BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, faktor pembangunan anak juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak sangat bergantung pada kasih sayang dan perhatian yang diberikan terhadap diri anak tersebut (Suherman, 2000). Tumbuh kembang optimal dapat tercapai apabila ada interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan orang tua sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sejak dini (Soetjiningsih, 1995). Dalam pemantauan perkembangan anak ada empat aspek yang dapat dinilai, yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial (Hartanto, 2006). Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak (Soetjiningsih, 1995). Kemampuan bahasa anak harus ditingkatkan dengan menjaga hubungan sehat antara orang tua dengan anak. Hubungan yang sehat (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tua), memfasilitasi perkembangan anak 1
2 yang optimal sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam perkembangan bahasanya (Yusuf, 2004). Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak sebagian besar berasal dari keluarga. Pada dasarnya keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak (Yusuf, 2004). Peranan penting orang tua salah satunya adalah mengasuh anak. Pola asuh orang tua merupakan orang tua untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya (Soekirman, 2000). Berdasarkan hasil penelitian Djoko Subinarto (2004) menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya kerap mengajaknya bicara saat mereka bayi ternyata memiliki tingkat IQ yang jauh lebih tinggi. Disamping itu, kosakata mereka juga jauh lebih kaya dibanding dengan anak-anak yang jarang sekali mendapatkan stimulasi verbal sewaktu mereka masih bayi. Kualitas perkembangan bahasa pada anak sangat tergantung pada perilaku orang tua. Orang tua yang bersifat santai, penuh keyakinan akan dirinya sendiri dan berwatak gembira, ia akan bercakap-cakap dengan bayinya, sementara mengurus bayinya sehingga secara otomatis bayi telah mendapatkan rangsangan dari orang tua. Sebaliknya kalau sang ibu bersifat tegang dan tidak yakin akan dirinya sendiri ia akan berdiam diri sehingga bayinya tidak menerima rangsangan apa-apa. Apabila anggota keluarga
3 merupakan otoritarian yang mempertahankan disiplin dengan ketat, bayi akan gelisah dan tidak ingin bercakap-cakap (Ebrahim, 2005). Rata-rata, bayi-bayi memahami 50 kata pada usia 13 bulan, tetapi mereka tidak dapat mengatakan kata-kata sebanyak itu sampai usia kira-kira 18 bulan. Kosakata lisan bayi meningkat pesat semenjak kata pertama telah diucapkan. Pada usia 18 bulan bayi dapat mengucapkan 50 kata, tetapi pada usia 2 tahun bayi telah dapat mengucapkan 200 kata. Peningkatan jumlah kosakata yang cepat ini, yang dimulai pada usia kira-kira 18 bulan, disebut ledakan kosakata (covabulary spurt). Sebagaimana pewaktuan (timing) munculnya kata-kata pertama anak dapat bervariasi, pewaktuan ledakan kosakata juga bervariasi. Rata-rata, anak-anak ini mengatakan kata pertama mereka pada usia 13 bulan dan memiliki ledakan kosakata pada us ia 19 bulan. Akan tetapi, usia saat munculnya kata pertama bervariasi antara 10 hingga 17 bulan sedangkan usia munculnya ledakan kosakata bervariasi anrara usia 13 hingga 25 bulan. Anak umur 2-4 tahun adalah penerima bahasa ibu yang baik. Dapat saja terjadi kesalahan artikulasi, tetapi ucapannya cukup dapat dimengerti dan telah menguasai dasar sintaks, fonetik dan semantik. Hal ini bisa dipengaruhi dari orang tua terhadap balita, sehingga menyebabkan keterlambatan berbicara (Santrock, 2007). Berdasarkan data kependudukan Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan pada bulan Maret 2010 terdapat 112 anak usia balita, diantaranya 58 anak usia 2 4 tahun. Penelitian ini peneliti mengambil sampel anak usia 2-4 tahun karena anak usia tersebut
4 sudah bisa dimengerti bahasanya. Selain itu, diantara usia balita yang terbanyak di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan adalah usia 2-4 tahun. Hasil survey awal dan wawancara kepada sepuluh ibu yang memiliki anak usia 2-4 tahun di Dusun Mrayun dan berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, diperoleh informasi ada enam anak (60%) mengalami keterlambatan berbicara. Diantara anak tersebut terdapat anak usia 3 tahun yang belum dapat menggunakan empat sampai lima kata dalam kalimat, anak yang belum dapat merangkai kalimat sederhana, serta anak yang belum dapat menunjukkan tiga bagian tubuh. Dari hasil wawancara, ada seorang ibu yang mengakui membiarkan perkembangan bahasa anak berjalan begitu saja. Ibu tersebut sering kesal jika anak banyak bertanya, karena ibu menganggap pertanyaan anak tidak masuk akal dan merasa pekerjaan terganggu, sehingga tidak perlu dijawab atau mengajak anak berbicara lebih jauh lagi. Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang Hubungan orang tua dengan perkembangan bahasa pada anak usia 2-4 tahun di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Adakah Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
5 Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia 2-4 Tahun Di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan orang tua dengan perkembangan bahasa pada anak usia 2-4 tahun di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui orang tua di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. b. Mengetahui perkembangan bahasa pada anak usia 2-4 tahun di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. c. Menganalisis hubungan orang tua dengan perkembangan bahasa pada anak usia 2-4 tahun di Dusun Mrayun Desa Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya perkembangan anak.
6 2. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan khususnya konseling dan peran dalam memantau perkembangan anak. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya orang tua untuk memperhatikan perkembangan anak mereka. 4. Bagi Penelitian Hasil penelitian ini dapat sebagai data pendukung pada penelitian berikutnya
7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Penelitian 1 Hubungan orang tua dengan motorik anak usia prasekolah 2 Hubungan dan tingkat pendiidikan orang tua terhadap sosialisasi anak prasekolah Nama Noviana Rahma Wulansari Novi Suprihatin Tahun dan tempat penelitian Tahun 2009 di Desa Plangitan Kecamatan Pati Kabupaten Pati Tahun 2008 di TK Kartini KecamatanMij en Kabupaten Demak Rancangan Penelitian Jenis penelitian Deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional Jenis penelitian Diskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional Variabel Penelitian Variabel independen pola asuh variabel dependen motorik anak Variabel independen pola asuh dan tingkat pendidikan variabel dependen sosialisasi anak Hasil Dari 42 anak usia prasekolah yang diteliti 50,0% mendapatkan demokratis dari orang tua mereka 31,0% lainnya mendapatkan otoriter dan 19,0% mendapatkan permisif. Dari 60 responden 41 responden (63,8%) orang tua mempunyai demokratis. Pendidikan orang tua PT sebanyak 20 responden (33,3%). Diketahui sebagian besar anak (75,0%) mempunyai sosialisasi baik 3 Hubungan orang tua dengan sosialisasi anak prasekolah Siti Daimatul Munawaroh Tahun 2009, di TK Pertiwi Mliwis Cepogo Boyolali Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional Variabel independen pola asuh orang tua variabel dependen sosialisasi anak Pola asuh orang tua terbesar adalah demokratis sebanyak 71,7% responden bersosialisasi anak yang terbesar sebanyak 43,3% responden. Ada hubungan antara orang
8 tua dengan bersosialisasi anak di TK Mliwis 1 Cepogo Boyolali dengan Chi Square sebesar 26,600 dan p=0,000 Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan antara lain, tahun dan tempat penelitian. Selanjutnya rancangan penelitian yang digunakan peneliti pertama, kedua dan ketiga menggunakan metode deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian Peneliti yang pertama menggunakan dua variabel yaitu orang tua dengan motorik anak. Peneliti kedua menggunakan tiga variabel yaitu orang tua, tingkat pendidikan dengan sosialisasi anak. Peneliti ketiga menggunakan dua variabel yaitu orang tua dengan sosialisasi anak. Penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yaitu orang tua dengan perkembangan bahasa pada anak. Dengan rancangan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian sebagian besar pola asuh orang tua di Dusun Mrayun sebagian besar bisa diandalkan sebanyak 23 orang (36,5%). Perkembangan bahasa anak di Dusun Mrayun sebagian besar normal sebanyak 37 anak (58,7%). Ada hubungan antara orang tua dengan perkembangan bahasa anak di Dusun Mrayun dengan perhitungan Pearson Chi Square sebesar dengan p = 0,006 (nilai probabilitas (p) < α (0,05)).