BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak, yang dalam kehidupan sosialnya, tidak terlepas dari suatu tradisi yang disebut dengan tradisi adat Batak. Didalam pelaksanaan adat ini terdapat berbagai simbol, salah satu diantaranya adalah Ulos. Pada awalnya ulos digunakan sebagai bahan pakaian yang dikenakan sehari-hari atau digunakan sebagai kain yang dapat memberikan sumber hangat. Selain itu adapun fungsi ulos adalah sebagai penanda kedudukan bagi masyarakat Batak dan sebagai lambang pemberian kasih sayang. Ulos itu tidak terpisahkan dari kehidupan orang Batak, sama seperti marga yang tetap disandangnya sebagai penanda bahwa dirinya adalah seorang Batak tidak dibatasi oleh apa agama dan kepercayaannya. Ulos dibuat dengan menggunakan alat tradisional bukan mesin. Kehadiran teknologi saat ini mengakibatkan munculnya alat tenun mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi ulos secara massal. Saat ini ada 2 ulos yang beredar di masyarakat yaitu: ulos hasil tenun mesin dan ulos hasil tenun tradisional. Pembuatan ulos secara tradisinal memiliki proses yang lebih rumit sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan 1 lembar ulos. Dari sisi kualitas menunjukkan bahwa ulos hasil tenun tradisional jauh lebih baik dibandingkan ulos hasil tenun mesin. Namun, jika dibandingkan dari segi harga, ulos hasil tenun mesin jauh lebih murah dibandingkan dengan ulos hasil tenun tradisional. Sehingga masyarakat cenderung lebih memilih membeli ulos hasil tenun mesin.
Dampak kehadiran tenun mesin menimbulkan penurunan minat masyarakat untuk menjadi petenun tradisional. Menurut seorang ahli antropologi Belanda yang sudah melakukan riset di Sumatera Utara selama 30 tahun bahwa i tradisi tenun ulos di tanah Batak sudah mengalami kelangkaan. Kemerosotan jumlah petenun diakibatkan oleh rendahnya partisipasi generasi muda melestarikan tradisi tenun Ulos di tanah Batak, adanya harga yang tidak sesuai jika dibandingkan dengan biaya produksi dan adanya anggapan bahwa tenun tradisional itu sesuatu yang ketinggalan zaman. Sementara disisi lain ulos itu tetap dibutuhkan. Seperti istilah yang menyatakan tidak ada Batak tanpa Ulos. Keadaan inilah yang membuat masyarakat Batak harus membeli ulos. Ditengah persaingan yang semakin ketat dan adanya berbagai kendala yang dihadapi maka petenun ulos harus mampu menciptakan strategi yang tepat untuk melestarikan dan mengembangkan usahanya sehingga tetap memiliki keberlangsungan. Bukan hanya melestarikan kainnya saja tetapi juga menghidupkan kembali kearifan bertenun karena saat ini ulos bukan hanya digunakan sebatas keperluan adat saja. Pelestariannya, diaplikasikan dalam bentuk fashion. Sebagai keterampilan yang diwariskan oleh nenek moyang suku Batak. Adapun yang menjadi dasar untuk dapat mengembangkan usaha tenun ulos adalah membangun komitmen dan membangun kreativitas para petenun untuk mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman sehingga tenun ulos tidak akan mengalami kelangkaan. Dalam tugas akhir ini peneliti melakukan penelitian di salah satu pengrajin ulos yang berada di daerah Tarutung yaitu usaha Mutiara Sitanggang yang berlokasi di Jl. Farel Rura Pasar no. 16 Tarutung. Usaha ini hanya dikelola oleh keluarga, tanpa campur
tangan pihak lain. Usaha yang dijalankan ini merupakan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Untuk membantu penelitian ini, peneliti melihat referensi yang terkait dengan penelitian ini, yaitu penelitian terdahulu yang membahas mengenai strategi pengembangan bisnis/usaha. Adapun penelitian terdahulu tersebut adalah: Ferroly Audiansyah (2008) dengan judul Analisis SWOT pada Industri Kecil Penghasil Ulos di Tapanuli Utara. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui: Berdasarkan analisis SWOT yang dijalankan terlihat bahwa industri ini memiliki kelemahan yang timbul dari dalam lingkungan internal industri ini yang terdapat antara lain pada bidang pemasaran, keuangan, organisasi dan pembukuan yang mendapat nilai negatif bervariasi antara -2 sampai -3. Sementara untuk lingkungan eksternal, industri ini dinilai memiliki peluang pada 3 (tiga) lingkungan eksternal, yaitu Lingkungan Pengendali, Lingkungan Operasi dan Lingkungan Industri. Berdasarkan hasil tersebut, penulis kemudian mengusulkan penggunaan strategi yang bersifat defensif yaitu retrechmeni strategy yang meliputi turn around strategy, divestment strategy dan liquidation strategy. Pada akhimya strategi ini akan disesuaikan pada masing-masing bidang yang menjadi kelemahan industri ini. Alfi amalia, Wahyu Hidayat & Agung Budiatmo dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada UKM Batik Semarangan di Kota Semarang. Hasil penelitian : (1) menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produksi (2) menjaga kualitas produksi (3) mengembangkan bisnis dengan menggunakan bantuan keuangan dari pemerintah (4) memberikan pelatihan kepada karyawan (5) ahli merekrut (6) akuntansi administrasi dan keuangan (7) bekerja dengan meningkatkan promosi
melalui internet terutama ketika SEMAGRES (9) penawaran produk keorganisasian atau kelompok kerja (10) meningkatkan kualitas layanan pelanggan (11) meningkatkan desain kreatif dan motif menarik (12) Peningkatan modal dan pinjaman kepada pemerintah melalui BUMN (13) Meningkatkan saluran distribusi. Ratna Khoirunnisa dengan judul : Upaya Pengembangan Sentra Industri Batik di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Hasil Penelitian : (1) Faktor-faktor penyebab turunnya jumlah perajin batik antara lain: faktor usia, faktor generasi penerus, faktor pemasaran batik yang tidak stabil, dari segi bahan baku dan harga batik; (2) Hambatan-hambatan yang dihadapi pelaku usaha batik antara lain: faktor pemasaran, keterbatasan modal, harga bahan baku, kualitas SDM, kebijakan pemerintah yang merugikan perajin, belum ada hak cipta motif batik, sulitnya mencari generasi penerus, dan persaingan dengan perajin daerah lain. Usaha untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu menjalin kerjasama dengan instansi, mengadakan promosi melalui berbagai media, aktif mengikuti pameran, menjalin kemitraan dan menjaga kualitas (mutu); (6) upaya untuk mengembangkan sentra industri batik di Desa Gemeksekti yaitu terdapat 22 strategi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan program pemerintah daerah selanjutnya. Muttaqin 2003 dengan judul skripsi: Analisis SWOT pada Pelaku Usaha Kerajinan Khas Daerah di Area Komplek Citra Niaga Samarinda. Hasil penelitian: Dapat dilihat total bobot pada masing-masing faktor, dimana total bobot untuk faktor kekuatan (3,00), kelemahan (2,67), peluang (3,62) dan ancaman (2,89). Setelah perhitungan pada analisis SWOT, diperoleh hasil (0,17 : 0,37). Hasil ini menggambarkan
titik koordinat pada diagram analisis SWOT. Melihat hasil di atas, ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tidak dapat diterima. Yulie A.C.Hutagalung (2003) dengan judul skripsi Strategi Pengembangan Bisnis (studi pada Rumah Makan Minang Setia Jl. Jamin Ginting No. 326 Medan). Hasil penelitian: strategi yang perlu diterapkan untuk strategi pengembangan usaha RM Minang Setia adalah strategi agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana strategi yang diterapkan Usaha Tenun Ulos Mutiara Manalu untuk dapat bertahan dan mengembangkan dan usahanya? 1.3 Batasan Masalah Untuk memahami strategi yang akan diterapkan, maka peneliti memakai analisis Strength, Weakness, Opportunities, dan Threath. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami strategi dalam upaya pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu di Jl. Farel Rura Pasar nomor. 16 di kota Tarutung. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi akademis adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT. 2. Bagi pemilik usaha, penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat mengembangkan usahanya. 3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis di bidang manajemen strategi khususnya SWOT, dan menguji kemampuan berpikir penulis, melalui karya ilmiah dan mencoba menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dalam dunia usaha yang sebenarnya.