Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER 4.1. DESAIN JEMBATAN/JALAN LAYANG Sistem jembatan/jalan layang direncanakan berdasarkan kriteria sebagai berikut : Estimasi biaya konstruksi ekonomis. Kemudahan pelaksanaan. Kenyamanan. Estetika struktur. Suatu penampang melintang jalan layang yang normal harus sesuai dengan kriteria perencanaan geometrik yang diberikan, meliputi : Lebar jalan kendaraan. Lebar jalan layang. Tinggi ruang bebas jalan layang. a. Standar beban Pada umumnya beban rencana jalan layang sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : Untuk perencanaan jalan layang sementara diijinkan 50 % pembebanan. Untuk jalan layang yang harus berhubungan dengan beban kendaraan berat, perencanaan harus didasarkan kepada 100 % beban. Apabila jalan layang pada jalan yang direncanakan menjadi jalan propinsi, perencanaan akan didasarkan kepada 100 % pembebanan. Pembebanan rencana jalan layang kabupaten mengacu kepada 70 % beban. Laporan Akhir Bab 4-1
b. Spesifikasi pembebanan Klasifikasi pembebanan : Pembebanan kelas I adalah aplikasi pembebanan sebesar 100 % beban T (beban truck) dan 100 % beban D (beban lajur). Pembebanan kelas I ini adalah untuk sebagian besar sistem jalan layang utama. Aplikasi beban D. Kejut. Beban angin. Gaya sentrifugal. Gaya thermis. Gaya gempa. Gaya rem dan traksi. Gaya tumbukan. c. Bahan dan kekuatan Bagian ini mengkonfirmasi kekuatan dari bahan-bahan utama yang dipergunakan untuk perencanaan struktur. Acuannya adalah referensi terakhir dari spesifikasi atau metoda test AASHTO, ASTM dan JIS. Baja struktur. Beton. Baja tulangan. Baja prategang. d. Alinyemen jalan layang Garis sumbu jalan layang dan jalan harus disatukan (diintegrasikan) dengan baik. Bilamana memungkinkan alinyemen horisontal jalan layang harus mengikuti jalan, tetapi harus pada alinyemen lurus dan tegak lurus pada arah arus, kecuali apabila hasil penyatuan ini menimbulkan jalan pendekat yang berbahaya ke jembatan jalan layang. Laporan Akhir Bab 4-2
Jalan layang tidak boleh diletakkan didasar suatu lengkung cekung (sag curve) atau dipuncak suatu lengkung cembung (crest curve). e. Persyaratan lingkungan Sistem jalan layang yang direncanakan, estetikanya harus harmonis dengan lingkungan sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari bawah. Standarisasi jalan layang juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih baik. f. Pemilihan jenis bangunan atas jembatan jalan layang Bentang maksimum bangunan atas jalan layang tergantung pada jenis konstruksi yang akan dipilih. Bila panjang keseluruhan jalan layang memerlukan lebih dari satu bentang untuk suatu jenis konstruksi maka diperlukan satu pilar atau lebih. Pada dasarnya jenis bangunan atas jalan layang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Balok beton bertulang dan pelat : bentang 9 20 m. Balok beton pratekan dan pelat : bentang sampai 35 m. Balok baja dan pelat beton : bentang : 4 20 m. Pelat (slab) : bentang sampai 6 m. Culvert : bentang sampai 6 m. Box girder : bentang sampai 60 m. Rangka (trusses) : bentang 30 60 m. g. Pemilihan jenis bangunan bawah jembatan jalan layang Bangunan bawah jalan layang terdiri dari : Kepala jalan layang : kepala jalan layang dinding penahan, tumpuan penahan tanah sebagian (Spill through abutment). Pilar : kolom tunggal, pilar rangka, pilar dinding, pilar gravitasi. Tumpuan (perletakan). Laporan Akhir Bab 4-3
h. Pemilihan jenis pondasi Pemilihan konstruksi pondasi dipengaruhi oleh : Gaya-gaya dari konstruksi jembatan jalan layang. Kapasitas daya dukung tanah. Stabilitas tanah yang mendukung pondasi. Tersedianya alat transportasi, kemungkinan adanya bahan pondasi dan pelaksanaannya. Jenis pondasi : Pondasi dangkal (Pondasi langsung/spread foundation ) Pondasi dalam : pondasi sumuran, pondasi tiang pancang beton atau baja. 4.2. BENTUK-BENTUK SIMPANG TAK SEBIDANG Persilangan seringkali merupakan bottle neck (bagian yang mempunyai kapasitas terkecil), sehingga kapasitas suatu jaringan jalan sering ditentukan oleh kapasitas persilangan. Oleh karena itu, pada arus lalulintas yang sangat tinggi, persilangan dibuat tidak sebidang guna meningkatkan kapasitasnya. Bentuk-bentuk persilangan tidak sebidang adalah sebagai berikut ini. Pertigaan Bentuk yang biasa dipakai untuk pertigaan tak sebidang adalah bentuk terompet, seperti gambar di bawah ini. Laporan Akhir Bab 4-4
Gambar 4. 1. Persilangan Tidak Sebidang Bentuk Terompet (a) Gambar 4. 2. Persilangan Tidak Sebidang Bentuk Terompet (b) Bentuk-bentuk yang lain adalah seperti di bawah ini. Laporan Akhir Bab 4-5
Gambar 4. 3. Persilangan Tidak Sebidang Bentuk Lain Jika pertigaan tersebut di masa mendatang akan dikembangkan menjadi perempatan, maka bentuknya dapat berupa gambar di bawah. Gambar 4. 4. Pengembangan Menjadi Simpang Empat Perempatan Bentuk-bentuk perempatan tak sebidang adalah sebagai berikut ini. Jika arus menerus cukup besar, sedangkan arus belok hanya kecil : bentuk diamond. Laporan Akhir Bab 4-6
Gambar 4. 5. Persilangan Tak Sebidang Bentuk Diamond Jika satu ruas jalan dengan arus besar, sedang ruas jalan lain dengan arus yang relatif kecil : bentuk bundaran. Gambar 4. 6. Persilangan Tak Sebidang Bentuk Bundaran Laporan Akhir Bab 4-7
Jika arus lalulintas untuk ke semua arah seimbang : bentuk semanggi. Gambar 4. 7. Persilangan Tak Sebidang Bentuk Semanggi Jika ada arus lalulintas yang berbelok dengan volume yang sangat besar : jembatan semanggi yang dimodifikasi. Gambar 4. 8. Persilangan Tak Sebidang Bentuk Semanggi yang Dimodifikasi Laporan Akhir Bab 4-8
Studi Kelayakan Fly Over Jalan Arteri Utara Timur (Paket-7) 4.3. PENERAPAN BENTUK SIMPANG TAK SEBIDANG Penerapan bentuk simpang tak sebidang ini dilakukan pada simpang rencana yaitu : Simpang Gejayan, Simpang Kentungan, Simpang Monjali dan Simpang Jombor. Pada keempat simpang tersebut direncanakan penerapan simpang tak sebidang tipe semanggi. Desain rencana dibuat dalam dua kategori yaitu desain untuk perencanaan jalan luar kota dengan kecepatan rencana 60 km/jam dan jari-jari tikungan mencapai 120 meter. Sedang perencanaan untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rencana 40 km/jam dan jari-jari tikungan 50 meter. 4.3.1. Simpang Gejayan a. Rencana Jalan Luar Kota Gambar 4. 9. Persilangan Tak Sebidang Jalan Luar Kota Bentuk Semanggi Simpang Gejayan Penerapan bentuk simpang tak sebidang bentuk semanggi di Simpang Gejayan sulit direalisasikan karena bentuk simpang ini akan memerlukan banyak lahan yang Laporan Akhir Bab 4-9
Studi Kelayakan Fly Over Jalan Arteri Utara Timur (Paket-7) menurut perkiraan sampai sejauh radius 870 m dari titik simpang. Sehingga keperluan lahan diperkirakan mencapai 118 hektar. Selain itu pembebasan lahan yang sangat luas ini akan dapat mengenai terminal, pertokoan, pom bensin dan rumah penduduk. Dengan perkiraan kebutuhan luas lahan yang sangat banyak dan jenis bangunan yang akan dibebaskan maka penerapan simpang bentuk ini tidak direkomendasikan. b. Rencana Jalan Perkotaan Gambar 4. 10. Persilangan Tak Sebidang Jalan Perkotaan Bentuk Semanggi Simpang Gejayan Dengan jari-jari tikungan yang lebih kecil maka keperluan lahan diperkirakan mencapai 18,59 hektar. Daerah yang terkena pembebasan lahan ini misalnya terminal, pertokoan dan rumah penduduk. Laporan Akhir Bab 4-10