BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji arti di dalam bahasa (Hurford dan Hearsly, 1983:1). Saat seseorang menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi dengan orang lain tentu melibatkan banyak kata-kata di dalamnya. Setiap kata pasti memiliki arti yang berbeda-beda dan digunakan untuk kepentingan yang berbeda-beda pula. Hal ini menjadi penting karena peranan semantik sangat mempengaruhi seseorang ketika mulai menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan mewujudkan hubungan komunikasi yang baik dan wajar. Oleh karena itu, ketika memulai komunikasi pemakai bahasa pasti memiliki bentuk pengetahuan sejumlah kata-kata yang mengandung arti bahasa di dalamnya dan setiap pengguna bahasa menentukan setiap kata yang akan dipilihnya. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan makna sulit dan ruwet karena terkait dan terikat secara erat dengan segala segi kehidupan manusia yang sangat kompleks dan luas. Relasi makna merupakan satuan-satuan leksem dalam bahasa yang berelasi dalam hal maknanya. Relasi makna antarleksem di dalam sebuah bahasa bersifat internal bahasa, maksudnya ada relasi dalam hal makna antarleksem bahasa itu sendiri. Subroto menyebutkan bahwa relasi makna itu meliputi: relasi kontigu atau berdekatan, sinonimi, antonimi, hiponimi, polisemi, homonimi, homografi (Subroto, 2011:59). 1
2 Kesamaan makna (sinonim) merupakan suatu unsur bahasa yang bersifat umum, karena setiap bahasa di dunia ini pasti memilikinya. Meskipun suatu kata mempunyai kesamaan makna dengan kata yang lainnya, kata yang bersinonim terkadang mempunyai nuansa makna yang berbeda ketika berada di dalam sebuah kalimat. Dalam penelitian tentang ranah makna atau semantik ini peneliti memilih objek kesinoniman karena masalah tersebut lebih umum dan lebih mudah ditemukan di kalangan masyarakat di dalam kehidupan berbahasa sehari-hari. Kesinoniman adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Wijana dan Rohmadi (2011:20) menjelaskan bahwa bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain, misal kata ayah bersinonim dengan bapa, papa, papi, babe. Contoh lain adalah kategori kelas kata ajektiva seperti kata pandai yang bersinonim dengan kata pintar. Ketidaktahuan seseorang terhadap suatu makna kata menjadikan pemakai bahasa kurang dalam pengetahuan kosakata yang dimiliki. Contoh ketidaktahuan pemakaian bahasa oleh mahasiswa Sastra Indonesia UNS terhadap kata canggih. Berdasarkan pengetahuan pemakai bahasa kata canggih tersebut hanya digunakan untuk teknologi yang bermakna modern, tetapi di dalam KBBI, kata tersebut juga memiliki makna yang sama dengan kata cerewet. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi ketidaktahuan makna terhadap suatu kata, sinonim ini sangat penting untuk memperkaya pengetahuan kosa kata yang dimiliki para pemakai bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008 menjelaskan banyak arti di dalam kata, akan tetapi tidak seluruhnya kata tersebut dijelaskan secara khusus mengenai komponen pembedanya baik dalam komponen jenis kelamin,
3 ragam bahasa, nilai rasa atau makna emotif, tingkat intensitas, dsb. Misal, di dalam KBBI (2008) antara kata tangguh dengan gagah; kata saleh, salihah, alim, imani belum menunjukkan perbedaan khusus dalam hal jenis kelamin. Wijana memberikan contoh dalam ragam bahasa seperti kata ayah dan bapak lebih formal bila dibandingkan dengan papa (Wijana dan Rohmadi, 2011:22). Oleh sebab itu, perlu ada komponen makna pembeda dari masing-masing kata tersebut. Kata yang terdapat di dalam sebuah Kamus Sinonim Antonim Bahasa Indonesia tidak seluruhnya mencakup dan menjelaskan kata yang bersinonim di dalam KBBI (2008). Peneliti ingin mendeskripsikan keseluruhan kata-kata khususnya kata yang mengandung ajektiva insani dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam KBBI (2008) sebagai pelengkap Kamus Sinonim Antonim Bahasa Indonesia. Misal, kata yang bersinonim di dalam Kamus Sinonim Antonim Bahasa Indonesia adalah kata sombong yang bersinonim dengan kata arogan, angkuh, congkak, jemawa, pongah, langguk. Sementara di dalam KBBI (2008) masih ada kata agul, aga, lantam, ongeh, bongak, pondik, rangah, kibir, dan takabur yang bermakna sama dengan kata sombong. Semua kata di dalam KBBI tersebut belum melengkapi Kamus Sinonim Antonim Bahasa Indonesia sehingga perlu ada tambahan untuk mendeskripsikan lebih rinci kata yang memiliki pasangan sinonim khususnya ajektiva insani dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dalam hal ini berperan penting dalam objek penelitian yang akan diteliti di dalam penelitian khususnya mengenai kesinoniman ajektiva insani. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya dengan berbagai banyak kosakata yang berkembang menjadi lahan penelitian bagi para peneliti sehingga peneliti memilih
4 bahasa Indonesia sebagai bahan objek penelitian. Adapun yang akan dibahas dan diangkat oleh peneliti di dalam penelitian ini yaitu mengenai kesinoniman ajektiva insani dalam bahasa Indonesia. Peneliti ingin meneliti masalah tersebut karena belum ada yang menyinggung atau meneliti lebih jauh mengenai kesinoniman ajektiva khususnya pada sifat-sifat unsur manusia atau insani di dalam bahasa Indonesia. Alasan pemilihan pada kelas kata ajektiva adalah karena kelas kata tersebut belum ada yang meneliti lebih dalam khususnya dalam hal kata yang bersinonim. Ajektiva yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ajektiva dasar. Adapun alasan peneliti memilih insani adalah karena peneliti meyakini bahwa di dalam kata-kata ajektiva insani data lebih mudah ditemukan yang berhubungan langsung dengan sifat manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada dasarnya memiliki banyak sifat di dalam dirinya baik dari sifat buruk maupun sifat yang baik. Dari sifat manusia yang baik dapat ditemukan seperti kata jujur, dewasa, rajin, pandai, dan juga sifat yang buruk seperti kata sombong, serakah, iri, dsb. Semua kata dari sifat yang baik dan buruk tersebut mengacu pada kelas kata ajektiva dan dari beragam kosa kata bahasa Indonesia ada persamaan yang bersinonim di dalamnya. Penelitian tentang kesinoniman ini sudah ada yang meneliti sebelumnya. Ada empat kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Keempat kajian tersebut adalah Kesinoniman Nomina Noninsani dalam Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Sutiman dan Ririen Ekoyanantiasih tahun 2007 diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Kedua, tesis yang ditulis oleh Retno Utami dengan judul Kajian Sinonim Nomina dalam Bahasa Indonesia
5 tahun 2010 dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ketiga, penelitian mengenai semantik yang dilakukan oleh Setiawati Darmojuwono dalam jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) tahun 1989 volume 2 dengan judul Pengaruh Klasifikasi Semantis Bidang Warna Kepada Persepsi Manusia dari Universitas Indonesia. Keempat, oleh Mulyadi dalam jurnal Ilmiah MLI di tahun 2000 volume 2 dengan judul Struktur Semantis Verba Penglihatan Dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya, Jakarta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya adalah (1) dalam penelitian tersebut belum ditemukan kesinoniman yang mengandung bentuk ajektiva insani dalam bahasa Indonesia; (2) dalam penelitian terdahulu belum ada yang menganalisis dengan menggunakan analisis komponen pada kesinoniman ajektiva insani dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, peneliti memilih kesinoniman ajektiva insani dalam bahasa Indonesia sebagai bahan penelitian. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah adalah hal yang penting agar tidak terlalu meluas dan menyimpang dari masalah yang diteliti pada objek yang ditentukan. Penelitian ini terfokus pada pasangan sinonim yang termasuk dalam kelas kata ajektiva, khususnya ajektiva insani sikap manusia yang terdapat dalam bidang semantik. Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian berjalan terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya, pasangan sinonim ajektiva insani yang dianalisis dibatasi lagi pada kata-kata yang hanya memiliki makna denotatif,
6 bukan makna kias. Hal ini perlu dibatasi untuk mempermudah menganalisis data yang akan diteliti. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk kata-kata yang bersinonim ajektiva insani dalam bahasa Indonesia? 2. Bagaimana komponen makna kata-kata yang bersinonim ajektiva insani dalam bahasa Indonesia? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan bentuk kata-kata yang bersinonim ajektiva insani dalam bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan komponen makna kata-kata yang bersinonim ajektiva insani dalam bahasa Indonesia. E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai manfaat yang dapat diambil oleh pembacanya. Dilihat dari segi kemanfaatan, penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini memberikan sumbangsih pemikiran sebagai penambah wawasan dan pengetahuan tentang kesinoniman ajektiva insani dalam bahasa Indonesia.
7 2. Manfaat Praktis Secara praktis, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini di antaranya: (a) Memberikan gambaran alternatif dalam mendeskripsikan kesinoniman ajektiva insani bahasa Indonesia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam memberikan pengajaran bahasa Indonesia dan pengajaran semantik, serta diharapkan dapat dikembangkan untuk menyusun buku kamus sinonim ajektiva insani dalam bahasa Indonesia. (b) Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi pembaca dalam melakukan penelitian berikutnya. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi menjadi lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Penelitian ini diawali dengan bab satu, yakni pendahuluan. Bab tersebut terdiri atas beberapa subbab. Pertama, mengenai latar belakang masalah yang mendeskripsikan alasan peneliti melakukan penelitian tersebut. Selanjutnya, ada pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang berisi manfaat teoretis dan praktis, serta sistematika penulisan. Berikutnya, disajikan bab dua yang berisi tentang kajian pustaka dan kerangka pikir. Pada kajian pustaka yang diuraikan adalah mengenai penelitianpenelitian yang sudah dilakukan. selanjutnya landasan teori yang berupa uraianuraian teori yang digunakan dalam penelitian, serta kerangka pikir.
8 Bab tiga, bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian; objek penelitian, data, dan sumber data; metode dan teknik pengumpulan data, teknik klasifikasi data; metode dan teknik analisis data; hasil analisis data. Bab empat ini berisi analisis data. Mendeskripsikan mengenai bentuk katakata yang bersinonim ajektiva insani dan tentang komponen makna yang membedakan setiap kata tersebut. Bab lima adalah penutup. Bab ini berisi mengenai simpulan dan saran dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.