PENGARUH MASA LAKTASI, MASA KERING, MASA KOSONG DAN SELANG BERANAK PADA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT SP CIKOLE, LEMBANG



dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LAMA KERING PADA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PENAMPILAN PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK SAPI PERAH CIKOLE, LEMBANG

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

POTENSI KERUGIAN FINANSIAL AKIBAT ABNORMALITAS SELANG BERANAK PADA USAHA TERNAK SAPI PERAH

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

DAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

RELATIONSHIP OF DAYS OPEN AND SERVICE PER CONCEPTION WITH MILK PRODUCTION AND MILK QUALITY FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBRED (PFH) COWS AT JABUNG

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang hubungan antara paritas, lingkar dada dan umur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Kondisi Lingkungan Fisik Perusahaan. PT. UPBS Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) Pangalengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

PROFIL REPRODUKSI SAP1 FRIES HOLLAND DI PT TAURUS DAIRY FARM

KERAGAANPRODUKSI SUSU SAPI PERAH: KAJIAN PADA FAKTOR KOREKSI PENGARUH LINGKUNGAN INTERNAL

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

KINERJA PRODUKTIVITAS SAPI PERAH IMPOR DAN HASIL TURUNANNYA DI JAWA TIMUR: STUDI KASUS DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI PASURUAN

ESTIMATED MILK PRODUCTION OF 305 DAYS USING TEST DAY RECORDS AT BBPTU-SP BATURRADEN. Heni Indrijani Fakultas Peternakan UNPAD ABSTRACT

EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH

Hubungan Masa Kosong dengan Produktivitas pada Sapi Perah Friesian Holstein di Baturraden, Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

Kata Kunci : sapi perah, bobot lahir, BCS (Body Condition Score) periode kering, produksi susu

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. menonjol di dunia karena jumlahnya cukup banyak. Sapi FH berasal dari negeri

Pengaruh Umur Beranak Pertama Terhadap Performa Produksi Susu Sapi Friesian Holstein di BBPTU-HPT Baturraden

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PERTUMBUHAN PEDET BETINA DAN DARA SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI WILAYAH KERJA BAGIAN BARAT KPSBU LEMBANG

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH ABSTRACT

COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

The Influence of Body Condition Score in Late Pregnancy on Protein Colostrum Total and Content of Friesian Holstein Cows

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah. Lokasi Balai Benih Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TENAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH

REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY

PERFORMA SAPI PERAH ADAPTIF DAN EFISIEN DATARAN RENDAH

PEWARISAN SIFAT PRODUKSI SUSU PEJANTAN FH IMPOR PADA ANAK BETINANYA DI BBPTU BATURRADEN

Moch. Makin Fakultas Peternakaan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

Transkripsi:

PENGARUH MASA LAKTASI, MASA KERING, MASA KOSONG DAN SELANG BERANAK PADA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT SP CIKOLE, LEMBANG (Effects of lactation length, days dry, days open and calving interval on milk production of FH cows at BPPT SP Cikole, Lembang) A. ANGGRAENI 1, Y. FITRIYANI 2, A. ATABANY 2, C. SUMANTRI 2 dan I. KOMALA 2 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Ciawi, Bogor 2 Fakultas Peternakan, InstInstitut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRACT This study was aimed to determine the effects of lactation length, days dry, days open, and calving interval on milk production in Holstein-Friesian (HF) cows at Dairy Breeding BPPT-SP Cikole, Lembang, West Java. Complete lactation milk yields were obtained from weekly record (13 rcds) and daily record (72 rcds). Milk records were collected from a number of HF cows for 48 hds within the lactation periods of 1-4 Test Interval Method (TIM) was used to estimate complete milk yield from weekly milk record. The effects of lactation length, dry period, days open, and calving interval on complete milk yield were analised by regression models for the three levels of linear, quadratic and cubic. Examinations of the effect of individual factor on milk yield were very significant (P < 0.01), the exception was for insignificant effect of days dry (P > 0.05). Cubic regression explained the best relationship among these individual factors with milk production. The conclution of this study was that to optimize milk production of HF cows, pursuing these three determinant factors to be shorter as recommendation. Key Words: Holstein-Friesian Cows, Lactation Length, Days Open,Complete Milk Yield ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak terhadap produksi susu sapi perah Friesian-Holstein (FH) di stasiun bibit BPPT-SP Cikole, Lembang, Jabar. Produksi susu laktasi lengkap diperoleh dari uji produksi harian yang dicatat secara mingguan (13 catatan) dan harian (72 catatan). Catatan berasal dari sapi laktasi sebanyak 48 ekor dalam periode laktasi 1-4. Test Interval Method (TIM) dikapai untuk mengestimasi produksi susu lengkap dari catatan mingguan. Pengaruh masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak terhadap produksi susu laktasi lengkap dianalisis menggunakan model regresi tiga taraf, yaitu linier, kuadratik dan kubik. Pemeriksaan pengaruh setiap faktor pada produksi susu adalah sangat nyata (P < 0,01), terkecuali untuk masa kering yang tidak berpengaruh nyata (P > 0,05). Persamaan regresi kubik menjelaskan pola hubungan terbaik antara setiap faktor dengan produksi susu. Kesimpulan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan produksi susu selama hidup produktif, maka sapi FH induk perlu diusahakan melewati masa laktasi, masa kosong dan selang beranak lebih pendek sesuai rekomendasi. Kata Kunci: Sapi Friesian-Holstein, Masa Laktasi, Masa Kosong, Produksi Susu PENDAHULUAN Usaha peternakan sapi perah akan memberi tingkat efisiensi produksi yang baik apabila sapi-sapi induk yang dipelihara mampu mengkonversi pakan menjadi produksi susu secara efisien. Efisiensi produksi juga ditentukan oleh banyaknya produksi susu yang dihasilkan selama hidup produktif. Meskipun faktor genetik sangat mempengaruhi produksi susu, tetapi sejumlah faktor non genetik diketahui dapat menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi efisiensi produksi selama hidup produktif induk. 319

Untuk meningkatkan produksi susu selama hidup produktif, oleh karenanya perlu dioptimalkan berbagai faktor esensial yang mempengaruhi produksi susu induk. Masa kosong misalnya direkomendasikan untuk sapi dara laktasi selama 90 hari dan sapi induk laktasi 60 90 hari (WARWICK dan LEGATES, 1979). Hal ini untuk menjaga agar sapi betina bisa menghasilkan produksi susu cukup tinggi pada akhir laktasi, dengan masa laktasi yang diharapkan berlangsung selama 305 hari. Pada kenyataannya, semakin pendek masa kosong akan menurunkan produksi susu pada laktasi berjalan dikarenakan regresi kelenjar ambing dan kompetisi penggunaan nutrisi untuk mendukung berkembangnya fetus (BROTHERSTONE et al., 2004). WELLER at al. (1985) sebagai misal mencatat pada sapi dara laktasi konsepsi sebelum 60 hari menurunkan produksi susu kumulatif per tahun baik pada laktasi berjalan dan berikutnya, sedangkan masa kosong 110 130 hari memberi produksi susu optimal. Sebaliknya, masa kosong yang terlalu panjang menurunkan produksi susu selama hidup produktif induk, karena menurunkan frekuensi kelahiran sebagai awal proses dimulai kembali laktasi (WARWICK dan LEGATES, 1979). Masa kering memberi kesempatan kelenjar ambing untuk beregresi, proliferasi dan differensiasi, sehingga stimulasi produksi susu dari laktasi berikutnya menjadi maksimal (CAPUCO et al., 1997). Pemulihan jaringan ambing yang berlangsung selama periode kering diperlukan untuk mempersiapkan sapi pada kondisi optimal untuk berlaktasi berikutnya (BACHMAN dan SCHAIRER, 2003). Apabila sapi diberi kesempatan untuk menjalani masa kering, akan diperoleh kompensasi produksi susu lebih banyak pada laktasi yang menyertaimya (GΫLAY, 2005). Sejumlah studi pada sapi Bos taurus yang sebagian besar dilakukan di wilayah iklim sedang menyarankan masa kering selama 50-70 hari agar sapi berproduksi susu secara optimal pada laktasi berikutnya (KEOWN dan EVERETT, 1986; FUNK et al., 1987; CONNOR dan OLTENACU, 1988; MAKUZA dan MCDANIEL; 1996). Interval beranak paling umum dipakai sebagai indikator performans reproduksi seekor induk maupun suatu peternakan. Manajemen reproduksi konvensional menyarankan agar induk menjalani interval beranak sekitar 365 hari, sehingga setiap tahun diharapkan akan terjadi kelahiran (WARWICK dan LEGATES, 1979). Dengan menerapkan interval beranak 12 bulan peternak berharap sapi mereka mampu berproduksi susu optimal dan menguntungkan (SCHMIDT et al., 1988). Meskipun demikian, terjadinya proges genetik secara cepat dari induk untuk menghasilkan produksi susu yang tinggi di sejumlah negara produsen susu, telah membawa sebagai peternak pada pertimbangan untuk menunda interval beranak sekitar 15 bulan, khususnya pada induk dengan produksi susu sangat tinggi. Penundaan perkawinan ditujukan terutama untuk menekan resiko insiden mastitis dan sejumlah gangguan metabolis (REHN et al., 2000). Berdasarkan uraian yang sudah disampaikan, maka penelitian ini bertujuan memeriksa pengaruh masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak terhadap produksi susu sapi FH yang dipelihara pada kondisi manajemen intensif di stasiun bibit BPPT-SP Cikole, Lembang. Materi MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole, Lembang, Jawa Barat, selama bulan Juli Agustus 2007. Materi penelitian berupa data sekunder, meliputi: produksi susu uji harian (kg), tanggal beranak, tanggal kawin, tanggal bunting dan tanggal kering kandang dari sapi Friesian- Holstein (FH) dara dan induk laktasi. Total data produksi susu diperoleh sebanyak 85 catatan, terdiri dari produksi susu uji harian yang dicatat pada interval setiap hari sebanyak 72 catatan dan setiap minggu sebanyak 13 catatan. Data tersebut berasal dari sapi FH laktasi sebanyak 48 ekor. Produksi susu 320

terdistribusi pada sejumlah periode laktasi mulai dari periode laktasi 1, 2, 3, dan 4 masing-masing sebanyak 46, 25, 24 dan 6%. Metode Produksi susu laktasi lengkap diestimasi dari catatan mingguan menggunakan Test Interval Method (SUDONO, 2002), yaitu: d Ye = ( y1 + y2) 2 Ye : estimasi produksi susu (kg) d : selang hari pemerahan y1 dengan y2 y1 : produksi susu pemerahan pertama y2 : produksi susu pemerahan kedua Setiap variabel yang diamati didefinisikan sebagai berikut: a) masa laktasi adalah lama hari sapi diperah dimulai dari kejadian beranak sampai kering kandang, tetapi hanya lama perah yang melewati 270 hari yang dilibatkan dalam analisa; b). masa kering adalah periode atau lama hari sapi berhenti diperah hingga beranak berikutnya; c). masa kosong dihitung sebagai interval hari dari sapi beranak sampai bunting kembali; serta selang beranak sebagai interval hari dari mulai induk beranak sampai kejadian beranak berikutnya. Pengaruh individual masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak terhadap produksi susu laktasi lengkap diperiksa menggunakan analisis regresi pada tiga taraf, meliputi persamaan linier, kuadratik dan kubik (STEEL dan TORRIE, 1991). Persamaan regrsei yang memiliki koefisien determinasi (r 2 ) tertinggi, dipertimbangkan sebagai model regesi terbaik. Analisis regresi dilakukan untuk semua periode laktasi, disebabkan sedikitnya jumlah catatan produksi susu laktasi lengkap jika dikelompokkan berdasarkan periode laktasi berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas sapi Friesian-Holstein Produktivitas sapi FH untuk semua periode laktasi di Stasiun Bibit BPPT-SP Cikole, Lembang menunjukkan rataan masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak berurutan selama 324,8 ± 69,7, 94,0 ± 46,7, 141,1 ± 74.2, dan 418 ± 74,3 hari. Rataan masa laktasi sapi FH pengamatan selama 325 hr adalah lebih panjang dibandingkan masa laktasi rekomendasi untuk sapi perah Bos taurus, yakni selama 305 hari (WARWICK dan LEGATES, 1979). Rataan masa kering sapi FH pengamatan selama 94 hari adalah lebih panjang dibandingkan masa kering sapi FH yang dipelihara oleh peternak rakyat di Pangalengan, Lembang, Rawa Seneng, dan Cirebon, berurutan 90, 86, 81, dan 89 hari (SUDONO, 2002). Akan tetapi rataan masa kering tersebut lebih pendek dibandingkan sapi FH yang dipelihara di Stasiun Bibit BPTU Baturraden (103 hari). Rataan masa kosong sapi FH pengamatan selama 141 hari cukup panjang jika dibandingkan dengan rekomendasi 90 hari untuk sapi dara dan 60 90 hari untuk sapi induk (WARWICK dan LEGATES, 1979). Meskipun demikian masa kosong sapi FH pengamatan masih lebih singkat dibandingkan terhadap sapi FH baik di BPTU Baturraden (149 hari) maupun peternak binaan (177 hari) (ANGGRAENI, 2006). Selang beranak ditentukan oleh lamanya sapi induk menjalani masa kosong. Pada studi ini, rataan selang beranak sapi FH mencapai sekitar 418 hari melebihi rekomendasi sekitar 365 hari. Namun rataan interval beranak ini sama dengan sapi FH di BPTU Baturraden (418 hari), dan lebih singkat dari peternak rakyat binaan (433 hari). Perpanjangan selang beranak seperti yang dialami sapi FH pengamatan menyebabkan induk kehilangan kesempatan untuk menghasilkan anak setiap tahun, selanjutnya berakibat pada pengurangan jumlah produksi susu yang dihasilkan selama hidup produktifnya. Pengamatan terhadap nilai standar deviasi setiap faktor, menunjukkan secara umum menunjukkan masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak memiliki kisaran cukup luas. Sebagai ilustrasi masa kering sapi FH pengamatan berada dalam kisaran 47 141 hari. Masa kering sangat dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan, dengan manajemen yang kurang baik menghasilkan kisaran cukup luas sekitar 20 70 hari (SCHAEFFER dan HENDERSON, 1972; DIAS dan ALLAIRE, 1982; FUNK et al., 1987; serta MAKUZA dan MCDANIELD, 1996). Lebih jauh NIAZI and 321

ALEEM (2003) menyatakan masa kering sai perah Bos taurus yang dipelihara di daerah tropis cenderung memanjang jika dibandingkan dengan di daerah iklim sedang, disebabkan depresi iklim lembab dan panas tropis disamping inferioritas pakan dan manajemen. Adanya variasi yang cukup luas dari setiap komponen tersebut, oleh karenanya perlu diketahui seberapa besar pengaruh dari setiap faktor terhadap produksi susu yang dihasilkan induk. Pengaruh masa laktasi Analisis regresi dengan tiga taraf linier, kuadratik dan kubik yang dipakai untuk memeriksa hubungan antara masa laktasi dengan produksi susu laktasi lengkap sapi FH pengamatan menunjukkan persamaan regresi pada ketiga taraf semuanya memiliki pengaruh sangat nyata (P < 0,01) (Tabel 1). Meskipun demikian, regresi kubik merupakan persamaan terbaik dalam menggambarkan hubungan antara keduanya, dengan nilai koefisien determinasi tertinggi (r 2 = 21,0%), walau hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan terhadap regresi kuadratik (r 2 = 20,1%). Berdasarkan aplikasi persamaan regresi kubik, dapat diestimasi produksi susu sapi induk menjalani masa laktasi singkat (< 305 hari) misalnya selama 260, 270, 280, dan 290 hari berurutan sebanyak 4089, 4207, 4313, dan 4409 kg. Dibandingkan produksi susu masa laktasi 300 hari (4495 kg), produksi susu dari keempat masa laktasi singkat tersebut lebih rendah sekitar 9, 6, 4 dan 2%. Sebaliknya jika masa laktasi memanjang selama 310, 320, 330, 340, dan 350 hr, maka produksi susu diestimasi berurutan sebanyak 4572, 4642, 4704, 4761, dan 4812 kg. Tambahan produksi susu dengan perpanjangan masa laktasi tersebut masingmasing sekitar 2, 3, 5, 6, dan 7%. Meskipun dihasilkan tambahan produksi susu dengan memanjangnya masa laktasi, akan tetapi total produksi susu selama hidup produktif sapi induk akan berkurang, dikarenakan penambahan produksi susu relatif rendah selama akhir laktasi. Hal ini mendasarkan pada pola natural dari kurva sekresi air susu, dimana produksi susu secara cepat dan mencapai puncak laktasi sekitar minggu ke-3 sampai ke-6 minggu, selanjutnya terus menurun sampai berakhirnya laktasi. Perpanjangan masa laktasi umumnya Tabel 1. Persamaan regresi yang menjelaskan pengaruh masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak pada produksi susu Peubah Model regresi Persamaan regresi R 2 (%) Masa laktasi Linier Y = 1866 + 8,286 X 18,0 ** Kuadratik Y = -1251 + 27,00 X - 0,02685 X 2 20,1 ** Kubik Y = -6122 + 76,67 X - 0,1844 X 2 + 0,000156 X 3 21,0 ** Masa kering Linier Y = 4675-1,242 X 0,0 Kuadratik Y = 4652-0,71 X - 0,00254 X 2 0,0 Kubik Y = 4727-4,11 X + 0,0369 X 2-0,000127 X 3 0,0 Masa kosong Selang beranak Linier Y = 3593 + 6,840 X 13,6 ** Kuadratik Y = 3948 + 1,494 X + 0,01575 X 2 13,0 ** Kubik Y = 1680 + 54,55 X - 0,3288 X 2 + 0,000648 X 3 16,8 ** Linier Y = 1704 + 6,812 X 13,5 ** Kuadratik Y = 4545-6,30 X + 0,01467 X 2 12,9 ** Kubik Y = -54283 + 398,7 X - 0,8968 X 2 + 0,000670 X 3 16,7 ** * berbeda nyata (P < 0,05); ** berbeda sangat nyata (P < 0,01) 322

disebabkan lamanya sapi memperoleh konsepsi pospartus, sehingga sapi terus diperah sampai akhirnya kering kandang. Pengaruh masa kering Pemeriksaan hubungan masa kering terhadap produksi susu laktasi lengkap sapi FH pengamatan menunjukkan ketiga taraf regresi, baik linier, kuadratik dan kubik tidak berpengaruh signifikan (P > 0,05). Hasil ini berbeda terhadap sapi FH di BPTU Baturraden dan peternakan binaan Kabupaten Banyumas (ANGGRAENI, 2006) yang memperoleh produksi susu tertinggi pada masa kering 60 hari, yaitu sebanyak 4836 kg di BPTU Baturraden dan 3442 kg di peternak rakyat binaan. Masa kering bukan sebagai faktor penting dalam mempengaruhi produksi susu sapi FH pengamatan mengindikasikan bahwa sejumlah faktor lain berpengaruh lebih besar. Sejumlah komponen seperti aspek reproduksi, kesehatan, pemberian pakan, penyakit (misal mastitis) dan aborsi dapat menjadi faktor cukup dominan untuk mempengaruhi produksi susu. Hasil penelitian ini berbeda dengan laporan FUNK et al. (1987) yang mencatat masa kering singkat ( 40 hari) menghasilkan produksi susu secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan masa kering selama 60 69 hari, yaitu sejumlah -459 kg. Penelitian sebelumnya oleh SCHAEFFER dan HENDERSON (1972) juga mencatat penurunan produksi susu laktasi berikutnya sebanyak 610 dan 230 kg pada dua masa kering singkat antara 20 29 hari dan 30 39 hari dibandingkan terhadap masa laktasi rekomendasi selama 50 59 hari dengan produksi susu sebanyak 6800 kg. Demikian pula sejumlah penelitian merekomendasikan masa kering optimal antara 50 70 hari agar dicapai produksi susu maksimal (KEOWN dan EVERETT, 1986; FUNK et al., 1987; O CONNOR dan OLTENACU, 1988; MAKUZA dan MCDANIEL; 1996). Pengaruh masa kosong Masa kosong dari ketiga taraf regresi yang dikembangkan memberi pengaruh nyata (P < 0,01) produksi susu laktasi lengkap sapi FH pengamatan. Selanjutnya regresi kubik memberi pola terbaik (r 2 = 16,8%) dibandingkan regresi linier (r 2 = 13,6%) dan kuadratik (r 2 = 13,0%). Berdasarkan aplikasi persamaan regresi kubik, produksi susu diperoleh makin banyak dengan semakin panjang masa kosong rekomendasi 60 hari. Dibandingkan produksi susu dari masa kosong 60 hari sebanyak 3909 kg, maka dengan memanjang masa kosong selama 80, 100, 120, 140, 160. 180, dan 200 hari memberi peningkatan produksi susu sekitar 362, 586, 702, 472, 736, 716 dan 714 kg atau berurutan sekitar 9, 15, 18, 19, 19, 18, dan 18%. Penelitian pada sapi FH di stasiun bibit BPTU Baturraden dan peternak rakyat binaan Kabupaten Banyumas juga mencatat pengaruh signifikan masa kosong terhadap produksi susu laktasi lengkap, meskipun hubungan keduanya dijelaskan paling baik oleh regresi linier (ANGGRAENI, 2006). Perpanjangan masa kosong dari 60 hari menjadi 211 240 hari memberi tambahan produksi susu dari 3639 kg menjadi 5119 kg di BPTU Baturraden dan dari 2782 kg menjadi 3189 kg di peternakan rakyat binaan. Peneliti lain seperi BAR-ANAN dan SOLER (1990), juga mengingatkan bahwasanya inseminasi yang dilakukan sebelum masa pospartus selama 70 hari untuk sapi primiparous dan 41 90 hari untuk sapi multiparous akan menurunkan produksi susu laktasi berjalan dan laktasi selanjutnya. WELLER et al. (1985) mencatat pada sapi primiparous, konsepsi yang terjadi sebelum 60 hari pospartus memberi pengaruh merugikan terhadap produksi susu tahunan dan direkomendasikan masa kosong optimal antara 110-130 hari. Memanjangnya masa kosong sapi FH pengamatan terbukti memberi tambahan produksi susu laktasi lengkap berjalan, tetapi akan menurunkan produksi susu tahunan, sehingga akan menurunkan produksi susu yang dihasilkan selama hidup produktif sapi induk. Untuk mencapai efisinesi produksi yang lebih baik, dengan demikian perlu lebih diupayakan lebih baik aspek penanganan reproduksi dan pemeliharaan sapi laktasi. Pengaruh selang beranak Selang beranak memberi pola pengaruh dan sumbangan terhadap produksi susu laktasi lengkap mengikuti pola pengaruh masa 323

kosong. Kontribusi persamaan regresi tiga taraf, meliputi linier, kuadratik dan kubik dari selang beranak terhadap produksi susu sama dengan besar sumbangan masa kosong, dan regresi pola kubik menjelaskan hubungan terbaik antara keduanya (r 2 = 16,7%). Hal ini bisa dipahami disebabkan variasi interval beranak paling besar ditentukan oleh variasi masa kosong, sedangkan lama kebuntingan tidak memberi variasi yang besar. KESIMPULAN Masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak sapi FH pengamatan berada dalam kisaran yang luas dengan nilai rataan berurutan 324,8 ± 69,7, 94.0 ± 46,7, 141,1 ± 74.2, dan 418±74,3 hari. Masa laktasi, masa kosong dan selang beranak adalah faktor penting dalam mempengaruhi produksi susu laktasi lengkap, dengan regresi kubik sebagai pola terbaik untuk menjelaskan hubungan keduanya. Pengaruh selang beranak pada produksi susu memiliki pola yang sama dengan masa kosong. SARAN Untuk meningkatkan efisiensi produksi susu selama hidup produktif induk sapi FH, perlu diupayakan lama laktasi dan masa kosong sesuai yang direkomendasikan. DAFTAR PUSTAKA ANGGRAENI, A. 2006. Productivity of Holstein- Friesian dairy cattle maintained under two system in Central Java, Indonesia. Disertasi. University of Newcastle upon Tyne, United Kingdom. BROTHERSTONE, S., R. THOMPSON and I.M.S. WHITE. 2004. Effects of pregnancy on daily milk yield of Holstein-Friesian dairy cattle. Liv. Prod. Sci. 87: 265 269. CAPUCO, A.V., R.M. AKERS and J.J. SMITH. 1997. Mammary growth in Holstein cows during the dry period: Quantification of nucleic acids and histology. J. Dairy Sci. 80: 477 487. DIAS, F.M. and F.R. ALLAIRE. 1982. Dry period to maximize milk production over two consecutive lactations. J. Dairy Sci. 65:136 145. FUNK, D.A., A.E. FREEMAN and P.J. BERGER. 1987. Effects of previous days open, previous days dry, and present days open on lactation yield. J. Dairy Sci. 70: 2366 2373. GΫLAY, M.Ş. 2005. Altering the lactation cycle: Is a 60-day dry period too long? Turk J. Vet. Animal Sci. 29: 197 205. KEOWN, J.F. and R.W. EVERETT. 1986. Age-month adjustment factors for milk, fat and protein yields in Holstei cattle. J. Dairy Sci. 69:1891 1896. MAKUZA, S.M. and B.T. MCDANIEL. 1996. Effects of days dry, previous days open, and current days open on milk yields of cows in Zimbabwe and North Carolina. J. Dairy Sci. 79: 702 709. NIAZI, A.A.K and M. ALEEM. 2003. Comparative studies on the reproductive efficiency of imported and local born Friesian cows in Pakistan. Online Journal of Biological Sciences 3(4): 388 395. O CONNOR, J.J. and P.A. OLTENACU. 1988. Determination of optimum drying off time for dairy cows using decision analysis and computer simulation. J. Dairy Sci. 71: 3080 3091. REHN, H., B. BERGLUND, U. EMANUELSON, G. TENGROTH and J. PHILIPSSON. 2000. Milk production in Swedish dairy cows managed for calving interval of 12 and 15 months. Acta. Agric. Scand., Sect. A, Animal Sci. 50: 263 2 71. SCHAEFFER, L.R. and C.R. HENDERSON. 1972. Effects of days dry and days open on Holstein milk production. J. Dairy Sci. 55:107 112. SCHMIDT, G., L.D. VAN VLECK and M.F. HUTJENS. 1988. Principles of Dairy Science. 2 nd ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey. STEEL, R.G.D dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Terjemahan SUMANTRI, B. Jakarta. SUDONO, A. 2002. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 324

WARWICK, E. J. and J. E. LEGATES. 1979. Breeding and Improvement of Farm Animals. (7 th Ed.). Mc graw-hill Book Co, New York. WELLER, J.L., R. BAR-ANAN and K. OSTERKON. 1985. Effects of days open on annualized milk yiels in current and following lactations. J. Dairy Sci. 68: 1241 1249. 325