Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO ISSN:

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

PENGARUH KERAPATAN BANGUNAN PADA KARAKTERISTIK TERMAL RUMAH TINGGAL KAMPUNG NAGA TERHADAP KENYAMANAN PENGHUNI

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

PENELITIAN KENYAMANAN TERMIS DI JAKARTA SEBAGAI ACUAN SUHU NYAMAN MANUSIA INDONESIA

Evaluasi Kenyamanan Termal pada Ruang Kelas Pondok Pesantren Daar el-huda di Kabupaten Tangerang

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS ANDALAS TUGAS AKHIR. Oleh : DEWI RAHMADANI NO BP

EFEKTIVITAS VENTILASI BAWAH TERHADAP KENYAMANAN DAN PMV (PREDICTED MEAN VOTE) PADA GEREJA KATEDRAL, SEMARANG

Analisis Kenyamanan Termal Ruang Kelas Sekolah Dasar di Kota Makassar

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KENYAMANAN TERMAL BAGI PENGGUNA TAMAN DI JAKARTA (STUDI KASUS : TAMAN SITU LEMBANG DAN TAMAN SUROPATI, JAKARTA)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ASPEK KENYAMANAN TERMAL RUANG BELAJAR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH UMUM di WILAYAH KEC.MANDAU

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP TIGKAT KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH

KENYAMANAN TERMAL PENGGUNA RUANG TUNGGU DI STASIUN JAKARTA KOTA

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kuliah (Studi Kasus : Ruang Kuliah 303 Jurusan Teknik Mesin UNS) Skripsi

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP TIGKAT KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH

Analisis Kenyamanan dan Lingkungan Termal pada Ruang Kuliah dengan Ventilasi Alami (Studi Kasus: Kampus II Fakultas Teknik Unhas Gowa)

Artikel dalam buku Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga: Suatu Bahasan tentang Indonesia, PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM VENTILASI DALAM MENINGKATKAN KENYAMANAN TERMAL PEKERJA DI RUANGAN FORMULASI PT XYZ

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

Evaluasi Desain Asrama Siswa dalam Aspek Kenyamanan Termal pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Jawa Timur

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANGAN KELAS DI SDN BERDASARKAN INDEKS PMV DAN PPD SKRIPSI OLEH MELIANA

PENGARUH BENTUK ATAP TERHADAP KARAKTERISTIK THERMAL PADA RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI

PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)

Kenyamanan Termal Ruang Kelas di Sekolah Tingkat SMA Banjarmasin Timur

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang Dalam Kaitan Dengan Variabel Iklim Ruang

SENSASI THERMAL PADA MASJID AL-HUDA JOGLO, JAKARTA BARAT

BAB V KESIMPULAN UMUM

ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL SISWA DI DALAM RUANG KELAS (STUDI KASUS SD INPRES TAMALANREA IV MAKASSAR)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

PENGARUH KARAKTERISTIK VENTILASI DAN LINGKUNGAN TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SMPN DI JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

REDESAIN RUSUNAWA MAHASISWA PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO DENGAN PENDEKATAN KENYAMANAN TERMAL

KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya

Optimalisasi Kualitas Kenyamanan Thermal di Ruang Kantor dan Aula Islamic Centre UIN SUSKA Riau

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

SUHU NETRAL DAN RENTANG SUHU NYAMAN MANUSIA INDONESIA (Studi Kasus Penelitian Pada Bangunan Kantor Di Makassar)

PENYUSUNAN KRITERIA RUMAH TINGGAL BERKONSEP ERGO-EKOLOGI DALAM UPAYA PENINGKATAN KENYAMANAN TERMAL PENGHUNI

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

STUDI KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF RUMAH TINGGAL DI KOTA MALANG Studi Kasus : Perumahan Sawojajar 1- Kota Malang

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN FUNDAMENTAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, daya kerja) dari sesuatu, kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru,

PENGARUH RONGGA PADA DINDING BATAKO TERHADAP SUHU RUANG DALAM

Sistem Penghawaan Alami Ruang Produksi Batik Barong Gung di Tulungagung

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Kenyamanan Termal pada Ruang (Muhammad Nur Fajri Alfata, Agung Murti Nugroho, Sri Nastiti Ekasiwi)

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pengetahuan, standar dan teori yang berkaitan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) BANJARMASIN UTARA (Oleh Rizqi Ayu Aghni Oktavia, Pembimbing Dr. Deasy Arisanty, M.Sc., Drs.

Transkripsi:

Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat Yandhi Hidayatullah dan M. Syarif Hidayat Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: ynd.architect@yahoo.com ABSTRACT Learning is activity need the cognitive process of and the condition of being optimal.one of the considerations that were it should be noted in support the process of learning and teaching is learning environment, relating to the climate condition in the classroom, that were closely related with a convenience thermal. Building in this is a high school first is one of the form of architecture into a learning activity.researchers based on observations, then the researcher did research on one of the junior high school 206 west jakarta with the aim of knowing whether of temperature produced by the openings in junior high school n 206 west jakarta has succeeded in creating the convenience of thermal appropriate by a standard that applies, among them is the air temperature, moisture and wind speed.a method of collection and processing of data used in collecting data using a questionnaire, observation and interviews.in the observation on the 6 november 2014, using the tools are thermometer, thermohygrometer, the anemometer and the meter.while for a method of processing the data using ms.excel and thermal program estimator comfort. The results of the questionnaire showed that the sensation of thermal all respondents in the entire room is neutral observation.the results showed the value of pmv differences between the floor is 4 and 2 floor on the floor space of four class B 8.4 (+ 2.3) and 2 on the floor of classrooms B 6.2 (+ 1.9), the value of the room showed that a little giving the sensation of heat for its inhabitants in accordance with the interviews. Keywords: Thermal comfort, learning, the classroom, PMV. 1

ABSTRAK Belajar merupakan aktifitas yang membutuhkan proses kognitif dan kondisi yang optimal. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses belajar mengajar adalah lingkungan belajar, yang berhubungan dengan kondisi iklim di ruang kelas, yang erat kaitannya dengan kenyamanan termal. Bangunan dalam hal ini adalah bangunan sekolah menengah pertama merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menjadi wadah aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan peneliti, maka peneliti melakukan penelitian pada salah satu sekolah SMP N 206 Jakarta Barat dengan tujuan mengetahui apakah suhu yang dihasilkan oleh bukaan yang ada di SMP N 206 Jakarta Barat telah berhasil menciptakan kenyamanan termal yang sesuai oleh standar yang berlaku, diantaranya yaitu suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin. Metode pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan dalam mengumpulkan data menggunakan kuesioner,observasi serta wawancara. Dalam observasi pada tanggal 6 november 2014, menggunakan alat bantu diantaranya thermometer, thermo-hygrometer, anemometer dan meteran. Sedangkan untuk metode pengolahan datanya menggunakan Ms. Excel dan program Thermal Comfort Estimator. Hasil kuesioner menunjukan bahwa sensasi termal semua responden di seluruh ruangan pengamatan adalah netral. Hasil dari PMV menunjukan perbedaan nilai antara lantai 4 dan lantai 2 yaitu pada lantai 4 ruang kelas B 8.4 sebesar (+2,3) dan lantai 2 pada ruang kelas C 6.2 (+1,9), nilai tersebut menunjukan bahwa ruangan tersebut memberikan sensasi sedikit panas bagi penghuninya sesuai dengan hasil wawancara. Kata kunci : Kenyamanan Termal, Belajar, Ruang Kelas, PMV. 2

1 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan langkah awal yang terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dalam dirinya (UU Sisdiknas No. 20, 2003). Kenyamanan lingkungan sekitar pada saat terjadinya proses belajar mengajar merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh individu. Salah satu faktor kenyamanan lingkungan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan pada saat seseorang bekerja yaitu kenyamanan termal. Menurut ASHRAE (American Societyof Heating, Refrigerating and Air conditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal adalah perasaan saat seseorang merasa nyaman dalam keadaan temperatur lingkungannya, dalam konteks sensasi sebagai kondisi pada saat seseorang tidak merasakan kepanasan ataupun keinginan pada lingkungan-lingkungan tertentu. Metode yang digunakan untuk menentukan kenyamaman termal dan telah menjadi standar baku kenyamanan termal pada ASHRAE 55-2005 dan ISO 7730 adalah index termal PMV dan PPD. PMV (Predicted Mean Vote) merupakan indeks yang dikenalkan oleh Professor Fanger dari University of Denmark yang mengindikasikan sensasi dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia dengan melibatkan empat faktor yang berasal dari lingkungan yaitu suhu udara, temperatur radiant, kelembaban udara, kecepatan angin, dan 2 faktor yang berasal dari manusia yaitu laju metabolisme tubuh dan nilai insulasi pakaian, yang menghasilkan skala +3 panas sekali, +2 panas, +1 hangat, 0 nyaman, -1 sejuk, -2 dingin, -3 dingin sekali. Menurut ASHRAE, Handbook of Fundamental Chapter 8 Physiological Principles,Comfort, and Health ASHRAE, USA,1989, untuk mengetahui berapa banyak orang yang tidak puas dengan kondisi lingkungan dapat ditentukan dengan PPD (Predicted Percentage of Dissatisfied). Semakin besar nilai presentase PPD maka semakin banyak yang tidak puas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 6-8 November 2014 kepada sejumlah siswa di beberapa ruangan SMP N 206 Jakarta Barat, sebagian besar siswa pada umumnya menyatakan bahwa ruang belajar mereka kurang nyaman jika ditinjau dari segi kenyamanan termal yang mengakibatkan berkurangnya konsentrasi pada saat belajar, karena siswa sering merasa kepanasan seiring meningkatnya temperatur ruangan pada saat proses belajar mengajar. Selain wawancara langsung dengan responden, pengukuran juga dilakukan dengan mengambil data yang terdiri dari data temperatur ruang kelas yang diukur dari jam 07.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Belajar Belajar merupakan suatu proses atau usaha perubahan tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh dorongan yang timbul dari dalam individu. Dorongan tersebut timbul karena adanya kebutuhan. Untuk memenuhi segala kebutuhan itu, individu harus bisa berinteraksi dengan lingkungan untuk mencapai kebutuhan yang diharapkan [2]. Tingkat kenyamanan belajar yaitu perasaan nyaman yang dirasakan seseorang ketika mengalami proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan [3]. Kenyamanan Termal Menurut ASHRAE (1989) ada 6 faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal, diantaranya : 1. Temperatur Udara 2. Temperatur Radiant 3. Kecepatan Angin 4. Kelembaban 5. Insulasi Pakaian 6. Tingkat Metabolisme 3

Skala PMV (Predicted Mean Vote) Predicted mean vote atau yang sering disebut PMV merupakan index yang diperkenalkan oleh Fanger (1982) untuk mengindikasikan sensasi dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia. PMV merupakan index yang memperkirakan respon sekelompok manusia terhadap skala sensasi termal ASHRAE (1989) seperti berikut : + 3 hot + 2 warm + 1 slightly warm 0 neutral - 1 slightly cool - 2 cool - 3 cold Nilai PMV (Predicted Mean Vote) menentukan jangkauan sensasi yang dirasakan orang terhadap lingkungannya. Indeks PMV ini berkisar dari -3 (sangat dingin) sampai dengan +3 (sangat panas). Nilai 0 (nol) merupakan netralitas namun tidak berarti kenyamanan termal. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti ingin mengetahui : Bagaimana keadaan termal di dalam ruangan kelas dan paengaruh bukaan ruang kelas terhadap kenyamanan termal di ruang kelas tersebut. Bagaimana persepsi siswa terhadap kenyamanan ruang kelas. 2 BAHAN DAN METODE Sekolah SMP N 206 berlokasi di Jakarta Barat jalan Meruya Selatan terdiri dari 4 lantai, lantai pertama di fungsikan sebagai lantai (kantor dan tata usaha) sedangkan untuk ruang kelas pembelajaran di lantai 2 sampai dengan lantai 3 sebanyak 21 ruangan kelas. Untuk kelas 8.2 di lt 4 dan kelas 8.4 lt 4, setiap ruang kelas memiliki luas ruangan sebesar 32m² dan terdapat siswa/i sebanyak 32 orang. Untuk bukaan ruang kelas 8.2 dan ruang kelas 8.4 terdapat pada sisi utara dan selatan dengan luasan bukaan 7,5m x 0,5 m, sedangkan untuk ruang kelas 8.7 terdapat pada sisi timur dan barat dengan luasan bukaan yang sama. Jenis pendingin para ruangan kelas SMP N 206 Jakarta Barat menggunakan sistem pengudaraan alami dan kipas angin. Pada gambar 3 memperlihatkan skema ruangan serta penempatan titik-titik pengukuran pada masing-masing ruangan kelas : Gambar 1. Titik Ruangan Pengukuran suhu yang akan dilakukan pada ruang kelas A, B dan C pada lantai 2 dan 4 yang sudah di tentukan akan di tandai titik pengukurannya. Setiap 4

kelas memiliki 5 titik pengukuran, 2 titik pada bagian dekat jendela sebelah kanan, 2 titik pada bagian jendela sebelah kiri dan 1 titik pada bagian tengah. v v Gambar 2. Skema Titik Pengukuran pada Ruang Kelas A v v Gambar 3. Skema Titik Pengukuran pada Ruang Kelas B v v Ket : v = Bukaan / Ventilasi. Gambar 4. Skema Titik Pengukuran Ruang Kelas C Metode pengumpulan data dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dengan melakukan pengukuran dan pengamatan langsung di ruang kelas SMP N 206 sehingga didapatkan data primer.penelitian pengaruh bukaan pada bangunan SMP N 206 terhadap kenyamanan termal para siswa dilakukan di dalam ruangan yang sudah di tentukan dimana ruangan tersebut hanya mengandalkan bukaan alami sebagai pendingin ruangan. dilakukan pengukuran faktor yang berpengaruh fakor yang berpengaruh 5

terhadap kenyamanan termal: suhu udara (T a ), kecepatan udara (V a ), dan kelembaban udara (RH) didalam ruang kelas. Teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan terperinci mengenai objek permasalahan yang bersangkutan, yaitu para siswa yang berada di ruangan kelas. Data yang dikumpulkan dengan metode kuesioner yaitu data sensasi termal yang dirasakan oleh siswa yang berada dalam ruangan. Sensansi termal tersebut menggunakan Skala Sensasi Termal dari ISO 7730-94 yang terdiri atas 7 gradasi: cold/dingin sekali (-3), cool/dingin (-2), slightly cool/agak dingin/sejuk (-1), neutral/sedang/nyaman (0), slightly warm/hangat (+1), hot/panas (+2) dan too hot/panas sekali (+3). Metode tidak langsung adalah dengan mengumpulkan data dari pihak yang telah melakukan pengukuran dan pengamatan sebelumnya, data tersebut disebut data sekunder. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan metode statistik yang dibuat secara grafik. Data primer di tabulasi dan digambarkan secara grafik. Data yang di grafikkan tersebut pengukuran fakor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal: suhu udara (T a ), kecepatan udara (Va), kelembaban udara (RH) dan jumlah siswa yang ada didalam ruangan kelas. Sebagai instrumentasi pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut: o o o o o o Termometer ruangan yang berfungsi untuk mengukur suhu ruangan dengan perbedaan ketinggian Thermo-Hygrometer yang berfungsi untuk mengukur kelembaban relatif udara dan temperatur udara di dalam ruangan. Anemometer yang berfungsi untuk mengukur kecepatan angin Kuesioner pribadi (personal questionnairre) yang digunakan untuk mendapatkan informasi pribadi resonden dan psikologi termal responden. Meteran yang berfungsi mengukur luasan bukaan di bangunan ini. Daftar pengukuran penilitan yang digunakan untuk mencatat hasil setiap pengukuran. 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pengukuran didapat hasil sebagai berikut : Gambar 12. Grafik Suhu R. Kelas dan Koridor Lantai 4 Secara umum dari pergerakan suhu udara diatas pada ruang kelas A, B dan C, lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di luar ruangan (koridor). Mulai pagi hari suhu ruang kelas A dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 mengalami kenaikan dari 28,58 C naik mencapai 32 C dengan rata-rata kenaikan suhu sebesar 0,68 C, kelas B mengalami kenaikan dari 28,98 C naik mencapai 32,36 C dengan rata-rata kenaikan suhu perjam sebesar 0,68 C, kelas C mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari pukul 08.00 sampai pukul 09.00 dengan kenaikan suhu dari 29,38 C mencapai 30,66 C dengan rata rata kenaikan suhu perjamnya dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 sebesar 0,74, sedangkan koridor mengalami kenaikan dari 27,4 C naik mencapai 30,2 C dengan rata rata kenaikan suhu perjamnya sebesar 0,56 C. Dengan berjalannya waktu suhu udara di dalam ruang kelas dan koridor semakin siang maka suhu udara didalam ruangan semakin naik. Gambar 13. Grafik Kelembaban R. Kelas dan Koridor Lantai 4 Secara umum dari grafik kelembaban diatas pada ruang kelas A, B dan C, lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban di luar ruangan (koridor). Mulai pagi hari kelembaban ruang kelas A dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 mengalami penurunan dari 70,2 % turun mencapai 61,8 % dengan rata-rata penurunan kelembaban sebesar - 1,68 %, kelas B mengalami penurunan dari 68,8 % turun mencapai 62,2 % dengan ratarata penurunan kelembaban sebesar -1,32 %, kelas C mengalami penurunan dari 68,6 % turun mencapai 62,4 % dengan rata-rata penurunan kelembaban sebesar -1,24 %, sedangkan koridor mengalami penurunan dari 78 % turun mencapai 67 % dengan rata rata penurunan kelembaban sebesar 2,2 %. Dengan berjalannya waktu kelembaban di dalam ruang kelas dan koridor semakin siang maka kelembaban didalam ruangan semakin turun disebabkan semakin tingginya radiasi kenaikan suhu. 7

Gambar 14. Grafik Kecepatan Angin R. Kelas dan Koridor Lantai 4 Secara umum dari grafik kecepatan angin diatas pada ruang kelas A, B dan C, lebih rendah dibandingkan dengan di luar ruangan (koridor). Mulai pagi hari kecepatan angin ruang kelas A dan B dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 mengalami sedikit kenaikan dari 0,14 m/s naik mencapai 0,24 m/s dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,02 m/s, kelas C mengalami kenaikan dari 0,14 m/s naik mencapai 0,26 m/s dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,024 m/s. Dengan berjalannya waktu kecepatan angin di dalam ruang kelas dan koridor semakin siang semakin naik. Gambar 15. Grafik Suhu R. Kelas dan Koridor Lantai 2 Secara umum dari pergerakan suhu udara diatas pada ruang kelas A, B dan C, lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di luar ruangan (koridor). Mulai pagi hari suhu ruang kelas A dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 mengalami kenaikan dari 28,4 C naik mencapai 30,84 C dengan rata-rata kenaikan suhu sebesar 0,48 C, kelas B mengalami kenaikan dari 28,28 C naik mencapai 31,04 C dengan rata-rata kenaikan suhu sebesar 0,55 C, kelas C mengalami kenaikan dari 28,4 C naik mencapai 31,12 C dengan ratarata kenaikan suhu sebesar 0,54 C,sedangkan koridor mengalami kenaikan dari 27,2 C naik mencapai 29,6 C dengan rata rata kenaikan suhu perjamnya sebesar 0,48 C. Dengan berjalannya waktu suhu udara di dalam ruang kelas dan koridor semakin siang maka suhu udara didalam ruangan semakin naik. 8

Gambar 16. Grafik Kelembaban R. Kelas dan Koridor Lantai 2 Secara umum dari grafik kelembaban diatas pada ruang kelas A, B dan C, lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban di luar ruangan (koridor). Mulai pagi hari kelembaban ruang kelas A dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 mengalami penurunan dari 70,6 % turun mencapai 63,6 % dengan rata-rata penurunan kelembaban sebesar -1,4 %, kelas B mengalami penurunan dari 70 % turun mencapai 63 % dengan rata-rata penurunan kelembaban sebesar -1,4 %, kelas C mengalami penurunan dari 69,8 % turun mencapai 63,4 % dengan rata-rata penurunan kelembaban sebesar -1,28 %, sedangkan koridor mengalami penurunan dari 76 % turun mencapai 66 % dengan rata rata penurunan kelembaban sebesar 2 %. Dengan berjalannya waktu kelembaban di dalam ruang kelas dan koridor semakin siang maka kelembaban didalam ruangan semakin turun disebabkan semakin tingginya radiasi kenaikan suhu. Gambar 17. Grafik Kecepatan Angin R. Kelas dan Koridor Lantai 2 Secara umum dari grafik kecepatan angin diatas pada ruang kelas A, B dan C, lebih rendah dibandingkan dengan di luar ruangan (koridor). Mulai pagi hari kecepatan angin ruang kelas A dari pukul 07.00 sampai pukul 09.00 mengalami sedikit penurunan dari 0,2 m/s turun mencapai 0,12 m/s kemudian dari jam 09.00 ke jam 10.00 kecepatan angin naik mencapai 0,24 m/s dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,02 m/s, kelas B mengalami kenaikan dari 0,14 m/s naik mencapai 0,28 m/s dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,028 m/s, kelas C mengalami kenaikan dari 0,14 m/s naik mencapai 0,24 m/s dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,02 m/s. Dengan berjalannya waktu kecepatan angin di dalam ruang kelas dan koridor semakin siang semakin naik. 9

Gambar 5. Hasil Pengukuran Sensasi Termal Berdasarkan Kuesioner Dalam penelitian ini melibatkan siswa sebagai responden dengan jumlah 64 orang, terdiri dari 36 laki-laki dan 28 perempuan dengan menggunakan seragam yang sama. 3.1 HASIL RATA-RATA PERHITUNGAN PMV DAN PPD Tabel 1. Nilai Insulasi Pakaian Individu Laki-laki Perempuan Men's briefs 0,04 Panties 0,03 T-shirt 0,08 Half slip 0,14 Long sleeve 0,17 T-shirt 0,08 Straigth trousers (thin) 0,15 Long sleeve 0,34 Socks 0,03 Skirt 0,14 Shoes 0,1 Scraft 0,03 Socks 0,03 Shoes 0,1 Clo 0,57 Clo 0,89 Tabel 2. Hari ke 1, Hasil Perhitungan Va, PMV dan PPD pada R.Kkelas Lantai 4. Va, PMV dan PPD pada Lantai 4 Pengukuran 1 Va PMV PPD % 0,18 1,5 50,3 0,19 1,71 61,14 0,18 1,8 65,4 Kelas A Kelas B Kelas C 0,18 1,67 59 10

Tabel 3. Hari ke 1, Hasil Perhitungan Va, PMV dan PPD pada R. Kelas Lantai 2. Va, PMV dan PPD pada Lantai 2 Pengukuran 1 Va PMV PPD % 0,2 1,25 37,16 0,2 1,2 44,66 0,2 1,55 54,6 Kelas A Kelas B Kelas C 0,2 1,3 45,5 Tabel 4. Hari ke 2, Hasil Perhitungan Va, PMV dan PPD R. Kelas Lantai 4. Va, PMV dan PPD pada Lantai 4 Pengukuran 1 Va PMV PPD % 0,17 1,2 36,5 0,18 1,04 28,61 0,2 1 27,56 Kelas A Kelas B Kelas C 0,18 1,08 30,89 Tabel 5. Hari ke 2, Hasil Perhitungan Va, PMV dan PPD R. Kelas Lantai 2. Va, PMV dan PPD pada Lantai 2 Pengukuran 1 Va PMV PPD % 0,21 1,03 28,78 0,2 1,05 29,71 0,2 1,07 30,14 Kelas A Kelas B Kelas C 0,2 1,05 29,5 4 KESIMPULAN Bedasarkan paparan hasil analisa di bab sebelumnya, maka dapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : Kelas yang memiliki rata-rata suhu tertinggi pada lantai 4 dalam penelitian di SMP N 206 jakarta barat ini dimiliki oleh kelas 8.4 (B) dengan besaran rata-rata suhu dari jam 07.00 sebesar 28,98 C sampai dengan jam 12.00 sebesar 32,36 C. Kelas yang memiliki rata-rata suhu tertinggi pada lantai 2 dalam penelitian di SMPN 206 jakarta barat ini dimiliki oleh kelas 6.2 (C) dengan besaran rata-rata suhu dari jam 07.00 sebesar 28,4 C sampai dengan jam 12.00 sebesar 31,12 C. 11

Kelas yang memiliki rata-rata suhu terendah pada lantai 4 dalam penelitian di SMP N 206 jakarta barat ini dimiliki oleh kelas 8.7 (A) dengan besaran rata-rata suhu dari jam 07.00 sebesar 28,58 C sampai dengan jam 12.00 sebesar 32 C. Kelas yang memiliki rata-rata suhu terendah pada lantai 2 dalam penelitian di SMP N 206 jakarta barat ini dimiliki oleh kelas 6.7 (A) dengan besaran rata-rata suhu dari jam 07.00 sebesar 28,4 C sampai dengan jam 12.00 sebesar 30,84 C. Berdasarkan hal itu maka diketahui : Dua puluh satu responden (32,8%) menyatakan pilihan diatas sensasi netral (hangat, panas, panas sekali), sementara dua puluh responden (31,25%) menyatakan pilihan dibawah sensasi netral (sejuk, dingin, dingin sekali). Dua puluh tiga responden (36%) menyatakan netral (nyaman). Menurut standar kenyamanan di indonesia, 26,4ºC ± 2ºC Ta atau 26,7ºC ± 2ºC To Atau disederhanakan 26,5ºC ± 2ºC Ta/To. 5 SARAN DAN REKOMENDASI Dari kesimpulan dan penelitian sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan saran bagi pihak sekolah sebgai berikut : Penambahan penyejuk udara yang berupa kipas angin dan penggunaan alat tambahan shading device (ke re atau tirai) untuk kelas 8.4 (B) yang memiliki suhu tertinggi di lantai 4. Mengubah fungsi jendela yang tadinya pasif menjadi aktif agar udara diluar dapat masuk secara optimal. 12

6 DAFTAR PUSTAKA 1. ASHRAE, Handbook of Fundamental Chapter 8 Physiological Principles,Comfort, and Health ASHRAE, USA,1989. 2. M. Surya, Psikologi Pendidikan, Bandung: Jurusan PPB FIP IKIP, 1979. 3. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. 4. H. Frick, Ilmu Fisika Bangunan, Seri Konstruksi Arsitektur 8. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008. 5. Fanger, P.O., Thermal Comfort Analysis and Applications in Environmental Engineering, Danish Technical Press, Copenhagen, 1970. 6. Satwiko, P. 2008. Fisika Bangunan,Andi : Yogyakarta. 7. ANSI/ASHRAE 55-1992, ASHRAE Standard Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy, ASHRAE, 1981, USA 8. Wong, N.H, Khoo, S.S. Thermal comfort in classrooms in the tropics. National University of Singapore. Singapore. 2002. 9. Hoppe, P., Thermal Comfort: Analysis and Application in Environmental Engineering, Danish Technical Press, Copenhagen. 1988. 10. McIntyre, D.A., Indoor Climate, Applied Science, UK.1980. 11. ASHRAE Handbook of Fundamental, Chapter 8: Physiological Principles, Comfort, and Health, ASHRAE, USA. 1989. 12. Swedish Council for Building Research, Building and Health: Indoor Climate and Effective Energy Use, Stockholm, Sweden. 1991. 13. Humphreys, MA, and Nicol, J.F., An Investigation Into Thermal Comfort of Office Workers, Journal of the Institution of Heating an Ventilation Engineers, vol. 38, pp. 181-189. 1970. 14. Givoni, Man, Climate and Architecture, 2nd ed., Applied Science Publishers Ltd., London. 1976. 15. Mom, C.P. et al., The Application of the Effective Temperature Scheme to the Comfort Zone in the Netherlands Indies (Indonesia), Chronica Naturae, vol. 103, 1947. 13