen yang 3
diperoleh dari lahan atau tanah petani tebu sesuai dengan perjanjian. Petani akan mendapatkan hasil dari penggilingan gula, tetes gula serta rendemen dengan proporsi yang telah disepakati. Apabila panen gagal maka petani akan memulai penanaman tebu dengan modalnya sendiri sedangkan hasil tebu digunakan untuk menutupi kekurangan pengembalian modal yang diberikan oleh PT Madukismo. B. Rumusan Masalah Petani dalam mengusahakan kegiatan usahataninya selalu berusaha untuk memaksimalkan hasil pertanian. Hasil pertanian yang tinggi diharapkan petani memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Penggunaan lahan, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja serta keadaan sosial petani secara optimal diharapkan dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Penggunaan sarana produksi yang tinggi tidak menjamin akan menghasilkan produksi pertanian yang tinggi pula. Bisa saja terjadi dengan penggunaan sarana produksi yang tinggi akan mengakibatkan biaya yang dikeluarkan juga tinggi, sehingga penggunaan sarana produksi seharusnya dilakukan secara optimal. Penggunaan sarana produksi yang optimal akan menghasilkan pendapatan yang maksimal. Petani dalam aktivitas usahatani tebu memiliki dua metode penanaman. Petani tebu dalam mengusahakan usahataninya ada yang menggunakan bibit ada pula yang hanya menggunakan sisa tunas panen. Menanam tebu dengan menggunakan bibit disebut tebu tanam sedangkan penanaman tebu hanya dengan bekas tunas panen tanaman yang lalu disebut dengan tebu keprasan. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode tebu tanam memiliki kelebihan jumlah produksi tebu yang dihasilkan akan lebih tinggi namun penggunaan sarana produksi menjadi lebih tinggi. Metode tebu keprasan memiliki kelebihan lebih irit dalam penggunaan sarana produksi karena petani tidak perlu membeli bibit, jika bibit diperlukan hanya dalam jumlah yang sedikit yaitu untuk sulaman, tetapi untuk jumlah produksi kemungkinan tebu keprasan lebih rendah. Akan tetapi kedua sistem penanamn tersebut bukanlah sebuah pilihan. Adanya tebu keprasan karena awal mula ada tebu tanam. Sehingga baik tebu tanam dan tebu keprasan memiliki hubungan sebab-akibat. 4
Berbagai daerah memiliki permasalahan-permasalahan mengenai kependudukan, diantaranya kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Masalah tersebut dapat dialami oleh tingkat rumah tangga maupun tingkat yang lebih luas. Sektor pertanian merupakan sektor utama yang menjadi sumber pendapatan rumah tangga. Pengembangan dan memanfaatkan peluang sektor pertanian merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan. Dengan tercapainya peningkatan pendapatan, diharapkan terjadi pemerataan pendapatan, karena salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meratanya pendapatan penduduk. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana produksi tebu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya? 2. Bagaimana pendapatan petani tebu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya? 3. Bagaimana risiko produksi dan risiko pendapatan tebu? 4. Bagaimana kontribusi pendapatan tebu terhadap pendapatan total rumah tangga tani? 5. Bagaimana distribusi pendapatan petani tebu di Kabupaten Bantul? 6. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani tebu di Kabupaten Bantul? C. Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui produksi tebu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Mengetahui pendapatan petani tebu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3. Mengetahui risiko produksi dan risiko pendapatan tebu. 4. Mengetahui kontribusi pendapatan tebu terhadap pendapatn total rumah tangga tani. 5. Mengetahui distribusi pendapatan petani tebu di Kabupaten Bantul. 6. Mengetahui tingkat kesejahteraan petani tebu di Kabupaten Bantul. 5
D. Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan informasi untuk: 1. Peneliti, penelitian ini merupakan pemenuhan salah satu syarat mencapat derajat strata 1 (S1) pada program studi Agribisnis jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas gadjah Mada. 2. Petani tebu, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola usahataninya. 3. Dinas atau instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan kebijakan dalam peningkatan produksi usahatani tebu serta meningkatkan pendapatan petani tebu. 4. Peneliti lain, sebagai bahan untuk mengkaji permasalahan yang sama. 6