HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

IV HASIL dan PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

MATERI DAN METODE. Materi

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman.

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

MATERI DAN METODE. Materi

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Nahl B. Dirgareindo

Penyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah

HUBUNGAN ANTARA PERTAMBAHAN UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI BALI BETINA DI PTPN VI PROVINSI JAMBI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kelompok Tani Marga Rahayu Sri Murni (KTMRSM)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda delman sebanyak

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

MATERI DAN METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

KATA PENGANTAR. telah memberikan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jagung antara lain produktifitas, luas panen, dan curah hujan. Pentingnya

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

METODE. Materi. Metode

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang hubungan antara paritas, lingkar dada dan umur

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

MATERI DAN METODE. empat Desa yang memiliki populasi terbanyak yaitu Desa Topang, Desa Teluk. Samak, Desa Kemala Sari dan Desa Penyagun.

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

HASIL DAN PEMBAHASAN. olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang didirikan pada tahun 2002 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat tanggal 13 Mei 2003. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, yang berlokasi di Dusun Kidul RT 11 RW 04 Desan Cijeungjing Kabupaten Ciamis dengan ketinggian 312 meter diatas permukaan laut. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pengujian dan pengembangan perbibitan ternak sapi potong. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, balai mempunyai fungsi yaitu penyelenggara pengkajian bahan petunjuk teknis pengujian dan pengembangan perbibitan ternak sapi potong. 4.1.1. Lingkungan Suhu udara di BPPT Cijeungjing berkisar antara 28-32 o C, kelembaban ratarata 62-71% dan curah hujan berkisar 22.414 mm/tahun. Keadaan tersebut tentunya memiliki temperatur yang panas dan mempengaruhi ukuran tubuh ternak karena tidak sesuai dengan batas suhu ideal untuk ternak, sedangkan batas suhu udara yang

22 ideal untuk kehidupan terbaik ternak di daerah tropis adalah 10 0 C sampai 27 0 C (Williamson dan Payne, 1993). Luas lahan yang tersedia 130.360 m 2. Dari luas lahan 130.360 m 2 tersebut digunakan untuk kebun rumput sekitar 100.000 m 2, emplasemen sekitar 21.000 m 2 dan sisanya merupkan lahan yang kurang maksimal untuk ditanami hijauan sebagai akibat kemiringan tanah yang kurang mendukung. 4.2. Nilai Lingkar Dada, Panjang Badan dan Bobot Badan 4.2.1. Lingkar Dada Sebanyak 50 ekor sapi Pasundan telah diukur pada bagian lingkar dada. Pengukuran ini menggunakan alat ukur berupa pita ukur dengan ketelitian 0,1 sentimeter. Hasil dari pengukuran lingkar dada sapi Pasundan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Lingkar Dada Sapi Pasundan No Statistik Nilai 1 Rata-rata/Mean (cm) 124,13 2 Ragam (cm 2 ) 307,73 3 Simpangan Baku (cm) 17,54 4 Koefisien Variasi (%) 14,13 Dari Tabel 2. diatas dapat diketahui lingkar dada sapi Pasundan rata-rata sebesar 124,13 17,54 sentimeter. Koefisien variasi hasil pengukuran lingkar dada sapi Pasundan sebesar 14,13%, yang artinya dapat dikatakan bahwa lingkar

23 dada sapi Pasundan seragam. Menurut Nasution (1992), bila nilai koefisien variasi dibawah 15% maka masih dianggap seragam. Standar ukuran lingkar dada sapi Pasundan menurut Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun sapi Pasundan bahwa sapi Pasundan memiliki kisaran lingkar dada sebesar 138,22 11,85 sentimeter. Berdasarkan hasil uji t pada lampiran 3 diperoleh bahwa lingkar dada sapi Pasundan lebih rendah dibandingkan dengan standar ukuran menurut Kementan. Hasil tersebut dipengaruhi oleh suhu udara di BPPT Cijeungjing berkisar antara 28-32 o C, sedangkan batas udara yang ideal untuk kehidupan ternak di daerah tropis adalah 10 o C-27 o C (Williamson dan Payne, 1993). Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya juga menurun. 4.2.2. Panjang Badan Sebanyak 50 ekor sapi Pasundan telah diukur pada bagian panjang badan. Pengukuran ini menggunakan alat ukur berupa tongkat ukur dengan ketelitian 0,1 sentimeter. Hasil pengukuran panjang badan sapi Pasundan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengukuran Panjang Badan Sapi Pasundan. No Statistik Nilai 1 Rata-rata/Mean (cm) 104,72 2 Ragam (cm 2 ) 135,06 3 Simpangan Baku (cm) 11,62 4 Koefisien Variasi (%) 11,10

24 Dari Tabel 3. diatas dapat diketahui panjang badan sapi Pasundan rata-rata sebesar 104,72 11,62 sentimeter. Koefisien variasi hasil pengukuran panjang badan sapi Pasundan sebesar 11,1%, yang artinya dapat dikatakan bahwa panjang badan sapi Pasundan seragam karena masih dibawah 15%. Standar ukuran panjang badan sapi Pasundan menurut Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun sapi Pasundan bahwa sapi Pasundan memiliki kisaran panjang badan sebesar 110,09 9,80 sentimeter. Berdasarkan hasil uji t pada lampiran 5 diperoleh bahwa panjang badan sapi Pasundan lebih rendah dibandingkan dengan standar ukuran menurut Kementan. Hasil tersebut dipengaruhi oleh suhu udara di BPPT Cijeungjing berkisar antara 28-32 o C, sedangkan batas udara yang ideal untuk kehidupan ternak di daerah tropis adalah 10 o C-27 o C (Williamson dan Payne, 1993). Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya juga menurun. 4.2.3. Bobot Badan Sebanyak 50 ekor sapi Pasundan telah diukur pada bagian bobot badan. Pengukuran bobot badan sapi Pasundan dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa timbangan dengan ketelitian 0,5 pound. Kemudian untuk mendapatkan satuan kilogram dapat menggunakan asumsi 1 pound = ±0,5 kilogram. Hal tersebut dilakukan karena tidak tersedianya timbangan dengan satuan kilogram di tempat penelitian. Hasil pengukuran bobot badan sapi Pasundan dapat dilihat pada Tabel 4, dengan rata-rata dari hasil penimbangan dari 50 ekor sapi Pasundan yang telah ditimbang.

25 Tabel 4. Hasil Pengukuran Bobot Badan Sapi Pasundan. No Statistik Nilai 1 Rata-rata/Mean (kg) 198,00 2 Ragam (kg 2 ) 582,00 3 Simpangan Baku (kg) 24,12 4 Koefisien Variasi (%) 12,18 Dari Tabel 4. diatas dapat diketahui bobot badan sapi Pasundan rata-rata sebesar 198 ± 24,12 kilogram. Koefisien variasi hasil pengukuran bobot badan sapi Pasundan sebesar 12,18%, yang artinya dapat dikatakan bahwa bobot badan sapi Pasundan seragam. Standar ukuran bobot badan sapi Pasundan menurut Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun sapi Pasundan bahwa sapi Pasundan memiliki kisaran bobot badan sebesar 220,30 ± 22,00 kilogram. Berdasarkan hasil uji t pada lampiran 7 diperoleh bahwa panjang badan sapi Pasundan lebih rendah dibandingkan dengan standar ukuran menurut Kementan. Hasil tersebut dipengaruhi oleh suhu udara di BPPT Cijeungjing berkisar antara 28-32 o C, sedangkan batas udara yang ideal untuk kehidupan ternak di daerah tropis adalah 10 o C-27 o C (Williamson dan Payne, 1993). Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya juga menurun.

26 4.3. Korelasi Antara Bobot Badan dengan Ukuran-ukura Tubuh Nilai Korelasi antara bobot badan denga ukuran-ukuran tubuh pada sapi Pasundan sebanyak 50 ekor disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Korelasi Antara Bobot Badan dengan Ukuran-ukuran Tubuh. Nomor Variabel Bobot Badan (BB) 1 Lingkar Dada 0,839 2 Panjang Badan 0,762 Berdasarkan Tabel 5., tampak bahwa hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada dan panjang badan memiliki hubungan yang kuat karena memiliki nilai 0,893 dan 0,762. Warwick, dkk. (1995) menyatakan bahwa tingkat keeratan hubungan antara dua variabel diukur dengan nilai korelasi. Nilai ini dapat dikelompokan kedalan : lemah (0,1-0,5); kuat (0,5-1). Nilai korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada mempunyai nilai lebih tinggi daripada nilai korelasi antara bobot badan dengan panjang badan. Hubungan korelasi yang positif berarti nilai-nilai suatu variabel meningkat diikuti dengan meningkatnya variabel lain dan sebaliknya menurunnya suatu variabel diikuti dengan menurunnya variabel lain. Lingkar dada diketahui memiliki hubungan yang positif terhadap bobot badan. Semakin besar ukuran lingkar dada maka akan semakin besar pula bobot badan seekor ternak (Hammond, 1960). Begitu pula dengan panjang badan, panjang badan juga memiliki hubungan korelasi yang positif. Panjang badan menunjukan perkembangan tulang sehingga semakin panjang badan maka bobot badannya juga akan bertambah.

27 4.4. Model Penduga Bobot Badan Sapi Pasundan Berdasarkan Lingkar Dada dan Panjang Badan Hasil perhitungan analisis regresi linear sederhana dan berganda dengan variabel bebas (lingkar dada dan tinggi pundak) serta variabel terikat (bobot badan) pada sapi pasundan sebanyak 50 ekor dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Regresi Linear Sederhana dan Berganda Dua Variabel. Variabel Persamaan Regresi R R 2 SE Y berdasarkan X1 Y=54,762+1,153X1 0,839 0,697 13,25 Y berdasarkan X2 Y=32,263+1,582X2 0,762 0,572 15,77 Y berdasarkan X1 dan X2 Y=38,981+0,914X₁+0,434X₂ 0,847 0,705 13,09 Keterangan : Y = bobot badan X1 = lingkar dada X2 = panjang badan Berdasarkan Tabel 6, dapat diperoleh persamaan regresi terbaik untuk menduga bobot badan sapi pasundan adalah model regresi linear berganda dengan bentuk persamaan Y=38,981+0,914X₁+0,434X₂, karena memiliki nilai koefisien determinasi (R 2 ) terbesar diantara model regresi yang lain yaitu 0,705. Nilai koefisien determinasi ini menunjukan bobot badan sebesar 70,5% dapat diduga berdasarkan lingkar dada dan panjang badan.