PERENCANAAN JALAN LAYANG PADA JALAN AKSES BANDARA A. YANI SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN JALAN LAYANG PADA JALAN AKSES BANDARA A. YANI SEMARANG"

Transkripsi

1 LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG PADA JALAN AKSES BANDARA A. YANI SEMARANG Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata 1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Disusun Oleh : Ovik Yanuar Setyapeni LA 00 1 Punto Bangun Wicaksono LA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 007

2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG PADA JALAN AKSES BANDARA A. YANI SEMARANG Disusun oleh : Ovik Yanuar Setyapeni LA 00 1 Punto Bangun Wicaksono LA Disetujui, Semarang, Agustus 007 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Ir. Y.I. Wicaksono, MS Ir. Purwanto, MT. M Eng NIP NIP Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Ir. Bambang Pudjianto, MT NIP ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat, karunia dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A. Yani Semarang. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini banyak pihak telah membantu selama proses penyusunannya. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Bambang Pudjianto, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.. Ibu Ir. Sri Sangkawati, MS selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 3. Bapak Ir. Arif Hidayat, CES, MT selaku Koordinator Bidang Akademis Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 4. Bapak Ir. Y.I. Wicaksono, MS selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir yang telah banyak memberikan pengetahuan, arahan, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir. 5. Bapak Ir. Purwanto, MT selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir yang telah banyak memberikan ilmu, masukan, dan bimbingan serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas akhir. 6. Ibu Ir. Siti Hardiyati, SP1, MT selaku Dosen Wali ( 145 ) penulis di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 7. Seluruh Dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 8. Seluruh staf pengajaran dan perpustakaan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, nasehat, semangat, dan doa demi kelancaran Tugas Akhir ini. iii

4 10. Keluarga Besar Teknik Sipil Angkatan 00 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya. 11. Serta semua pihak yang telah membantu secara moral dan material dalam menyelesaikan Tugas akhir ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi kemajuan Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Semarang, Agustus 007 Penulis iv

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. TINJAUAN UMUM... 1 I.. LATAR BELAKANG... 1 I.3. MAKSUD DAN TUJUAN... I.4. RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH... 3 I.5. LOKASI PROYEK... 3 I.6. SISTEMATIKA PENULISAN... 4 BAB II STUDI PUSTAKA... 6 II.1. TINJAUAN UMUM... 6 II.. ASPEK LALU LINTAS... 6 II..1. Definisi Jalan... 6 II... Klasifikasi Jalan... 7 II..3. Tipe Jalan II..4. Lajur II..5. Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas II Lalu lintas harian rata-rata II..5.. Volume jam perencanaan II..6. Kendaran Rencana... 1 II..7. Arus dan Komposisi... 1 II..8. Tingkat Pelayanan II.3. ASPEK GEOMETRIK II.3.1. Aliyemen Horisontal v

6 II.3.. Aliyemen Vertikal II.4. ASPEK TANAH... 1 II.5. ASPEK PERKERASAN JALAN... II.6. ASPEK HIDROLOGI... 3 II.7. ASPEK JEMBATAN... 3 II.7.1. Klasifikasi Jembatan... 3 II.7.. Pembebanan Jembatan... 5 II.7.3. Perhitungan Struktur Atas... 9 II Pelat Lantai... 9 II Sandaran II Diafragma... 3 II Gelagar Jembatan... 3 II.7.4. Bangunan Struktur Bawah... 4 II Pilar (Pier)... 4 II Abutment... 4 II Footing (Pile Cap) II Pondasi II.8. ASPEK LALU LINTAS PESAWAT TERBANG... 5 BAB III METODOLOGI III.1. TAHAP PERSIAPAN III.. TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR III.3. PENGUMPULAN DATA II.3.1. Data Sekunder II.3.. Data Primer II.3.3. Data Penunjang III.4. ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA III.5. PEMECAHAN MASALAH BAB IV ANALISA DATA IV.1. TINJAUAN UMUM IV.. ANALISA DATA TOPOGRAFI DAN TATA GUNA LAHAN vi

7 IV.3. ANALISA DATA LALU LINTAS IV.3.1. Analisa Jumlah Lajur IV.3.. Pertumbuhan Lalu-lintas Tahun Rencana IV.3.3. Analisa Kapasitas Jalan IV.3.4. Analisa Derajat Kejenuhan... 6 IV.4. ANALISA TERHADAP LANDING DAN TAKE OFF PESAWAT... 6 IV.5. ANALISA DATA TANAH... 6 IV.5.1. Sondir IV.5.. Boring IV.6. ANALISA PERENCANAAN IV.6.1. Alternatif Pemilihan Struktur IV.6.. Analisa Pemilihan Alternatif Struktur IV.7. SPESIFIKASI JALAN LAYANG IV.8. ANALISA GEOMETRIK JALAN LAYANG IV.8.1. Alinyemen Horisontal IV.8.. Alinyemen Vertikal BAB V PERHITUNGAN KONSTRUKSI V.1. PERHITUNGAN KONSTRUKSI ATAS JALAN LAYANG V.1.1. Perhitungan Sandaran V.1.. Plat Lantai Kendaraan V.1.3. Deck Slab Precast... 8 V.1.4. Diafragma V.1.5. Balok Girder Prategang V Spesifikasi teknis V Analisa penampang balok girder V Sebelum komposit V Gelagar penampang komposit V Analisa pembebanan balok girder V Check kemampuan penampang terhadap gaya yang bekerja V Perhitungan gaya prategang vii

8 V Perencanaan tendon V Kehilangan tegangan V Kontrol tegangan V Perhitungan Lendutan V Perhitungan momen kapasitas girder prategang V Perencanaan tulangan girder V Perencanaan shear conector V Perencanaan busting steel V.1.6. Perencanaan elastomeric bearings V.1.7. Perencanaan pelat injak V.. PERHITUNGAN KONSTRUKSI BAWAH JALAN LAYANG V..1. Pilar V Pembebanan pada pilar V..1.. Penulangan pilar V... Abutment V...1. Pembebanan pada Abutment V... Penulangan abutment V...3. Perencanaan wing wall V.3. PERENCANAAN OPRIT (STRUKTUR KAKI SERIBU) V.3.1. Plat Lantai V.3.. Perhitungan Portal V.3.3. Perhitungan tulangan rangkap balok BAB VI PENUTUP viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Peta Lokasi Rencana Jalan... 4 Gambar.1 Lengkung Full Circle Gambar. Lengkung Spiral Circle Spiral Gambar.3 Lengkung Spiral Spiral Gambar.4 Lengkung Vertikal Cekung Gambar.5 Lengkung Vertikal Cembung Gambar.6 Beban D Pada Lalu lintas Jembatan... 6 Gambar.7 Beban Pada Sandaran... 7 Gambar.8 Pengelompokan Tipe Pondasi Gambar.9 Pengangkatan Tiang Pancang 1 Titik Gambar.10 Pengangkatan Tiang Pancang Titik Gambar.11 Wilayah Imaginer... 5 Gambar 5.1 Konstruksi sandaran jalan layang Gambar 5. Reaksi Perletakan Pipa Gambar 5.3 Rencana Dimensi Sandaran Gambar 5.4 Penulangan Sandaran Gambar 5.5 Rencana Lantai Kendaraan Gambar 5.6 Penyebaran Beban Roda di Tengah Plat Gambar 5.7 Rencana dimensi Plat Gambar 5.8 Penulangan Plat Lantai Kendaraan Gambar 5.9 Letak Deck Slab Precast Gambar 5.10 Dimensi Deck Slab Precast Gambar 5.11 Perletakan Beban Pada Deck Slab Precast Gambar 5.1 Penulangan Deck Slab Precast Gambar 5.13 Letak Dimensi Balok Diafragma Gambar 5.14 Rencana Penulangan Balok Diafragma Gambar 5.15 Penampang Balok Girder Gambar 5.16 Penampang Balok Girder Sebelum Komposit Gambar 5.17 Penampang Balok Girder Komposit Gambar 5.18 Perletakan Beban Berat Sendiri Balok Girder Gambar 5.19 Perletakan Beban Diafragma Terhadap Balok Girder Gambar 5.0 Perletakan Beban Plat lantai Jemb. Terhd. Balok Girder Gambar 5.1 Perletakan Akibat Beban Hidup D Terhadap Balok Girder. 104 Gambar 5. Perletakan Akibat Beban Hidup P = 1 T Terhadap Balok Girder Gambar 5.3 Diagram Garis Pengaruh Untuk Gaya Lintang ( Dx ) Gambar 5.4 Diagram Garis Pengaruh Untuk Momen (Mx) Gambar 5.5 Posisi Letak beban dan Titik Berat Beban Angin Gambar 5.6 Diagram Momen Dalam terhadap Momen Luar Gambar 5.7 Perletakan Beban Angin terhadap Balok Gambar 5.8 Kedudukan dan Tinggi Gaya Rem Berkerja Gambar 5.9 Perletakan Beban Gaya Rem terhadap Balok Girder Gambar 5.30 Daerah Aman Ti dan e Gambar 5.31 Diagram Tegangan Kondisi Awal... 1 Gambar 5.3 Diagram Tegangan Kondisi LOP ix

10 Gambar 5.33 Diagram Tegangan Kondisi Akhir Gambar 5.34 Batas Letak Tendon Gambar 5.35 Persamaan Parabola Untuk Menentukan Posisi Tendon Gambar 5.36 Posisi cgs Gambar 5.37 Posisi Tendon Gambar 5.38 Potongan Melintang Balok Gambar 5.39 Diagram Tegangan Kondisi Awal Gambar 5.40 Diagram Tegangan Kodisi Akhir Gambar 5.41 Diagram Tegangan Kondisi Beban M+H+K Gambar 5.4 Diagram Tegangan Kondisi Beban M+A Gambar 5.43 Diagram Tegangan Kondisi Beban M+H+K+A+Rm Gambar 5.44 Analisa Momen Kapasitas Prategang Gambar 5.45 Pengangkatan Girder titik Gambar 5.46 Tulangan Konvensional Girder Gambar 5.47 Jarak Penulangan Geser Gambar 5.48 Rencana shear connector Gambar 5.49 Pemasangan Studs Pada Girder dan Lantai Jembatan Gambar 5.50 Gaya Lintang Pada Setengah Bentang yang Diperhitungkan Gambar 5.51 Elastomer Bearing Gambar 5.5 Penempatan Plat Injak Gambar 5.53 Penyebaran Beban Roda Pada Plat Injak Gambar 5.54 Penulangan Plat Injak Gambar 5.55 Rencana Dimensi Pilar Gambar 5.56 Tinjauan Berat Sendiri Pilar Gambar Tinjauan bekerjanya beban mati pada tumpuan Gambar Tinjuan bekerjanya beban hidup pada tumpuan Gambar Tinjauan bekerjanya gaya rem dan traksi Gambar 5.60 Tinjauan Bekerjanya Gaya Gesek pada Tumpuan Gambar 5.61 Tinjauan Bekerjanya Gaya Gempa Gambar 5.6 Skema Tekanan Tanah Aktif Pada Pilar Gambar 5.63 Tampak Depan Distribusi Beban Pada kepala Pilar Gambar 5.64 Tampak Samping Distribusi Beban Pada kepala Pilar Untuk Satu Arah Gambar 5.65 Distribusi Beban Pada Head Wall Gambar 5.66 Distribusi Beban Pada Pier Head Gambar 5.67 Distribusi Beban Vertikal Bagian Kantilever Pada Pier Head. 185 Gambar 5.68 Penulangan Kepala Pilar Gambar 5.69 Tinjauan Gaya Pada Badan Pilar Gambar 5.70 Penulangan Badan Pilar Gambar 5.71 Reaksi Tiang Pancang Gambar 5.7 Gaya Horisontal Tiang Pancang Gambar 5.73 Gaya Yang Bekerja Pada Kaki Pilar arah y Gambar 5.74 Gaya Yang Bekerja Pada Kaki Pilar arah x Gambar 5.75 Penulangan Kaki Pilar Gambar 5.76 Penulangan Berdasarkan Pengangkatan Gambar 5.77 Penulangan Berdasarkan Cara Pengangkatan Untuk Pemancangan Gambar 5.78 Penulangan Tiang Pancang Pilar Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Spanish (International Sort) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 1 pt, Swedish (Sweden) Formatted... [1] Formatted... [] Formatted... [3] Formatted... [4] Formatted... [5] Formatted... [6] Formatted... [7] Formatted... [8] Formatted... [9] Formatted... [10] Formatted... [11] Formatted... [1] Formatted... [13] Formatted... [14] Formatted... [15] Formatted... [16] Formatted... [17] Formatted... [18] Formatted... [19] x

11 Gambar 5.79 Rencana Dimensi Abutmen Gambar 5.80 Tinjauan Berat Sendiri Abutmen Gambar 5.81 Tinjauan bekerjanya beban mati pada tumpuan Gambar 5.8 Titik Berat Tanah Timbunan Terhadap titik A... 0 Gambar 5.83 Gaya Akibat Berat Tanah dan Tekanan Tanah... Gambar 5.84 Tinjauan Bekerjanya Gaya Rem dan Traksi... 4 Gambar 5.85 Tinjauan Bekerjanya Gaya Gesek pada Tumpuan... 5 Gambar 5.86 Tinjauan Bekerjanya Gaya Gempa... 6 Gambar 5.87 Distribusi Beban Pada Kepala Abutmen Gambar 5.88 Distribusi Pembebanan Pada konsol Pendek Gambar 5.89 Penulangan Pada Kepala Abutmen Gambar 5.90 Gaya gaya Yang Bekerja Pada Badan Abutmen Gambar 5.91 Penulangan Badan Abutmen... 4 Gambar 5.9 Reaksi Tiang Pancang Abutmen Gambar 5.93 Gaya Horisontal Tiang Pancang Abutmen Gambar 5.94 Gaya Yang Bekerja Pada Kaki Abutmen Gambar 5.95 Penulangan Kaki Abutmen Gambar 5.96 Penlangan Berdasarkan Pengangkatan Gambar 5.97 Penulangan Berdasarkan Cara Pengangkatan Untuk Pemancangan Gambar 5.98 Penulangan Tiang Pancang Abutmen Gambar 5.99 Rencana Dimensi Wing Wall... 6 Gambar Gaya gaya Yang Bekerja Pada Wing Wall... 6 Gambar Distribusi Beban Pada Kantilever Wing Wall Gambar 5.10 Penulangan Wing Wall Gambar Tampak Atas Oprit Gambar Rencana dimensi Plat Gambar Penulangan Plat Lantai Oprit Gambar Pot. Melintang Oprit Gambar Tampak Atas Oprit Gambar Tinjauan bekerjanya gaya rem dan traksi Gambar Tinjauan Bekerjanya Gaya Gempa Gambar Bidang Momen Balok Melintang Gambar Bidang Momen Balok Anak Gambar 5.11 Bidang Momen Balok Memanjang Gambar Penulangan Lentur Balok Melintang Gambar Potongan Melintang Balok Melintang Gambar Penulangan lentur Balok Anak... 9 Gambar Penampang melintang Balok Anak Gambar Penulangan lentur Balok Memanjang Gambar Potongan melintang Balok Memanjang Gambar Gaya Horisontal Tiang Pancang Gambar 5.10 Penulangan Berdasarkan Pengangkatan Gambar 5.11 Penulangan Berdasarkan Cara Pengangkatan untuk Pemancangan Gambar 5.1 Penampang Melintang Tiang Pancang Gambar 5.13 Penulangan Tiang Pancang xi

12 DAFTAR TABEL Tabel.1 Jumlah Lajur Tabel. Ambang Lalu-lintas tahun 1 (Konstruksi Baru) Tabel.3 EMP Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi Tabel.4 EMP Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah Tabel.5 Besarnya Kapasitas Dasar ( Co ) untuk Jalan Perkotaan Tabel.6 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Lebar Jalan ( FCw ) Tabel.7 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Prosentase Arah ( FCsp ). 15 Tabel.8 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Hambatan Samping (FCsf) 15 Tabel.9 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FC CS ) untuk Jalan Perkotaan 15 Tabel.10 Standar Penetration Test... 1 Tabel.11 Penafsiran Hasil Penyelidikan Tanah... Tabel.1 Klasifikasi Tanah-... Tabel.13 Kombinasi Pembebanan... 8 Tabel 4.1 Volume lalu lintas pada ruas Jl. Puad A. Yani pada jam puncak pagi Tabel.4. Penentuan frekuensi kejadian Tabel.4.3 Penentuan kelas hambatan samping Tabel 4.4 Alternatif pemilihan bangunan atas Tabel 4.5 Alternatif pemilihan bangunan bawah Tabel 4.6 Alternatif pemilihan jenis pondasi Tabel 5.1 Perhitungan Jarak Yb Tabel 5. Perhitungan momen Inersia (Ix)... 9 Tabel 5.3 Perhitungan jarak Yb Tabel 5.4 Perhitungan momen Inersia (Ix) Tabel 5.5 Perhitungan Gaya Lintang Akibat Berat Sendiri Balok (Dx) Tabel 5.6 Perhitungan Momen Akibat Berat Sendiri Balok (Mx) Tabel 5.7 Perhitungan Gaya Lintang Akibat Beban Diafragma (Dx) Tabel 5.8 Perhitungan Momen Akibat Beban Diafragma (Mx) Tabel 5.9 Perhitungan Gaya Lintang Akibat Berat plat perkerasan (Dx) Tabel 5.10 Perhitungan Momen Akibat Berat plat perkerasan (Mx) Tabel 5.11 Perhitungan Gaya Lintang Akibat Beban Hidup D (Dx) Tabel 5.1 Perhitungan Momen Akibat Beban Hidup D (Mx) Tabel 5.13 Perhitungan Gaya Lintang Akibat Beban Angin (D x ) Tabel 5.14 Perhitungan Momen Akibat Beban Angin (M x ) Tabel 5.15 Perhitungan Gaya Lintang Akibat Gaya Rem dan Traksi (D x ) Tabel 5.16 Perhitungan Momen Akibat Gaya Rem dan Traksi (M x ) Tabel 5.17 Rekapitulasi Perhitungan Gaya Lintang (D) Tabel 5.18 Rekapitulasi Perhitungan Momen (M) Tabel 5.19 Tabel Propertis Strand Tabel 5.0 Tabel Propertis Tendon Tabel 5.1 Perhitungan Batas Bawah Tendon Tabel 5. Perhitungan Batas Atas Tendon Tabel 5.3 Perhitungan jarak garis netral tendon Tabel 5.4 Perhitungan jarak tendon -1 (Y i ) xii

13 Tabel 5.5 Perhitungan jarak tendon - (Y i ) Tabel 5.6 Perhitungan jarak tendon -3 (Y i ) Tabel 5.7 Perhitungan jarak tendon - 4 (Y i ) Tabel 5.8 Tabel Kehilangan Tegangan Tabel 5.9 Perhitungan Gaya Geser Tabel 5.30 Perhitungan Jarak Tulangan Geser Tabel 5.31 Distribusi Gaya Lintang Tabel 5.3 Hasil q dan s Tabel 5.33 Perhitungan Jumlah dan Luas Bursting Steel Tabel 5.34 Luasan Masing-masing Segmen Pilar Tabel 5.35 Kombinasi Pembebanan Pilar Tabel 5.36 Kombinasi Pembebanan I Tabel 5.37 Kombinasi Pembebanan II Tabel 5.38 Kombinasi Pembebanan III Tabel 5.39 Kombinasi Pembebanan IV Tabel 5.40 Kombinasi Pembebanan VI Tabel 5.41 Tinjauan Stabilitas Pilar Terhadap Daya Dukung Tanah Tabel 5.4 Kombinasi Pembebanan Pada Kolom Pilar Tabel 5.43 Kombinasi Daya Dukung Kelompok Tiang Tabel 5.44 Kombinasi Daya Dukung Tiang Pancang Terhadap Beban Luar 197 Tabel 5.45 Luasan Masing-masing Segmen abutmen Tabel 5.46 Luasan Masing-masing Segmen Timbunan Tanah... 0 Tabel 5.47 Kombinasi Pembebanan Abutmen... 8 Tabel 5.48 Kombinasi I Pembebanan Abutmen... 8 Tabel 5.49 Kombinasi II Pembebanan Abutmen... 9 Tabel 5.50 Kombinasi III Pembebanan Abutmen... 9 Tabel 5.51 Kombinasi IV Pembebanan Abutmen... 9 Tabel 5.5 Kombinasi VI Pembebanan Abutmen Tabel 5.53 Kombinasi Kontrol Kestabilan Terhadap Daya Dukung Tanah. 33 Tabel 5.54 Pembebanan Pada Konsol Pendek Tabel 5.55 Pembebanan Pada Badan abutmen Tabel 5.56 Kombinasi Daya Dukung Kelompok Tiang Tabel 5.57 Kombinasi Daya Dukung Tiang Pancang Terhadap Beban Luar 47 Tabel 5.58 Kombinasi Pembebanan Pada SAP Tabel 5.59 Rekap Hasil Kombinasi Pembebanan Pada SAP xiii

14 6/11/007 4:3:00 AM 6/11/007 4:3:00 AM 6/11/007 4:3:00 AM 6/11/007 4:3:00 AM 6/11/007 4:3:00 AM 6/11/007 4:3:00 AM 6/11/007 4:3:00 AM 6/11/007 4:3:00 AM

15 BAB I PENDAHULUAN I.1. TINJAUAN UMUM Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pemerintah melaksanakan kebijakan pembangunan di segala bidang secara menyeluruh, termasuk di dalamnya pembangunan dalam bidang transportasi. Transportasi merupakan hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin padat dan perkembangan masyarakat yang semakin maju, maka pergerakan barang dan jasa juga akan meningkat yang harus diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi, di antaranya penambahan jaringan jalan dan pengaturan lalu lintas. Menurut UU RI. No. 13 tahun 1980 pasal 3 dan 4 serta PP RI No. 6 tahun 1985 pasal 4 s/d 1 tentang jalan, menyebutkan bahwa jalan mempunyai beberapa peranan penting antara lain : a. Mempunyai peranan strategis di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan hankam. b. Mendorong pengembangan satuan wilayah pengembangan untuk menjaga keseimbangan antar tingkat perkembangan daerah satu dengan daerah lainnya. c. Membentuk suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. I.. LATAR BELAKANG Bandar Udara A.Yani Semarang merupakan Bandar Udara terpenting di Jawa Tengah. Keberadaan Bandar Udara ini di Kota Semarang yang sekaligus adalah ibukota Propinsi Jawa Tengah menjadikan Bandar Udara ini cukup strategis karena didukung oleh intensitas kegiatan sosial ekonomi yang tinggi. Bandar Udara A.Yani merupakan bagian kegiatan integral dari serangkaian Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 1

16 aktivitas di Jawa Tengah. Sebagai kota yang berbasis jasa, Semarang memerlukan sebuah Bandar Udara yang mampu menghubungkan dengan titik global dunia di Asia Tenggara, yaitu Singapura. Dengan diterapkannya kota Semarang sebagai simpul transportasi yang tercantum dalam RTRW Nasional maka pada khususnya prasarana transportasi Bandar Udara A.Yani akan dikembangkan sebagai Bandar Udara Internasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan jalan akses ke Bandara, sementara jalan akses yang ada kurang efektif dikarenakan sering terhambat dengan kemacetan yang terjadi di bundaran Kalibanteng dan melewati persimpangan sebidang dengan perlintasan kereta api. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas maka perlu peningkatan jalan khususnya untuk jalan akses Bandara A.Yani melalui proyek Pembangunan Jalan Akses Bandara A.Yani. Untuk melaksanakan pekerjaan ini perencana menggunakan Pedoman/Spesifikasi Teknis sesuai Master Plan Pengembangan Bandar Udara A.Yani yang ada serta mengacu pada standar-standar Bidang Pekerjaan Umum/Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. Konstruksi yang digunakan pada jalan akses tersebut berupa konstruksi jalan layang, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut : Keadaan lokasi di sekitar proyek merupakan daerah rawa, tambak dan bersebelahan dengan Kali Siangker sehingga fluktuasi terjadinya rob cukup tinggi khususnya pada musim penghujan, agar lalu lintas tidak terganggu hal tersebut, maka digunakan konstruksi jalan layang. Aspek estetika. I.3. MAKSUD DAN TUJUAN I.3.1. Maksud Maksud dilakukannya perencanaan Jalan Akses Bandara A.Yani adalah : a. Mendukung pengembangan kawasan di sekitar Bandara A.Yani sehingga dapat meningkatkan aksesbilitas kegiatan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan hankam. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang

17 b. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat khususnya pengguna transportasi udara agar tercapai tingkat kenyamanan dan keamanan yang optimal. I.3.. Tujuan Tujuan dilakukannya perencanaan Jalan Akses Bandara A.Yani adalah : a. Mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi di bundaran Kalibanteng. b. Menghindari resiko terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh adanya pertemuan sebidang antara jalan masuk menuju Bandara A.Yani dengan lintasan kereta api. I.4. RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH Pada perencanaan sistem transportasi suatu hal yang perlu diperhatikan adalah pengidentifikasian masalah. Bahan-bahan yang diperoleh dari hasil survey atau hasil investigasi bertindak sebagai input permasalahan yang akan dipecahkan untuk menentukan kebijaksanaan yang akan diambil. Pembatasan masalah pada perencanaan Jalan Akses Bandara A.Yani adalah sebagai berikut : c. Jalan yang direncanakan merupakan jalan baru sehingga studi dimulai dari awal. d. Pada tugas akhir ini pembahasan lebih dititik beratkan pada perencanaan jalan akses bandara dari setelah jembatan Siangker hingga sebelum lahan parkir bandara. e. Pada tugas akhir ini tidak melakukan perancangan bangunan-bangunan penunjang jalan (jembatan). Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 3

18 Laporan Tugas Akhir I.5. LOKASI PROYEK Lokasi dilaksanakannya pekerjaan perencanaan Jalan Akses Bandar Udara A. Yani Semarang adalah sebagai berikut : KAWASAN BANDARA A. YANI U Gambar 1.1. Peta Lokasi Rencana Jalan I.6. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan Tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini membahas tentang tinjauan umum, latar belakang, maksud dan tujuan, pembatasan masalah, lokasi proyek, dan sistematika penulisan. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 4

19 BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI STUDI PUSTAKA Pada bab ini membahas mengenai teori-teori serta studi-studi yang dijadikan acuan dalam perencanaan alternatif dan analisis perancangan detail terpilih. METODOLOGI Mencakup tahap persiapan, tahap penulisan laporan, survey dan pengumpulan data serta analisa data. ANALISA DATA Pada bab ini membahas mengenai penganalisaan data-data yang diperlukan dalam perencanaan. PERHITUNGAN KONSTRUKSI Pada bab ini membahas mengenai kelanjutan dari analisa data dengan melakukan perhitungan-perhitungan perencanaan berdasarkan datadata hasil analisa. PENUTUP Pada bab ini membahas kesimpulan dari hasil pengolahan data serta saran-saran dalam pelaksanaan. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 5

20 BAB II STUDI PUSTAKA II.1. TINJAUAN UMUM Untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan perencanaan jalan akses Bandara Ahmad Yani, baik untuk menganalisa data ataupun merencanakan konstruksi yang menyangkut cara analisis, perhitungan teknis, maupun analisa tanah. Maka pada bagian ini kami menguraikan secara global pemakaian rumus-rumus dan persamaan yang berkaitan dengan jalan yang akan digunakan untuk pemecahan masalah. Berikut beberapa aspek studi pustaka yang diperlukan untuk memberikan gambaran terhadap proses perencanaan jalan : 1. Aspek lalu-lintas.. Aspek geometrik. 3. Aspek tanah. 4. Aspek perkerasan. 5. Aspek hidrologi. 6. Aspek jembatan 7. Aspek lalu lintas pesawat terbang II.. ASPEK LALU LINTAS II..1. Definisi Jalan Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1980, jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas. Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan, antara lain : jembatan, overpass ( lintas atas ), Underpass (lintas bawah), tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan dan saluran air jalan. Yang termasuk perlengkapan jalan antara lain : rambu-rambu jalan, rambu-rambu lalu-lintas, tanda-tanda jalan, pagar pengaman lalu-lintas, pagar dan patok daerah milik jalan. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 6

21 Dalam perencanaan akses masuk bandara A.Yani didefinisikan sebagai segmen jalan perkotaan / semi perkotaan yaitu jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. II... Klasifikasi Jalan Klasifikasi fungsional seperti dijabarkan dalam UU Republik Indonesia No.38 tahun 004 Tentang Jalan (pasal 7 dan 8) dan dalam Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan 199 dibagi dalam dua sistem jaringan yaitu: 1. Sistem Jaringan Jalan Primer Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan peraturan tata ruang dan struktur pembangunan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut : Dalam kesatuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang di bawahnya. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antara satuan wilayah pengembangan. Fungsi jalan dalam sistem jaringan primer dibedakan sebagai berikut : a. Jalan Arteri Primer Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. Persyaratan jalan arteri primer adalah : Kecepatan rencana minimal 60 km/jam. Lebar jalan minimal 8 meter. Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 7

22 Jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan. Tidak terputus walaupun memasuki kota. Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh menteri. b. Jalan Kolektor Primer Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Persyaratan jalan kolektor primer adalah : Kecepatan rencana minimal 40 km/jam. Lebar jalan minimal 7 meter. Kapasitas sama dengan atau lebih besar daripada volume lalu lintas ratarata. Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan. Tidak terputus walaupun memasuki kota. c. Jalan Lokal Primer Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau di bawah kota jenjang ketiga sampai persil. Persyaratan jalan lokal primer adalah : Kecepatan rencana minimal 0 km/jam. Lebar jalan minimal 6 meter. Tidak terputus walaupun melewati desa.. Sistem Jaringan Jalan Sekunder Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya sampai perumahan. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 8

23 Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder dibedakan sebagai berikut : a. Jalan Arteri Sekunder Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Berikut persyaratan jalan arteri sekunder : Kecepatan rencana minimal 30 km/jam. Lebar badan jalan minimal 8 meter. Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Lalulintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan. b. Jalan Kolektor Sekunder Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Berikut persyaratan jalan kolektor sekunder : Kecepatan rencana minimal 0 km/jam. Lebar badan jalan minimal 7 meter. c. Jalan Lokal Sekunder Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder ketiga dengan kawasan perumahan dan seterusnya. Berikut persyaratan jalan lokal sekunder : Kecepatan rencana minimal 10 km/jam. Lebar badan jalan minimal 5 meter. Persyaratan teknik diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga/ lebih. Lebar badan jalan tidak diperuntukan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal 3,5 meter. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 9

24 II..3. Tipe Jalan Tipe jalan ditentukan sebagai jumlah lajur dan arah pada suatu ruas jalan dimana masing-masing tipe mempunyai keadaan dasar ( karakteristik geometrik ) jalan yang digunakan untuk menentukan kecepatan arus bebas dan kapasitas jalan. Menurut MKJI ( Manual Kapasitas Jalan Indonesia ) 1997 tipe jalan perkotaan dibedakan menjadi : Jalan dua lajur dua arah tak terbagi ( / UD ) Jalan empat lajur dua arah tak terbagi ( 4/ UD ) Jalan empat lajur dua arah terbagi ( 4/ D ) Jalan enam lajur dua arah terbagi ( 6/ D ) Jalan satu arah (1-3/1) II..4. Lajur Lajur adalah bagian jalur lalu-lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai dengan volume lalu-lintas kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan jenis kendaraan rencana. Penetapan jumlah lajur mengacu pada MKJI 1997 berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana untuk suatu ruas jalan tingkat kinerja dinyatakan oleh perbandingan antara volume terhadap kapasitas yang nilainya lebih dari 0,75. Tabel.1 Jumlah Lajur Lebar jalur efektif W Ce (m) Jumlah lajur 5 10,5 10, Sumber : MKJI 1997 Tabel. Ambang Lalu-lintas tahun 1 (Konstruksi Baru) Kondisi Ambang arus lalu-lintas tahun ke 1 Tipe jalan/lebar jalur lalu-lintas (m) Tipe alinyemen Hambatan samping 4/ D 6/ D 1 m 14 m 1 m Datar Rendah >000 Tinggi >1600 Sumber : MKJI 1997 Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 10

25 II..5. Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas Untuk memperkirakan pertumbuhan lalu-lintas di masa yang akan datang dapat dihitung dengan memakai rumus eksponensial sebagai berikut : LHR = LHR (1 i) n 0 + Dimana : LHR n = LHR tahun rencana LHR 0 = LHR awal i = faktor perkembangan lalu-lintas (%) n = umur rencana n II Lalu lintas harian rata-rata Lalu-lintas harian rata-rata adalah jumlah rata-rata lalu-lintas kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang dicatat selama 4 jam sehari untuk kedua jurusan. Ada dua jenis LHR yaitu : LHRT = Jumlah lalu-lintas dalam satu tahun / 365 hari LHR = Jumlah lalu-lintas selama pengamatan / lama pengamatan II..5.. Volume jam perencanaan Volume jam perencanaan (VJP) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk rencana lalu lintas dan dinyatakan dalam smp/jam. Arus rencana bervariasi dari jam ke jam berikut dalam satu hari, oleh karena itu akan sesuai jika volume lalu lintas dalam 1 jam dipergunakan. Volume 1 jam yang dapat digunakan sebagai VJP haruslah sedemikian rupa sehingga : Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus lalu lintas setiap jam untuk periode satu tahun. Apabila terdapat volume lalu lintas per jam melebihi VJP, maka kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang terlalu besar. Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar, sehingga akan menyebabkan jalan menjadi lengang. VJP = QDH = LHRT * k Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 11

26 Dimana : LHRT Faktor k = Lalu-lintas harian rata-rata tahunan (kend/hari) = Faktor volume lalu-lintas pada jam sibuk II..6. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya yang digunakan untuk merencanakan bagian-bagian jalan raya. Untuk perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan. Sifat membelok kendaraan akan mempengaruhi perencanaan tikungan dan lebar median dimana kendaraan diperkenankan untuk memutar. Kemampuan kendaraan akan mempengaruhi tingkat kelandaian yang dipilih, dan tinggi tempat duduk pengemudi akan mempengaruhi jarak pandang pengemudi. Kendaraan rencana dimasukkan ke dalam tiga kelompok : Kendaraan ringan (LV) meliputi mobil penumpang, minibus, pick up, truk kecil, jeep atau kendaraan bermotor dua as beroda empat dengan jarak as,0-3,0 m (klasifikasi Bina Marga). Kendaraan berat (HV) meliputi truk dan bus atau kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m. Biasanya beroda lebih dari empat (klasifikasi Bina Marga). Sepeda motor (MC) merupakan kendaraan bermotor beroda dua atau tiga (klasifikasi Bina Marga). II..7. Arus dan Komposisi Arus lalu-lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada ruas jalan tertentu persatuan waktu yang dinyatakan dalam satuan kend/jam. Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) di konversikan menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) yang diturunkan secara empiris untuk berbagai tipe kendaraan. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 1

27 Menentukan ekivalensi mobil penumpang (emp) berdasarkan MKJI, 1997, seperti yang terlihat pada tabel.3 dan.4 berikut ini : Tabel.3 EMP Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi Tipe Jalan : Tak Terbagi Dua lajur tak terbagi (/ UD) Empat lajur tak terbagi (4/ UD) Sumber : MKJI 1997 Arus Lalu Lintas Total Dua Arah (kend/jam) Tabel.4 EMP Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah EMP Lebar Jalur Lalu Lintas HV Wc (m) 6 > 6 1,3 0,5 0,4 1, 0,35 0,5 1,3 0,40 1, 0,5 Tipe Jalan : Jalan Satu Arah dan Jalan Terbagi Dua lajur dan satu arah (/1) dan empat lajur terbagi (4/ D) Arus Lalu Lintas per lajur (kend/jam) Tiga lajur dan satu arah (/1) dan enam lajur terbagi (4/ D) Sumber : MKJI 1997 EMP HV MC 1,3 0,4 1, 0,5 1,3 0,4 1, 0,5 II..8. Tingkat Pelayanan Evaluasi terhadap tingkat pelayanan dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu jalan masih mampu memberikan pelayanan yang memadai bagi pemakai. Beberapa hal yang masih menjadi tolok ukur layak / tidaknya pelayanan suatu jalan adalah : Kecepatan arus bebas (FV) Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas : FV = ( FV + 0 FV ) * FFV * FFV W SF CS Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 13

28 Dimana : FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam). FV 0 = kecepatan arus bebas dasar kendaraan. FV W = penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam). FFV SF = faktor penyesuaian untuk hambatan samping FFV CS = faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota. Kapasitas ( C ) C = Co * FCw * FCsp * FCsf * FCcs Dimana : C = kapasitas jalan (smp/jam) Co = kapasitas dasar FCw = faktor penyesuaian lebar jalan FCsp = faktor pemisahan arah FCsf = faktor akibat hambatan samping dan bahu jalan FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota Tabel.5 Besarnya Kapasitas Dasar ( Co ) untuk Jalan Perkotaan Tipe Jalan Kapasitas Dasar (smp/jam) Catatan Empat lajur terbagi 1650 Per lajur atau jalan satu arah Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur Dua lajur tak terbagi 900 Total dua lajur Sumber : MKJI 1997 Tabel.6 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Lebar Jalan ( FCw ) Tipe Jalan Lebar Lajur Lalu Lintas Efektif W c (m) FCw Empat lajur terbagi atau jalan satu arah Per lajur 3,00 3,5 3,50 3,75 4,00 0,9 0,96 1,00 1,04 1,08 Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 14

29 Tipe Jalan Lebar Lajur Lalu Lintas Efektif W c (m) FCw Empat lajur tak terbagi Dua lajur tak terbagi Sumber : MKJI 1997 Per lajur 3,00 3,5 3,50 3,75 4,00 Total lajur Tabel.7 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Prosentase Arah ( FCsp ) 0,91 0,95 1,00 1,05 1,09 0,56 0,87 1,00 1,14 1,5 1,9 1,34 Pemisah Arah SP % - % Dua lajur / 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 FCsp Empat lajur 4/ 1,00 0,985 0,97 0,955 0,95 Sumber : MKJI 1997 Tabel.8 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Hambatan Samping (FCsf) Kelas Hambatan Samping FCsf Lebar Bahu Efektif W S 0,5 1,0 1,5,0 Sangat rendah 0,94 0,96 0,99 1,01 Rendah 0,9 0,94 0,97 1,00 Sedang 0,89 0,9 0,96 0,98 Tinggi 0,8 0,86 0,90 0,95 Sangat tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91 Sumber : MKJI 1997 Tabel.9 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FC CS) untuk Jalan Perkotaan Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota < 0,1 0,86 0,1-0,5 0,90 0,5-1,0 0,94 1,0-3,0 1,00 > 3,0 1,04 Sumber : MKJI 1997 Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 15

30 Degree Of Saturation ( Derajat Kejenuhan / DS ) DS yaitu perbandingan antara volume dengan kapasitas. Perbandingan tersebut menunjukkan kepadatan lalu-lintas dan kebebasan bagi kendaraan. Bila DS < 0,75 maka jalan tersebut masih layak, dan Bila DS > 0,75 maka harus dilakukan pelebaran atau dilakukan traffic management pada ruas jalan tersebut. Hubungan antara tingkat pelayanan dan kapasitas ditunjukan berdasarkan persamaan berikut : Dimana : Q DH C Q DS = C DH = volume jam perencanaan (smp/jam) = kapasitas jalan (smp/jam) II.3. ASPEK GEOMETRIK Perencanaan geometrik akan memberikan bentuk fisik jalan dalam proyeksi arah horisontal dan vertikal serta detail elevasi permukaan jalan pada tikungan. II.3.1. Aliyemen Horisontal Adalah proyeksi rencana sumbu jalan tegak lurus bidang datar yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung. Perencanaan alinyemen horisontal bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan. Macam-macam lengkung horisontal : 1. Full Circle Full Circle hanya dapat dipilih untuk radius lengkung yang besar, dimana superelevasi (kemiringan) yang dibutuhkan < 3%. Rumus yang digunakan : Tc = Rc * tan ½β Ec = Rc * ( sec ½β - 1 ) = Tc tan ¼β Lc = π/360 * β * Rc = 0,01745* β * Rc Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 16

31 Gambar.1. Lengkung Full Circle. Spiral Circle Spiral Karena ada kendala menggunakan R yang besar, maka lengkung yang digunakan adalah Spiral Circle Spiral (S-C-S). Dengan tipe ini, maka terdapat lengkung peralihan yang menghubungkan bagian lurus (tangent) dengan lengkung sederhana (circle) yang berbentuk spiral (clithoid). Rumus yang digunakan : VR R min =, Dimana f = 0,14 s/d 0,4 17( e max+ f ) Tc = ( Rc + βrc ) * tan ½ β + (X-Rc sin Өs) E = { ( Rc + βrc ) / ( cos ½ β )}- Rc Lc = (β - Өs ) πrc / 180 Gambar.. Lengkung Spiral Circle Spiral Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 17

32 3. Spiral Spiral Lengkung horisontal bentuk spiral-spiral ( S-S ) adalah lengkung tanpa busur lingkaran ( Lc = 0 ). Lengkung S-S sebaiknya dihindari kecuali keadaan terpaksa. Rumus yang digunakan : Өs = ½ β Ls = (Өs * π * Rc)/90 Gambar.3. Lengkung Spiral Spiral II.3.. Aliyemen Vertikal Alinyemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal yang melalui sumbu jalan, yang menggambarkan elevasi permukaan jalan sehingga dapat menambah keamanan dan kenyamanan pemakai jalan. Faktor perencanaan alinyemen vertikal adalah kelandaian dan lengkung vertikalnya. Rumus Yang digunakan : A = g1 g =..% A* Lv E = 800 Dimana : A = selisih kelandaian mutlak (harga +) Lv = panjang lengkung vertikal (m) PLV = titik awal lengkung vertikal Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 18

33 PPV PTV = titik pertemuan kedua kelandaian = titik akhir lengkung vertikal Gambar.4. Lengkung Vertikal Cekung Gambar.5. Lengkung Vertikal Cembung 1. Panjang lengkung Vertikal Cekung tergantung : a. Jarak penyinaran lampu kendaraan Untuk kondisi jarak penyinaran < panjang lengkung Rumus : ( A* S ) Lv = ( ,5* S) Untuk kondisi jarak penyinaran > panjang lengkung Rumus : Lv = * S - ( ,5* S) A b. Jarak pandangan bebas dibawah bangunan c. Persyaratan drainase Rumus : Lv = 50 * A Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 19

34 d. Kenyamanan pengemudi Rumus : A* V Lv = R 380 e. Keluwesan bentuk Dimana : Lv = panjang minimum lengkung vertikal S = jarak penyinaran A = perbedaan aljabar kedua landai (g 1 -g ) (%) V R = kecepatan rencana (km/jam). Panjang lengkung Vertikal Cembung tergantung : a. Jarak pandang henti Untuk kondisi jarak pandang henti < panjang lengkung Rumus : ( A* S ) Lv = 399 Untuk kondisi jarak pandang henti > panjang lengkung Rumus : 399 Lv = * S - A b. Jarak pandang menyiap Untuk kondisi jarak pandang menyiap < panjang lengkung Rumus : ( A* S ) Lv = 960 Untuk kondisi jarak pandang menyiap > panjang lengkung Rumus : 960 Lv = * S - A c. Kebutuhan akan drainase Rumus : Lv = 50 * A Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 0

35 d. Kebutuhan kenyamanan perjalanan Rumus : A* V Lv = R 360 Dimana : Lv = panjang minimum lengkung vertikal S = jarak pandang A = perbedaan aljabar kedua landai (g 1 -g ) (%) V R = kecepatan rencana (km/jam) II.4. ASPEK TANAH Penyelidikan tanah merupakan dasar bagi penentuan jenis dan kedalaman pondasi. Data tanah dari hasil percobaan dianalisa dan dihitung daya dukung tanahnya sehingga kemudian dapat ditentukan jenis pondasi yang cocok. 1. Standar Penetration Test N = 15 + ½ (N 15) dimana : N = nilai SPT setelah dikoreksi N = nilai SPT yang diukur dengan catatan percobaan N > 15 Tabel.10. Standar Penetration Test Tingkat Kepadatan Dr N Φ Sangat lepas < 0, < 4 < 30 Lepas 0, - 0, Agak padat 0,4-0, Padat 0,6-0, Sangat Padat 0,8-1,0 > Sumber : Pondation Engineering, Ralph.: Sondir Test Penafsiran dengan menggunakan alat sondir dapat dilihat pada tabel berikut. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 1

36 `Tabel.11. Penafsiran Hasil Penyelidikan Tanah Hasil Sondir (kg/cm ) qc Fs Klasifikasi 6 0,15-0,40 Humus, lempung sangat lunak ,0 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat halus 0,0-0,60 Lempung lembek kelanauan 0,10 Kerikil lepas ,10-0,40 Pasir lepas 0,80 -,00 Lempung agak kenyal 1,50 Pasir kelanauan, agak padat ,00-3,00 Lempung kelanauan, agak kenyal 3,00 Lempung kerikil kenyal ,00 -,00 Pasir padat, kerikil, kasar, sangat padat Sumber : Penetrometer and Soil Exploration, Sanglerat : Dari hasil Boring Log Analisa dapat dilihat dari hasil boring log di lapangan (perlu diperhatikan letak kedalaman Muka Air Tanah). Tabel.1. Klasifikasi Tanah- N Values (SPT) Consistensy 0 Very soft 4 Soft 4 8 Medium soft 8 16 Stiff 16 3 Very Stiff > 3 Hard Sumber: Soil Mechanic and Fondation, Punmia : 1981 Dari ketiga analisa diatas dapat ditentukan jenis pondasi yang akan digunakan dan dapat pula diketahui kekuatan tanah berdasarkan jenis pondasi yang dipilih. II.5. ASPEK PERKERASAN JALAN Merupakan bagian dari struktur atas konstruksi jalan yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan serta kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu-lintas diatasnya ke balok melintang dengan lebih aman. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang

37 Berdasarkan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan menjadi : 1. Konstruksi perkerasan lentur (fexible pavement).. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement). II.6. ASPEK HIDROLOGI Dalam perencanaan suatu jalan tinjauan hidrologi memegang peranan penting terutama yang berkaitan dengan dimensi saluran drainase. Fungsi dari perencanaan drainase yaitu untuk membuat air hujan secepat mungkin dialirkan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama. Akibat dengan terjadinya genangan air akan menyebabkan cepatnya kerusakan konstruksi jalan. II.7. ASPEK JEMBATAN II.7.1. Klasifikasi Jembatan Ditinjau dari sistem strukturnya maka jembatan dapat dibedakan menjadi: 1. Jembatan Lengkung (Arch bridge) Pelengkung adalah bentuk struktur non-linear yang mempunyai kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang membedakan bentuk pelengkung dengan bentuk pelengkung dengan bentuk-bentuk lainnya adalah bahwa kedua perletakan ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan tidak diijinkan adanya pergerakan ke arah horisontal. Jembatan pelengkung banyak digunakan untuk menghubungkan tepian sungai atau ngarai dan dapat dibuat dengan bahan baja maupun beton. Jembatan lengkung merupakan salah satu bentuk yang paling indah diantara jembatan yang ada. Jembatan ini cocok digunakan pada bentang jembatan antara 60-80m. Jembatan Gelagar (Beam bridge) Jembatan bentuk gelagar terdiri dari lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat dari bahan beton, baja atau beton prategang. Jembatan dirangkai dengan diafragma, dan pada umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang merupakan lantai lalu lintas. Jembatan beton prategang menggunakan beton yang diberikan gaya prategang awal untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban. Jembatan ini bisa menggunakan post-tensioning dan pre-tensioning. Pada Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 3

38 post tensioning tendon prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras. Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah ditegangkan terlebih dahulu. Jembatan ini cocok digunakan pada bentang jembatan antara 0-30 m, Tinggi pilar + 1/3 kedalaman pondasi melebihi 15 m. 3. Jembatan Kantilever Jembatan kantilever memanfaatkan konstruksi jepit-bebas sebagai elemen pendukung lantai lalu lintas. Jembatan ini dibuat dari baja dengan struktur rangka maupun beton. Apabila pada jembatan baja kekakuan momen diperoleh dari gelagar menerus, pada beton jepit dapat tercipta dengan membuat struktur yang monolith dengan pangkal jembatan. Salah satu kelebihan kantilever adalah bahwa selama proses pembuatan jembatan dapat dibangun menjauh dari pangkal atau pilar, tanpa dibutuhkannya perancah. Jembatan ini cocok digunakan pada bentang melebihi 80,00 meter ( > 80 m ) 4. Jembatan Gantung (Suspension Bridge) Sistem struktur jembatan gantung berupa kabel utama (main Cable) yang memikul kabel gantung. Kabel utama terikat pada angker diujung tower yang menyebabkan tower dalam keadaan tertekan. Perbedaan utama jembatan gantung terhadap cable-stayed adalah bahwa kabel tersebar merata sepanjang gelagar dan tidak membebani tower secara langsung. Jembatan jenis ini kabel tidak terikat pada tower. Jembatan ini cocok digunakan pada bentang jembatan melebihi 80,00 meter ( > 80 m ) 5. Jembatan Rangka (Truss Bridge) Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan rangka merupakan salah satu jenis jembatan tertua dan dapat dibuat dalam beragam variasi bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung atau kantilever. Kekakuan struktur diperoleh dengan pemasangan batang diagonal. Jembatan ini cocok digunakan pada bentang jembatan antara m. Perencanaan Jalan Layang Pada Jalan Akses Bandara A.Yani Semarang 4

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER Disusun oleh : Andy Muril Arubilla L2A 306 004 Novi Krisniawati L2A 306 023 Disetujui,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. TINJAUAN UMUM Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,

Lebih terperinci

PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA

PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA Lembar Pengesahan ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA ( DESIGN OF SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA UNDERPASS) Disusun Oleh : FARID WIBISONO L2A0 002 059 MOCH.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI Disusun oleh : AGUSTIAN NIM : L2A 000 014 AHMAD SAFRUDIN NIM : L2A 000 016 Disetujui

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 11 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan bahan baku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALAN DAN JEMBATAN AKSES MENUJU TERMINAL BARU BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

PERENCANAAN JALAN DAN JEMBATAN AKSES MENUJU TERMINAL BARU BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG Pengesahan Tugas Akhir ----------------------------------------------------------------------------------------------------- LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN DAN JEMBATAN AKSES MENUJU TERMINAL

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN. Semarang, Agustus 2009 Disetujui:

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN. Semarang, Agustus 2009 Disetujui: LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL ( Fly Over Road Crossing And Railway Plan In Bendan Pekalongan ) Disusun Oleh : MEITA TRINATARINA L2A3 06 022 SEPTI AZIANI L2A3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Latar belakang kebutuhan akan perpindahan dalam suatu masyarakat, baik orang maupun barang menimbulkan pengangkutan. Untuk itu diperlukan alat-alat angkut, dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT Disusun oleh : HENKY ADI BERLIANO L2A 002 079 RA ASTRI WIDYANITYA L2A 002 129 Disetujui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2 Definisi Jalan Pasal 4 no. 38 Tahun 2004 tentang jalan, memberikan definisi mengenai jalan yaitu prasarana transportasi darat meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkapnya

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TEMPUR PADA RUAS JALAN TOL SEMARANG BAWEN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TEMPUR PADA RUAS JALAN TOL SEMARANG BAWEN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TEMPUR PADA RUAS JALAN TOL SEMARANG BAWEN (DESIGN OF KALI TEMPUR BRIDGE ON THE SEMARANG BAWEN TOLL WAY) Disusun oleh : DRYASMARA K NIM : L2A0 04

Lebih terperinci

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN TUGAS AKHIR Oleh : IDA BAGUS DEDY SANJAYA 0519151030 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ADIB FAUZY L2A ERSY PERDHANA L2A Semarang, Nopember 2010 Disetujui :

Disusun Oleh: ADIB FAUZY L2A ERSY PERDHANA L2A Semarang, Nopember 2010 Disetujui : LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN TEMPERAK I KM. SMG 157+530 REMBANG ( Evaluation and Design of The Temperak I Bridge KM. SMG 157+530 Rembang ) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG Disusun Oleh: ADITYO BUDI UTOMO TOSAN KUNTO SURYOAJI L2A004005 L2A004124 Semarang,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan perencanaan jembatan layang Kaligawe, baik untuk menganalisa data ataupun merencanakan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad )

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad ) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad ) Disusun Oleh : MARIA PARULIAN SITANGGANG L2A3 01 027 TEGUH ANANTO UTOMO L2A3 01 037 Semarang,

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN DUPLIKASI JALAN ARTERI UTARA SEMARANG STA

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN DUPLIKASI JALAN ARTERI UTARA SEMARANG STA HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DUPLIKASI JALAN ARTERI UTARA SEMARANG STA 1 + 725 1 + 975 ( Duplication of Semarang Northen Ring Road STA 1 + 725 STA 1 + 975 ) Disusun Oleh : ANDRE KURNIAWAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) pada Jurusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK

PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK Disusun untuk menempuh persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1

BAB IV ANALISA DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1 BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1 BAB IV ANALISA DATA Untuk memperoleh struktur jembatan yang efektif dan efisien maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK Analisis Kapasitas, Tingkat Pelayanan, Kinerja dan 43 Pengaruh Pembuatan Median Jalan ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN Adhi Muhtadi ABSTRAK Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Latar belakang kebutuhan akan perpindahan dalam suatu masyarakat, baik orang maupun barang menimbulkan pengangkutan. Untuk itu diperlukan alat-alat angkut, dan

Lebih terperinci

2.2. ASPEK LALU LINTAS

2.2. ASPEK LALU LINTAS 6 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Perencanaan pada suatu proyek membutuhkan kajian pustaka yang merupakan pedoman untuk perencanaan. Dalam perencanaan flyover perlu dilakukan kajian pustaka untuk

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN RUAS JALAN BLORA - CEPU

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN RUAS JALAN BLORA - CEPU LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR Disusun oleh : ADINDA PUTRI SURYANI NIM : L2A0 02 002 AKBAR FAISAL RACHMAN NIM : L2A0 02 008 Disetujui dan disahkan pada : 1. Hari : 2. Tanggal : Juni 2007 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan Undang-undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Jalan perkotaan adalah jalan yang terdapat perkembangan secara permanen dan menerus di sepanjang atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, baik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN (Studi kasus Jalan Karapitan) PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh program Sarjana (S-1) Oleh RIZKY ARIEF RAMADHAN

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL Disusun Oleh : RADITYO ARDHIAN PRATAMA L2A000142 RONNY SAGITA L2A000157 Disetujui dan disahkan pada : Hari : Tanggal : Dosen

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Tugas akhir ini adalah hasil karya kami sendiri dan semua sumber baik yang dikutip ataupun yang dirujuk telah kami nyatakan dengan benar. 1. NAMA : ANDHI IRIANTO NIM : L2A

Lebih terperinci

PENGGANTIAN JEMBATAN KALIGUNG TUWEL DENGAN MENGGUNAKAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA

PENGGANTIAN JEMBATAN KALIGUNG TUWEL DENGAN MENGGUNAKAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1109 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1109 1119 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI - PEJAGAN

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI - PEJAGAN LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI RANCANGAN JALAN TOL KANCI - PEJAGAN Disusun oleh : JAJA L2A 004 077 ROMADHANI RAHMANTO L2A 004 109 Telah disahkan pada tanggal Februari 2010 Disetujui, Dosen

Lebih terperinci

PENGGANTIAN JEMBATAN KALIGUNG TUWEL DENGAN MENGGUNAKAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA

PENGGANTIAN JEMBATAN KALIGUNG TUWEL DENGAN MENGGUNAKAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 392 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 392 404 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah ABSTRAK Sistem satu arah merupakan suatu pola lalu lintas dimana dilakukan perubahan pada jalan dua arah menjadi jalan satu arah. Perubahan pola lalu lintas ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas jalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA Restu RiaRestiana 1), Teddy Ariyadi 2), Siti Mayuni 2) Abstrak Pada pertemuan dua jalan arteri primer diharapkan tidak terjadi hambatan arus lalu lintas, dimana kendaraan dapat bergerak bebas. Jalan Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

Semarang, Februari 2007 Penulis

Semarang, Februari 2007 Penulis KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-nya, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Analisa Keretakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1 BAB I JEMBATAN PERKEMBANGAN JEMBATAN Pada saat ini jumlah jembatan yang telah terbangun di Indonesia

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 tahun 2009 dan menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO. Disusun oleh : Semarang, Agustus 2006

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO. Disusun oleh : Semarang, Agustus 2006 i HALAMAN PENGESAHAN Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO Disusun oleh : Muhamad Zaenuri L2A0 01 102 Noor Prihartanto L2A0 01 112 Semarang, Agustus 2006 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan 3.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut Bina Marga (1997), fungsi jalan terdiri dari : a. jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER

Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER 4.1. DESAIN JEMBATAN/JALAN LAYANG Sistem jembatan/jalan layang direncanakan berdasarkan kriteria sebagai berikut : Estimasi biaya konstruksi ekonomis. Kemudahan pelaksanaan.

Lebih terperinci

NOTASI ISTILAH DEFINISI

NOTASI ISTILAH DEFINISI DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI C KAPASITAS Arus lalu-lintas maksimum (mantap) yang dapat (smp/jam) dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN. (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN. (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road) ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road) Disusun Oleh : FEBBY IRAWAN NIM : L2A 306 017 TRIYONO NIM : L2A 306 029

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Perkembangan suatu daerah yang diiringi oleh bertambah majunya tingkat sosial dan ekonomi masyarakat daerah tersebut secara langsung akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Analisa yang mendalam akan menentukan perencanaan yang matang dan tepat. Dalam Perencanaan Akses Menuju Terminal Baru Bandara Internasional Ahmad Yani

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

(STRENGTH AND LIFE DESIGN ANALYSIS FOR SEMARANG-

(STRENGTH AND LIFE DESIGN ANALYSIS FOR SEMARANG- LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KEKUATAN DAN UMUR RENCANA PENINGKATAN JALAN RUAS SEMARANG-DEMAK DESAIN 2008 (STRENGTH AND LIFE DESIGN ANALYSIS FOR SEMARANG- DEMAK ROAD REHABILITATION DESIGN 2008)

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG Rio Reymond Manurung NRP: 0721029 Pembimbing: Tan Lie Ing, S.T.,M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Analisa jaringan jalan dibagi atas beberapa komponen: Segmen jalan Simpang bersinyal Simpang tidak bersinyal

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN SIRKUIT TAWANG MAS SEMARANG MENJADI SIRKUIT BALAP MOBIL WAHYU YAN NUGROHO L2A ZUHWAN ASBAH L2A

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN SIRKUIT TAWANG MAS SEMARANG MENJADI SIRKUIT BALAP MOBIL WAHYU YAN NUGROHO L2A ZUHWAN ASBAH L2A LAPORAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN SIRKUIT TAWANG MAS SEMARANG MENJADI SIRKUIT BALAP MOBIL Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata 1 ( S-1 ) Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Geometrik Jalan Jalan Arif Rahman Hakim merupakan jalan kolektor primer yang merupakan salah satu jalan menuju pusat Kota Gororntalo. Segmen yang menjadi objek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

HALAMAN PENGESAHAN UNIVERSITAS DIPONEGORO HALAMAN PENGESAHAN UNIVERSITAS DIPONEGORO PERENCANAAN JEMBATAN PEMALI RUAS JALAN BREBES-TEGAL BY PASS STA 4+780 Design of Pemali Bridge on The Brebes-Tegal By Pass STA 4+780 HIKI AFRIZAL L2A0 06 057 RANI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ Undang undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yaitu pasal 3 yang berisi: Transportasi jalan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN 1.1. Lingkup dan Tujuan 1. PENDAHULUAN 1.1.1. Definisi segmen jalan perkotaan : Mempunyai pengembangan secara permanen dan menerus minimum

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. INTISARI Kapasitas daya dukung jalan sangat penting dalam mendesain suatu ruas jalan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM : PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat. DAFTAR ISTILAH Ukuran Kinerja C Kapasitas (smp/jam) Arus lalu lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah, komposisi lalu lintas dan faktor lingkungan).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERSETUJUAN iii MOTTO iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvi ABSTRAK xix ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan. 14 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Jalan Karakteristik utama jalan yang akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika jalan tersebut dibebani arus lalu lintas. Karakteristik jalan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM.

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM. 1 ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM : PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM : 07 02 12789 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 17 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kondisi Lalu Lintas Situasi lalu lintas untuk tahun yang dianalisa ditentukan menurut arus jam rencana, atau lalu lintas harian rerata tahunan (LHRT) dengan faktor yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Geometrik Lalu Lintas Perencanan geometrik lalu lintas merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan geometrik

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR Oleh : Faizal Oky Setyawan 3105100135 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI HASIL PERENCANAAN Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan dan penunjang kebutuhan transportasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. permukaan air, terkecuali jalan kereta, jalan lori, dan jalan kabel. (UU No. 38

BAB II LANDASAN TEORI. permukaan air, terkecuali jalan kereta, jalan lori, dan jalan kabel. (UU No. 38 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian jalan Jalan merupakan akses yang sangat penting bagi masyarakat.jalan juga memiliki alat transportasi kendaraan yang meliputi berbagai segala bagian jalan, termasuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode numerik dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAP 2000. Metode numerik

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Studi Pustaka adalah sebuah telaah atau pembahasan suatu materi berdasarkan pada bahan-bahan yang berasal dari buku referensi maupun sumbersumber lain, bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum U-Turn Secara harfiah gerakan u-turn adalah suatu putaran di dalam suatu sarana (angkut/kendaraan) yang dilaksanakan dengan cara mengemudi setengah lingkaran

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya PROYEK AKHIR FERRYA RASTRATAMA SYUHADA NRP. 3109038001 MULYADI NRP. 3109038003 Dosen Pembimbing : R. Buyung Anugraha Affandhie, ST. MT PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 ( S-1 ) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Jalan Perkotaan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, Bina Marga 1997) mendefinisikan ruas jalan perkotaan sebagai ruas jalan yang memiliki pengembangan permanen dan

Lebih terperinci

PEMBEBANAN JALAN RAYA

PEMBEBANAN JALAN RAYA TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN JALAN RAYA Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Peraturan Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan III-1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan Waturenggong dengan panjang ±1212m yang merupakan masuk dalam kategori tipe jalan perkotaan

Lebih terperinci

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM: JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI 1997 Oleh RAHIMA AHMAD NIM:5114 10 094 Jurnal ini telah disetujui dan telah diterima oleh dosen pembimbing sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Data Geometrik Jalan Data geometrik jalan adalah data yang berisi kondisi geometrik dari segmen jalan yang diteliti. Data ini merupakan data primer

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL

PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

2.1 ANALISA JARINGAN JALAN

2.1 ANALISA JARINGAN JALAN BAB II REVISI BAB II 2.1 ANALISA JARINGAN JALAN 2.1.1 Sistem Jaringan Jalan Pada Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Geometrik Jalan Raya Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan tanah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 KINERJA RUAS JALAN Kinerja ruas jalan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 yang meliputi volume lalu lintas, kapasitas jalan, kecepatan arus bebas, dan derajat

Lebih terperinci