ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN RESEP PASIEN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT DI DAERAH WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI.

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KAMAR OBAT PUSKESMAS KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DENGAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN APOTEK DI KABUPATEN REMBANG KOTA REMBANG NASKAH PUBLIKASI

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

EVALUASI KINERJA INSTALASI FARMASI DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ATAS PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PERIODE MEI - JULI 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

Evaluasi Mutu Pelayanan Kategori Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Informasi Obat Di Salah Satu Puskesmas Di Kecamatan Tampan Pekanbaru

PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PERSEPSI KONSUMEN APOTEK TERHADAP PELAYANAN APOTEK DI TIGA KOTA DI INDONESIA

(Submited : 6 Maret 2018, Accepted : 31 Maret 2018)

EVALUASI PELAYANAN APOTEK BERDASARKAN INDIKATOR PELAYANAN PRIMA DI KOTA MAGELANG PERIODE 2016

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Responden pada umumnya pada kelompok umur 18 tahun, lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

INTISARI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

Pipintri Margiluruswati*, L.I.Irmawati*

Medula Vol. 2 No. 1 Oktober 2014 ISSN

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara

PUSKESMAS. Data masyarakat ( Responden) (lingkari kode angka sesuai jawaban masyarakat/responden) Nomor Responden...

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

BAB I PENDAHULUAN. obat (Drug Oriented) ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

ABSTRAK STUDI KASUS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN DASAR GRATIS DI KOTA BANJAR. Andini Dwikenia Anjani, 2008, Pembimbing : Felix Kasim, dr.

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA UPT PUSKESMAS MUARA TEWEH DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN APOTEK DI KOTA RANAI KECAMATAN BUNGURAN TIMUR KABUPATEN NATUNA NASKAH PUBLIKASI

Diarti, et al, Studi Kualitas Pelayanan Apotek Ditinjau dari Tingkat Kepuasan Konsumen...

Kata Kunci : Kepuasan pasien, Tingkat kepuasan pasien, dan lima dimensi kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

PENGARUH PELAYANAN KEFARMASIAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN APOTEK DI WILAYAH PURWOKERTO. Zumrotul Anisah, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

KUESIONER PENELITIAN TESIS KUALITAS PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN DI KECAMATAN PERBAUNGAN. Nama Responden : (*boleh tidak diisi) Umur : Alamat : Rp...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISSN : e-issn :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

PERBEDAAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN UMUM DAN KEPEMILIKAN KIS PADA LANSIA DI PUSKESMAS DAU MALANG ABSTRAK

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI MUTU PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA PROLANIS BPJS DI PUSKESMAS PATARUMAN III KOTA BANJAR

EVALUASI KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN FARMASI DI APOTEK X. Ratih Pratiwi Sari

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PROGRAM RUJUK BALIK JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI APOTEK-APOTEK PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA 286 PADANG ASRI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

IDENTITAS RESPONDEN. No. responden Jenis Kelamin. Penyakit diderita. No Pernyataan Ya Tidak

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Terciptanya masyarakat yang sehat tidak terlepas dari pentingnya menjaga

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Analisis kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan kamar obat di puskesmas surabaya utara

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

Transkripsi:

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA Mi atu Khabbah*, Rolan Rusli, Welinda Dyah Ayu, Nurul Annisa Laboratorium penelitian dan pengembangan FARMAKA TROPIS Samarinda, Kalimantan Timur * Email : khabbahmiatu@gmail.com ABSTRAK Kepuasan pasien terhadap standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dapat diukur dengan membandingkan antara harapan pasien terhadap kualitas pelayanan kefarmasian yang diinginkan dengan kenyataan yang diterimanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pasien dan pelaksanaan standar minimal pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Penelitian observasi deskriptif dilakukan terhadap 270 responden menggunakan metode incidental sampling. Data dikumpulkan melalui kuisioner kepuasan pasien dan standar pelayanan minimal di Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,75% responden puas terhadap pelayanan yang diberikan puskesmas. Standar pelayanan waktu tunggu resep di bagian farmasi Puskesmas dapat dikatakan baik dan hampir memenuhi standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Kata Kunci : Standar Pelayanan Kefarmasian, Kepuasan pasien, Puskesmas, incidental sampling ABSTRACT Patient s satisfactory towards pharmaceutical care at Primary Health Facility measured by comparing between patient s expectations of pharmaceutical care quality with the real service that the patient has received. This research purpose is to find out patient s satisfaction and minimum standard pharmaceutical service implemented at Primary Health Facility. This research carried out with a descriptive observation method using an incidental sampling method with a total of 270 respondents. The data collected by using a questionnaire about minimal service standards at a Primary Health. The result shows that respondent s satisfactory from the type of service given by Primary Health Facility stated as satisfactory with the average percentage of 81,75% and as for prescription s waiting time service standard stated as good and almost fulfill the pharmaceutical service standard at a Primary Health Facility. Keywords : Standard of Pharmaceutical Care, Respondents Satisfactory, Primary Health Facility, Incidental Sampling 165

PENDAHULUAN Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas secara khusus dibuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016, farmasis harus memberikan pelayanan obat dan pelayanan klinik. Pelayanan obat mencakup perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai, permintaan obat dan bahan habis pakai, penerimaan obat dan bahan habis pakai, penyimpanan obat dan bahan habis pakai, pendistribusian obat dan bahan habis pakai, pengendalian obat dan bahan habis pakai, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi obat dan bahan habis pakai. Sedangkan pelayanan klinik mencakup pengkajian resep, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, ronde/ visite pasien, pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping obat (Menkes RI, 2016). Berdasarkan permenkes tersebut, perlu dilakukan kajian mengenai kepuasan pasien terhadap standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Puskesmas Sempaja Samarinda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian, serta untuk mengetahui kesesuaian pelayanan kefarmasian yang diterapkan terhadap standar pelayanan kefarmasian berdasarkan permenkes tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional kepada pasien Puskesmas Sempaja Samarinda periode Februari Maret 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 270 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik incidental sampling. (Sugiyono, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat kepuasan responden diukur menggunakan kuisioner kepuasan pasien berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 yang terdiri dari lima dimensi kualitas pelayanan yakni 166

responsiveness, emphaty, reliability, assurance, dan tangible. Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas berdasarkan permenkes tersebut disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Kepuasan pasien terhadap standar pelayanan kefarmasian Jawaban Responden No Jenis Pelayanan Sangat Puas Puas Tidak Puas 1. Ketanggapan Apoteker terhadap Pasien 8,5 87,4 4,1 2. Keramahan Apoteker 9,6 90 0,4 3. Kejelasan Apoteker dalam Memberikan Informasi 14,8 82,6 2,6 Obat 4. Kecepatan Pelayanan Obat 9,6 78,5 11,9 5. Kelengkapan Obat dan Alat Kesehatan 6,7 78,9 14,4 6. Kenyamanan Ruang Tunggu 10,7 77 12,3 7. Kebersihan Ruang Tunggu 11,9 80 8,1 8. Ketersediaan Brosur, Leaflet, Poster dan Lainlain Sebagai Informasi 5,6 79,6 14,8 Obat/ Kesehatan Total 9,67 81,75 8,58 167

Tabel 2. Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Sempaja Samarinda Hasil Pengamatan No Daftar Pelayanan Ya Tidak 1. Skrining resep : Menanyakan nama pasien Menanyakan asal dokter 100 98,9 2. Pelayanan resep obat jadi < 30 menit 97 3 3. Pelayanan resep racikan jadi < 60 8,1 0 menit 4. Informasi penggunaan obat oleh Apoteker: Informasi mengenai dosis obat 100 0 Informasi mengenai cara penggunaan obat 99,6 0,4 Informasi mengenai efek samping obat Informasi mengenai keamanan dalam 55,6 penggunaan obat Informasi mengenai interaksi obat 97,8 2.2 yang harus dihindarkan 0 1,1 44,4 48,9 51,1 5. Konseling obat yang digunakan 73 27 6. Menanyakan kejelasan informasi yang diberikan 63 37 7. Apoteker ramah dan murah senyum 99,6 0,4 8. Apoteker memberikan perhatian dan motivasi agar cepat sembuh 0 100 72,4 20,5 Kepuasan responden berdasarkan dimensi responsiveness (Ketanggapan) Hasil penelitian dapat diketahui bahwa kepuasan responden Puskesmas Sempaja Samarinda periode Februari-Maret 2017 berdasarkan dimensi responsiveness. Dimensi ini bertujuan untuk melihat kemampuan Apoteker dalam melayani pasien dengan cepat dan tepat. Kepuasan responden terhadap ketanggapan Apoteker disajikan dalam tabel 3. 168

Tabel 3. Kepuasan pasien terhadap standar pelayanan kefarmasian berdasarkan dimensi responsiveness. No Jenis Pelayanan 1. Ketanggapan Apoteker terhadap Pasien Sangat Puas Jawaban Responden Puas Tidak Puas 8,5 87,4 4,1 Berdasarkan hasil penelitian yang diamati oleh peneliti diketahui bahwa pelaksanaan skrining resep di Puskesmas Sempaja Samarinda dilakukan dengan menanyakan nama pasien atau identitas pasien 100%. Sedangkan untuk menanyakan darimana poli pengobatan yang sebelumnya pasien lakukan hanya 98,9%. Sehingga kepuasan responden terhadap ketanggapan Apoteker dapat dikatakan puas karena sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap ketanggapan Apoteker. Kepuasan responden terhadap kecepatan pelayanan obat yaitu sangat puas dengan persentase 9,6%, puas sebesar 78,5%, dan tidak puas sebesar 11,9%, sehingga dapat dikatakan puas. Berdasarkan hasil penelitian yang diamati oleh peneliti diketahui bahwa waktu pelayanan resep obat jadi kurang dari 30 menit sebesar 97% dan yang lebih dari 30 menit sebesar 3%. Sedangkan waktu pelayanan resep racikan kurang dari 60 menit sebesar 8,1% dan yang lebih dari 60 menit tidak ada. Hal tersebut hampir memenuhi standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan oleh Kepmenkes No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang pelayanan resep baik obat jadi maupun obat racikan yaitu lama waktu tunggu obat jadi kurang dari 30 menit dan obat racikan kurang dari 60 menit. Kepuasan responden berdasarkan dimensi emphaty (Empati dan perhatian) Kepuasan responden Puskesmas Sempaja Samarinda periode Februari Maret 2017 berdasarkan dimensi emphaty menunjukkan bahwa kepuasan responden terhadap keramahan Apoteker dapat dikatakan puas. Dimensi empati bertujuan untuk melihat kemampuan Apoteker dalam memahami kebutuhan pasien. Kepuasan responden terhadap dimensi empati di sajikan dalam tabel 4. 169

Tabel 4. Kepuasan pasien terhadap standar pelayanan kefarmasian berdasarkan dimensi emphaty. Jawaban Responden No Jenis Pelayanan Sangat Puas Puas Tidak Puas 1. Keramahan Apoteker 9 90 1 Berdasarkan hasil penelitian yang diamati oleh peneliti diketahui bahwa 99,6% Apoteker telah bersikap ramah dan murah senyum kepada pasien. Apoteker di Puskesmas Sempaja tidak memiliki sikap perhatian kepada pasien dengan persentase 0%. Kepuasan responden berdasarkan dimensi reliability (Kehandalan) Hasil penelitian dapat diketahui bahwa kepuasan responden Puskesmas Sempaja Samarinda periode Februari Maret 2017 berdasarkan dimensi reliability. Dimensi ini bertujuan untuk melihat kemampuan Apoteker dalam memberikan pelayanan yang memuaskan pasien. Kepuasan responden terhadap dimensi reliability disajikan dalam tabel 5. Tabel 5. Kepuasan pasien terhadap standar pelayanan kefarmasian berdasarkan dimensi reliability. No Jenis Pelayanan 1. Kejelasan Apoteker dalam Memberikan Informasi Obat Sangat Puas Jawaban Responden Puas Tidak Puas 14,8 82,6 2,6 Berdasarkan hasil penelitian yang diamati oleh peneliti diketahui bahwa penyampaian informasi mengenai dosis obat di Puskesmas Sempaja Samarinda 100% dilakukan. bahwa penyampaian informasi mengenai cara penggunaan obat 99,6% telah dilakukan. Penyampaian informasi mengenai efek samping obat 55,6% telah dilakukan. Penyampaian informasi mengenai keamanan dalam penggunaan obat 97,8% telah dilakukan. Penyampaian informasi mengenai interaksi dalam 170

penggunaan obat hanya 48,9% yang telah dilakukan. penyampaian konseling obat 73% telah dilakukan. pelaksanaan verifikasi 63% telah dilakukan. Kepuasan responden berdasarkan dimensi reliability dapat dikatakan puas karena hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di Apotek Puskesmas Sempaja terhadap penyampaian informasi obat dilakukan dengan baik kecuali penyampaian efek samping obat dan interaksi dalam penggunaan obat masih kurang optimal. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti Puskesmas Sempaja Samarinda telah melakukan konseling penggunaan obat dan melaksanakan verifikasi informasi penggunaan obat Kepuasan responden berdasarkan dimensi assurance (Jaminan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan responden terhadap kelengkapan obat dan alat kesehatan yaitu sangat puas dengan persentase 6,7%, puas sebesar 78,9%, dan tidak puas sebesar 14,8%, sehingga dapat dikatakan responden puas dengan kelengkapan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Sempaja Samarinda yang merupakan murni jawaban dari responden. Dimensi assurance bertujuan untuk melihat kemampuan Apoteker dalam memberikan kepercayaan dan kebenaran atas pelayanan yang diberikan kepada pasien. Kelengkapan obat dan alat kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena dalam menjalankan aktivitas pelayanan kesehatan salah satu sumber daya yang sangat penting adalah persediaan obat-obatan. Seperti yang dikatakan Pudjaningsih (2007) persediaan obat-obatan harus disesuaikan dengan besarnya kebutuhan pengobatan. Karena persediaan obat-obatan yang tidak lancar akan menghambat pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan karena obat tidak tersedia pada saat dibutuhkan, sehingga pelayanan kefarmasian tidak berjalan dengan baik dan mengganggu proses pengobatan. Kepuasan responden berdasarkan dimensi tangible (Berwujud) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kepuasan responden terhadap kenyamanan ruang tunggu dan kebersihan ruang tunggu dapat dikatakan puas dengan persentase 77% dan 80%. Kenyamanan dan kebersihan ruang tunggu merupakan salah satu faktor kepuasan responden dan merupakan dimensi yang 171

sangat penting karena lingkungan ruang tunggu yang nyaman dan bersih dapat membantu proses penyembuhan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan responden terhadap tersedianya brosur, poster, leaflet sebagai informasi obat/kesehatan dapat dikatakan puas dengan persentase 79,6%. Dengan tersedianya brosur, poster, leaflet dan lainlain akan sangat membantu pasien dalam memahami penyakit yang diderita serta informasi pengobatan yang tidak tersampaikan oleh petugas kesehatan, sehingga dapat membantu menambah pengetahuan pasien terhadap obat yang diterima untuk penyakit yang dideritanya. Dalam pengamatan langsung tersedian brosur dan poster mengenai cara cuci tangan yang benar, cara mencegah penyakit demam berdarah, DAGUSIBU, dan perkembangan anak dari usia 1 bulan sampe 5 tahun. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,75% responden puas terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan Puskesmas. Belum optimalnya aspek pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas seperti informasi keamanan dalam penggunaan obat, interaksi obat, konseling, verifikasi, dan perhatian Apoteker, masih belum dilaksanakan dengan optimal. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI,2002. Keputusan Menteri Kesehatan no.1332/kep/v/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan no. 992/ Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian izin Apotek, Dep. Kesehatan RI, Jakarta. Depkes RI.2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Depkes RI.2009. Pharmaceutical care.departemen Kesehatan RI, Jakarta. Pudjaningsih.2007. Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah Sakit. UGM Press. 172