BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yaitu kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak (child abuse) adalah tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual. Batasan usia anak menurut konvensi PBB adalah sejak lahir sampai 18 tahun (Sugiarno, 2002). Karena banyak kasus yang tidak terungkap, anak merasa bahwa hak orang tua untuk melakukan tindakan itu pada mereka. Mereka juga takut akan hukuman yang lebih berat lagi jika mereka membantah atau menceritakan hal tersebut kepada orang lain (Bernard, 2008). Jumlah angka kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data kasus penerimaan pengaduan perlindungan anak tercatat pada tahun 2005 telah terjadi penganiayaan pada anak berupa kekerasan fisik 20,75 %, kekerasan seksual 12,76 %, kekerasan psikis 11,70 %, penelantaran ekonomi 14,37 %. Tahun 2006 telah terjadi penganiayaan pada anak berupa kekerasan fisik 26,98 %, kekerasan seksual 10,42 %, kekerasan psikis 13,43 %, dan penelantaran ekonomi 17,54 %, pada tahun 2007 telah terjadi penganiayaan pada anak berupa kekerasan fisik 22,34 %, kekerasan seksual 4,55 %, kekerasan psikis 19,09 %, penelantaran ekonomi 17,53 % (KPAI, 2007). Tahun 2011 1
2 dilaporkan dari bulan Januari hingga April, jumlah korban kekerasan anak sudah mencapai 435 jiwa (KPAI, 2011). Kasus kekerasan terhadap anak tahun 2011 bermacam macam jenis, seperti : kekerasan fisik, psikis, seksual, eksploitasi, dan penelantaran. Selama tahun 2011 antara Januari dan Juni 2011, jumlah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan yang dilaporkan di Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah mengalami kejadian luar biasa (KLB). Kasus kekerasan terhadap anak yaitu pada tahun 2011 meningkat menjadi 78,5%. Selama tahun 2010 korban kasus kekerasan anak sebanyak 481 orang, sedangkan di tahun 2011 meningkat menjadi sebanyak 859 orang (Roffiudin, 2012) Laporan tim koordinasi penanganan korban tindak kekerasan anak di Jepara tahun 2010 terjadi 66 kasus kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan anak. Tahun 2011, berdasar data yang diperoleh tim dari Polres Jepara telah terjadi kasus kekerasan fisik 18%, seksual 35%, penelantaran, ekonomi dan aniaya 5%. Tahun 2012 angka tersebut meningkat kekerasan fisik 20%, seksual 18%, penelantaran, ekonomi dan aniaya 21% (Sulkhan, 2013). Tindakan kekerasan tersebut dapat menimbulkan dampak baik fisik maupun psikologis. Dampak fisik seperti perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, anak menderita patah tulang, lebam, sampai cacat permanen. Dampak secara psikologis anak bisa menderita ketakutan, kemarahan, sedih, merasa bersalah, malu, bingung, hilangnya percaya diri dan atau penderitaan psikis berat bahkan berontak pada seorang anak, serta penghindaran terhadap lingkungan sosial (Santrock, 2007). Akibat dari dampak tersebut, maka kemungkinan akan muncul perilaku agresif pada anak. Anak yang mengalami tindakan kekerasan, selanjutnya akan cenderung menjadi pelaku tindakan kekerasan terhadap orang lain (Soetjiningsih, 2007). Hukuman fisik dan verbal yang sering diterima subjek membuat subjek menjadi anak yang cenderung agresif,
3 suka berkelahi, memukul, menendang, suka mencari masalah, dan membalas dendam terhadap perlakuan teman-temannya (Risviyanto, 2002). Berdasarkan wawancara dengan beberapa warga sekitar, kepala sekolah SD Pelemkerep 02, hampir 50% dari 50 siswa, dididik dengan menggunakan kekerasan di dalam keluarga. Bentuk kekerasan yang dilakukan pada anak yaitu memukul dengan sapu, kursi, gasper, mencubit, menakuti dengan kata kata, mengancam, bahkan mencaci maki anak tersebut dengan kata kata kasar. Berdasarkan fenomena di atas perlu di teliti Gambaran Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga Pada Anak Usia Sekolah di SD Pelemkerep 02 Mayong Jepara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada anak yang tinggi. Maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimanakah Gambaran perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada anak usia sekolah di SD Pelemkerep 02 Mayong Jepara C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada anak usia sekolah di SD Pelemkerep 02 Mayong 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan tentang perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada anak usia sekolah SD Pelemkerep 02 Mayong b. Mendeskripsikan jenis dan bentuk perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada anak usia sekolah SD Pelemkerep 02 Mayong
4 c. Mendeskripsikan faktor penyebab perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada anak usia sekolah SD Pelemkerep 02 Mayong d. Mendeskripsikan akibat perilaku kekerasan dalam rumah tangga pada anak usia sekolah dalam rumah tangga SD Pelemkerep 02 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi perawat atau tenaga kesehatan lainnya Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan oleh tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya sebagai bentuk gambaran dan sebagai upaya pencegahan pada anak yang mengalami perilaku kekerasan, dan dapat digunakan sebagai gambaran bagi orang tua dalam membimbing anak usia sekolah dasar. 2. Bagi Universitas Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang perilaku kekerasan pada anak sebagai program pengembangan kurikulum keperawatan jiwa dan keperawatan anak. 3. Bagi peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat selama dalam proses belajar karena akan menambah pengetahuan peneliti menjadi luas, disamping itu untuk mengetahui perpaduan antara teori pendidikan dalam kejiwaan dengan keadaan yang ada dilapangan E. Bidang Ilmu Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan jiwa dan keperawatan anak.
5 F. Keaslian Penelitian No Nama /tahun Variabel yang 1 Mentari, A., & Santoso, A. (2011) 2 Risviyanto, N., & Zulkaida, A. diteliti Persepsi, Kekerasan verbal, Anak Perilaku Agresif, Anak, Child Abuse. Desain Kualitatif dengan purposive sampling kualitatif dengan studi kasus Hasil Hasil dua dari empat partisipan mengatakan kekerasan verbal adalah kata-kata yang tidak selayaknya diucapkan. Semua partisipan mengerti bahwa tindakan secara verbal dapat menjadi perilaku kekerasan. Orang tua masih melakukan kekerasan verbal pada anak meskipun mereka mengerti tentang kekerasan verbal. Orang tua berpendapat bahwa dampak dari kekerasan verbal tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan kekerasan fisik. hasil observasi dan wawancara, subjek cenderung memiliki emosional verbal yang kurang baik, subjek sering terlibat dalam pertengkaran, serta sering mencaci maki, mencemooh, berkatakata dengan kalimat yang kasar dan menertawakan temantemannya. Hukuman fisik dan verbal yang sering diterima subjek membuat subjek menjadi anak yang cenderung agresif, suka berkelahi, memukul, menendang, suka mencari masalah, dan membalas dendam terhadap perlakuan teman-temannya.
6 No Nama/ Tahun Variabel yang diteliti Desain Hasil 3 Puspitawati H., Djamaludin, MD., & Nursanti, H. Kekerasan, kondisi keluarga, dan kesejahteraan keluarga pada anak korban kekerasan 4 Fauziah, D. Perlindungan anak korban kekerasan dalam keluarga Deskriptif dengan korelasi spearman Kualitatif Dengan observasi Tabel 1. 1 Keaslian penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan kekerasan anak meliputi pendididkan ayah, status pekerjaan ayah, besar keluarga, hubungan orang tua dan dukungan sosial. Hasil dari penelitian menunjukan faktor terjadinya kekerasan adalah faktor ekonomi berupa kemiskinan, faktor pendidikan yaitu kurang pengetahuan, faktor sosial, faktor budaya, faktor dari anak itu sendiri Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu : Variabel : Perilaku kekerasan, anak usia sekolah Sasaran : siswa siswi SD Pelemkerep 02 Metode : Kualitatif dengan in depth interview