Maria Ayu Rosita Dewi, Taufik Hery Purwanto

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

BAB I PENDAHULUAN. rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

BAB III MONUMEN GEMPA BANTUL

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

PEMETAAN DAN SURVEY RAWAN BENCANA DI WILAYAH PEMBANGUNAN III KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

ANALISIS ZONA BAHAYA GEMPABUMI DENGAN PENDEKATAN PROBABILITAS PEAK GROUND ACCELERATION (PGA)

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Analisis Peak Ground Acceleration (PGA) dan Intensitas Gempabumi berdasarkan Data Gempabumi Terasa Tahun di Kabupaten Bantul Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Berikut kerangka konsep kegiatan pembelajaran geografi kelas VI SD semester II pada KD mengenal cara cara menghadapi bencana alam.

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Pelaksanaan Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

ANALISIS LITOLOGI LAPISAN SEDIMEN BERDASARKAN METODE HVSR DAN DATA BOR DI KAWASAN JALUR SESAR OPAK

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada morfologi punggungan hingga perbukitan di wilayah timur dari

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

INTERPRETATION OF GEOLOGICAL STRUCTURE AND LITHOLOGY BY LANDSAT 8 AND SRTM IMAGERY IN REMBANG DISTRICT AND ITS SURROUNDING

PEMETAAN RISIKO PENCEMARAN AIRTANAH DI KECAMATAN PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN METODE DRASTIC MODIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

Metode Fault Fracture Density untuk Potensi Gerakan Tanah di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika LithosferLATIHAN SOAL BAB 4. Gamping. Beku. Sedimen. Andesit. Metamorf

PEMETAAN KERENTANAN BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN KRETEK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI, KABUPATEN BANTUL DIY

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

ANALISIS PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM WILAYAH YOGYAKARTA DENGAN METODE ATENUASI PATWARDHAN

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2012 BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

Transkripsi:

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM PENENTUAN TIPOLOGI KAWASAN RAWAN BENCANA GEMPA BUMI BERDASARKAN INFORMASI GEOLOGI DAERAH SESAR AKTIF OPAK Maria Ayu Rosita Dewi, Taufik Hery Purwanto mariaayurosita@yahoo.com, Taufik_hp@yahoo.com ABSTRACT Landsat 8 imagery and SRTM used for the extraction of parameters such as rock type, the distance to the geological structures (faults), and the effects of damage to the mapping distance of the epicenter in the typology of the earthquake-prone areas around the Peel Fault. This study aims to determine the accuracy of Landsat 8 related to the extraction of parameters, knowing the typology of vulnerability of the earthquake, and the seismic vulnerability analysis. Typology determination based on the Regulation of the Minister of Public Works No. 27 in 2007, with some modifications. Visual interpretation made for parameter extraction of incorporation 8 Landsat imagery and SRTM imagery Hillshade results. Unstable regions are far from the fault zone, located in the west - northwest and east. Less stable areas are located near the fault zone but far from the epicenter. Unstable areas in the region of soft rock, located close to the fault zone and the epicenter. The level of accuracy of the results of the mapping that is a parameter of 94.77% rock types and geological structures (faults) by 90%. Keyword : Earthquake vulnerability typology, opak fult. ABSTRAK Citra Landsat 8 dan SRTM dimanfaatkan untuk ekstraksi parameter berupa jenis batuan, jarak terhadap struktur geologi (sesar), dan pengaruh kerusakan terhadap jarak pusat gempa dalam pemetaan tipologi kawasan rawan bencana gempa bumi sekitar Sesar Opak. Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi Landsat 8 terkait ekstraksi parameter, mengetahui tipologi kerawanan gempa, dan analisis kerawanan gempa. Penentuan tipologi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 27 tahun 2007, dengan beberapa modifikasi. Interpretasi visual dilakukan untuk esktraksi parameter dari penggabungan citra landsat 8 dan citra srtm hasil hillshade. Daerah tidak stabil berada jauh dari zona sesar, terletak di bagian barat barat laut dan timur. Daerah kurang stabil yang terletak dekat dengan zona sesar tetapi jauh dari pusat gempa bumi. Daerah yang tidak stabil berada pada daerah batuan lunak, terletak dekat dengan zona sesar dan pusat gempa. Tingkat akurasi hasil pemetaan yaitu parameter jenis batuan sebesar 94,77% dan struktur geologi (sesar) sebesar 90%. Kata Kunci : Tipologi kerawanan gempa bumi, patahan opak. 1

I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi besar terjadi bencana gempa bumi karena terletak diantara tiga lempeng besar litosfer yaitu lempeng Pasifik, Eurasia, dan Indo-Australia. Tumbukan lempeng tersebut dapat menyebabkan terbentuknya gunung api dan sesar/patahan. Pertemuan ketiga lempeng tersebut disebut sebagai zona subdaksi. Gempa bumi dengan kekuatan sebesar 5.9 SR (menurut BMG) atau 6.2 SR (USGS) mengguncang Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya pada 27 Mei 2006. yang menimbulkan kerusakan parah terutama di Kabupaten Bantul. Gempa tersebut berasal dari sesar minor yang terletak di sekitar sesar aktif opak. Untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi maka dilakukan kegiatan mitigasi bencana, salah satunya berupa pembuatan peta tipologi kerawanan gempa bumi. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dapat digunakan dalam penentuan kerawanan gempa bumi. Citra Landsat 8 dan citra SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) digunakan dalam mengekstraksi parameter kerawanan gempa bumi berupa jenis batuan (litologi), sesar/patahan, kemiringan lereng, sedangkan jarak terhadap pusat gempa di dapatkan dari data gempa bumi dari instansi terkait (BMG dan USGS). Pedoman pemetaan tipologi kerawanan gempa bumi, didasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Api dan Gempa Bumi dengan beberapa modifikasi. II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pemetaan tipologi kawasan rawan gempa bumi adalah menumpangsusunkan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kerawanan gempa dengan menggunakan SIG. Data primer yang digunakan antara lain Citra Landsat 8 dan Citra SRTM daerah Yogyakarta (Gambar 1). Alat dan bahan yang digunakan antara lain peta RBI digital skala 1 : 25.000, Citra Landsat 8 path : 120 row : 60, Citra SRTM, data kegempaan berupa titik lokasi gempa bumi, Peta geologi lembar Yogyakarta skala 1 : 100.000, peta kerusakan bangunan, dan peta gejala alam pasca bencana sebagai data validasi hasil kerawanan, seperangkat komputer, kompas geologi, abney level, komparator batuan, Software ARCGIS dan ENVI untuk pengolahan citra. Parameter yang digunakan merupakan informasi geologi yang meliputi jenis batuan, struktur geologi berupa pengaruh kerusakan terhadap jarak patahan,, dan kegempaan berupa pengaruh gempa bumi terhadap jarak pusat gempa. Parameter tersebut diperoleh dari data primer maupun data sekunder, serta data hasil kegiatan lapangan. 2

Gambar 1. Daerah Penelitian sekitar Sesar Opak Yogyakarta Pengolahan citra digital pada citra Landsat 8 dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas citra sehingga memudahkan dalam proses interpretasi visual parameter kerawanan gempa bumi. Pengolahan citra digital tersebut antara lain : 1. Koreksi Geometri Koreksi Geometri dilakukan karena kesalahan yang terjadi pada proses perekaman citra seringkali dapat mengakibatkan pergeseran posisi piksel, metode yang digunakan adalah dengan membandingkan posisi objek yang terdapat pada citra dengan objek pada peta RBI skala 1 : 25.000. 2. Penyusunan Citra Komposit Beberapa saluran yang terdapat pada citra Landsat 8 dapat dikombinasikan sehingga membentuk citra baru yang menampilkan gambaran objek dipermukaan bumi dengan lebih baik sehingga mempermudah dalam identifikasi struktur geologi seperti patahan, dan batuan. Penggunaan citra komposit 567 dapat digunakan untuk menonjolkan karakteristik medan. Saluran 5 merupakan saluran inframerah dekat yang peka terhadap kondisi biomasa dari objek-objek dipermukaan bumi. Saluran 6 merupakan saluran Inframerah tengah 1 yang peka terhadap variasi kandungan air, vegetasi, serta kelembaban tanah. Saluran 7 merupakan saluran inframerah tengah 2 yang peka terhadap kelembaban tanah dan mineral, seperti lempung, sehingga dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan dan mineral. 3. Pemfilteran Spasial Filter spasial bertujuan untuk mempertajam kenampakan citra sehingga didapatkan citra dengan kualitas yang lebih baik yang dapat mempermudah dalam interpretasi. Hasil pemfilteran spasial dengan menggunakan filter Laplacian menunjukkan kelurusan yang lebih jelas dan lebih menonjolkan batas antar objek seperti sesar/patahan, alur 3

sungai dan garis pantai dengan batas yang tegas. Kekurangan dari penggunaan filter ini adalah dapat mengurangi kemampuan citra komposit 567 dalam menonjolkan warna/rona objek. 4. Penggabungan Citra Landsat 8 dan Citra SRTM. Penggabungan citra tersebut dilakukan hanya dengan menumpang susunkan kedua citra. Tujuan dari penggabungan citra ini adalah untuk menonjolkan kenampakan relief di permukaan bumi. Hal ini sangat penting karena proses yang terjadi di permukaan bumi serta bentukan bentukan alam dipermukaan bumi dipengaruhi oleh morfologi, seperti tingkat erosi, tingkat resistensi, dan jenis batuan, selain itu morfologi juga mencirikan batuan (litologi) yang terdapat di suatu wilayah. Identifikasi parameter kerawanan gempa bumi berupa jenis batuan (litologi), dan struktur geologi berupa sesar dilakukan dengan metode interpretasi visual pada penggabungan citra Landsat 8 komposit 567 dan citra SRTM. Jarak terhadap sesar didapatkan dengan melakukan buffer pada sesar yang telah diidentifikasi. Parameter berupa kemiringan lereng didapatkan dari pengolahan Citra SRTM dengan menggunakan fungsi Slope pada Software ARCGIS 10.1. Parameter kegempaan berupa jarak terhadap pusat gempa (epicentrum) didapatkan dengan melakukan buffer pada data gempa yang didapat dari BMKG dan USGS. Penentuan tipologi kerawanan gempa bumi didasarkan pada analisis multikriteria dengan menggunakan data parameter penentu tingkat kerawanan. Analisis yang digunakan adalah pembobotan kuantitatif berjenjang tertimbang. Setiap parameter memiliki nilai harkat dan bobot yang bergantung pada besarnya kontribusi (Tabel 4.1). Tabel 1. Nilai pembobotan variabel kerawan gempa Variabel Bobot 1. Geologi (Sifat Fisik dan Keterikatan Batuan) 5 3. Kegempaan 3 4. Struktur Geologi (patahan/sesar) 4 Sumber : Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2007 dengan modifikasi Nilai 1 memberikan arti tingkat kepentingan informasi geologi tersebut adalah informasi yang paling diperlukan untuk mengetahui zonasi bencana alam, nilai dan nilai 5 memberikan tingkat kepentingan informasi geologi yang sangat tinggi artinya informasi tersebut sangat penting dalam penentuan kerawanan gempa. Gambar 2 merupakan diagram alir penelitian. Modifikasi nilai bobot tersebut dilakukan karena jenis batuan dan zona sesar memiliki pengaruh besar terhadap kerawanan gempa dibandingkan dengan jarak pengaruh pusat gempa. Batuan. 4

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian III. HASIL DAN PEMBAHASAN Citra Landsat 8 dianggap cukup baik dalam mengekstraksi parameter kerawanan gempa, hal tersebut dikuatkan dengan uji akurasi yang dilakukan antara hasil interpretasi citra dengan kondisi di lapangan dan menggunakan peta geologi. Nilai akurasi pada struktur geologi sebesar 90%. Nilai akurasi jenis batuan sebesar 94.77% menandakan tingkat akurasi yang tinggi. Parameter Kerawanan Gempa Bumi Berdasarkan kegiatan interpretasi dan hasil lapangan, daerah sekitar Sesar Opak terdapat pada formasi senotolo, endapan gunung api muda, formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, ketiga formasi tersebut terbentuk karena adanya aktivitas vulkanik pada masa lampau, Formasi Wonosari, dan Formasi Kepek. Jenis batuan yang dapat dikenali di daerah kajian antara lain endapan gunung api muda, endapan aluvial, batuan sedimen, dan batu gamping. Satuan batuan yang dapat dikenali sebanyak 9 jenis batuan yang berupa batu gamping, batu gamping-tuff, batugamping-napal, pasirtuff, tuff, breksi vulkanik, pasir, batupasir, dan lempung.. Sesar yang diidentifikasi di daerah penelitian berupa sesar normal/ turun dan sesar geser. Pada sesar geser akan menimbulkan pergeseran lapisan batuan yang nampak pada citra Landsat. Pada sesar normal, salah satu bagian yang terpatahkan (hanging wall) akan bergerak menurun sehingga menimbulkan perbedaan relief. Graben bantul menunjukkan adanya proses penurunan diantara dua patahan di sebelah timur dan barat, sehingga membentuk graben dan horst. Ciri khas sesar berupa pergeseran batuan sulit untuk dikenali pada pengamatan langsung dilapangan, karena adanya proses erosi yang mengikis bentuk sesarnya, dan pelapukan batuan, serta endapan Gunung Merapi yang menimbun sesar, selain itu Indonesia 5

merupakan negara beriklim tropis basah sehingga tingkat tutupan vegetasi yang tinggi, erosi, serta pelapukan batuan menyebabkan sulitnya ditemui bidang pensesaran. Jarak terhadap terhadap pusat gempa diukur dari kedua lokasi gempa yang dicatat oleh BMG dan USGS sejauh 10 km, 20 km, 30 km, dan lebih dari 30 km dari pusat gempa. Menurut versi BMKG, daerah yang sangat dekat (<10 km) dengan pusat gempa meliputi pantai selatan bantul dan gunungkidul, Kecamatan Purwosari, Panggang, Paliyan dan Saptosari, serta bagian selatan Kecamatan Playen dan Imogiri. Daerah yang dekat dengan pusat gempa menurut USGS meliputi Kecamatan Dlingo, Imogiri, Playen, Paliyan, Panggang, Saptosari, Purwosari, dan bagian selatan Kecamatan Pleret, serta bagian timur Kecamatan Pundong dan Jetis Lokasi pusat gempa BMKG berada di sebelah selatan pusat gempa yang dicatat USGS. Perbedaan pencatatan data gempa bumi tersebut dikarenakan perbedaan metode pengukuran yang digunakan oleh kedua instansi. Tipologi Kerawanan Gempa Bumi Wilayah dibagi kedalam tiga klas yaitu wilayah stabil, kurang stabil, dan tidak stabil. Setiap klas kestabilan wilayah memiliki sub-klas tipologi yang masing-masing memiliki karakteristik wilayah yang berbeda. Tipologi A,B, dan C termasuk kedalam wilayah yang kurang stabil, sementara tipologi D,E, dan F termasuk kedalam wilayah yang tidak stabil. Perbandingan sebaran tipologi kerawanan gempa berdasarkan pada daerah administrasi pada tingkat kecamatan menurut BMKG dan USGS disajikan pada Tabel 4.7, tabel tersebut didapatkan dari menumpangsusunkan peta tipologi kerawanan gempa dengan peta administrasi dengan menggunakan analisis Intersect pada software ArcGIS, sehingga dapat diketahui sebaran tipologi kerawanan pada tingkat kecamatan. Tabel 2 menunjukkan persebaran tipologi kerawanan gempa di sekitar Sesar Opak. Penentuan tipologi dengan menggunaan data kegempaan menurut USGS dan BMKG menghasilkan perbedaan klasifikasi tipologi di beberapa daerah, perbedaan yang terlihat jelas adalah pada luasan dan sebaran tipologi. Pada tipologi kerawanan gempa menurut BMKG, daerah di utara, barat, timur laut, dan di bagian tengah daerah kajian lebih banyak daerah termasuk dalam klas stabil hingga kurang stabil dengan luasan sebesar 557.92 Km 2, sedangkan daerah yang stabil menurut USGS hanya sebesar 541.69 Km 2. Tipologi gempa menurut keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hal tersebut dikarenakan jarak kedua pusat gempa yang tidak terlalu berjauhan, selain itu jarak pusat gempa bukan faktor yang memiliki kontribusi besar dalam kerawanan gempa bumi. Titik pusat gempa BMKG yang berada pada jarak 7.85 km di selatan titik puat gempa USGS, menyebabkan bagian tengah daerah kajian termasuk daerah stabil), 6

sedangkan menurut USGS daerah tersebut termasuk kedalam wilayah yang kurang stabil karena dekat dengan pusat gempa. Gambar 3 Peta Tipologi Kerawanan Gempa Bumi berdasarkan BMKG Tabel 2. Persebaran tipologi kerawanan gempa berdasarkan data kegempaan USGS dan BMG. Kestabilan Wilayah Tipologi USGS Persebaran (Kecamatan) BMG Stabil Kurang Stabil Tidak Stabil A B C D E Pajangan, Sedayu, sebagian Pandak, Patuk, Purwosari, dan Saptosari. Kota Yogyakarta, Pandak, sewon, bantul, sebagian Pajangan, Kasihan, Dlingo, Imogiri, Purwosari, Panggang, dan Paliyan. Banguntapan, Kota Yogyakarta, Sewon, Bantul, Bambanglipuro, Sanden, Kretek, Purwosari, Panggang, Saptosari, Playen, sebagian Imogiri, Piyungan, Jetis, Pundong, Imogiri, dan Dlingo. Piyungan, Imogiri, sebagian Pleret, Dlingo, Playen, Paliyan, Purwosari, Pundong, Dlingo, (Sepanjang sesar) Piyungan, Pleret, Pundong, Kretek, Dlingo, Playen, Imogiri, sebagian Panggang, Jetis, dan Banguntapan. Imogiri, Pundong, dan Jetis Pandak, Pajangan, Kasihan, Sedayu, Patuk, sebagian, Kota Yogyakarta, Sewon, Bantul, Dlingo, Panggang. Banguntapan, Playen, sebagian sewon, Kota Yogyakarta, Bambanglipuro, Piyungan, Imogiri, dan Panggang. Sanden, Kretek, Bambanglipuro, Bantul, Purwosari, Panggang, Saptosari, sebagian Pundong, Jetis, Imogiri, Sewon, Piyungan, Dlingo dan Playen. Pleret, Dlingo, Imogiri, Playen, sebagian Purwosari, Paliyan, Banguntapan. (Sepanjang Sesar) Pleret, Pundong, sebagian Playen, Dlingo, Panggang, Purwosari, Imogiri, Kretek, Jetis, Imogiri, Pundong, dan Kretek F Pleret dan Imogiri Pleret dan Imogiri Sumber : Pengolahan Digital, 2015 Gambar 4 Peta Tipologi Kerawanan Gempa Bumi berdasarkan USGS Dilihat dari faktor kegempaan, yang merujuk pada jarak terhadap pusat gempa, lokasi pusat gempa menurut USGS yang terletak dekat dengan Kecamatan Imogiri dan Pleret menjadikan dua kecamatan ini mendapat pengaruh yang besar dari gelombang gempa, kedua kecamatan tersebut termasuk kedalam tipologi F. 7

Pemetaan tipologi kerawanan gempa bumi dilakukan pada skala 1 : 140.000. Pada proses pemetaan tersebut dilakukan proses penyederhanan dan pemilihan elemen-elemen pada peta, dalam hal ini proses yang dipilih adalah eliminate (generalisasi), proses tersebut dilakukan karena banyaknya polygon-polygon kecil yang dapat mengurangi kejelasan informasi klas tipologi. Analisis Kerawanan Gempa Berdasarkan peta tipologi kerawanan gempa bumi yang dihasilkan, Kabupaten Bantul bagian timur di sekitar Sesar Opak merupakan wilayah yang paling rawan terhadap bencana gempa bumi, batuan berupa endapan gunung api muda, dan endapan aluvial, serta batuan sedimen yang dominan dipengaruhi proses sedimentasi dan pelapukan menyebabkan solum tanah tebal dengan material yang lepas-lepas pada relief datar-landai. Kabupaten Gunung kidul merupakan daerah yang rawan terjadi bencana sekunder seperti longsor yang disebabkan oleh gelombang gempa bumi. Batuan penyusun utama berupa batu gamping, yang merupakan batuan masif yang dapat meredam gelombang getaran gempa bumi. oleh karena itu walaupun pusat gempa bumi menurut BMG terletak di kabupaten ini dan getaran gempa terasa hingga di permukaan, tetapi Kabupaten Gunung Kidul tidak terlalu mendapat dampak yang besar. Informasi mengenai daerah rawan gempa dapat digunakan sebagai pedoman pengambilan keputusan terkait upaya pencegahan dini untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari bencana primer gempa bumi dan bencana sekunder berupa gerakan tanah dan batuan (mitigasi bencana), seperti penataan ruang yang sesuai dengan tingkat kerawanan gempa, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap guncangan gempa. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.Penggabungan citra Landsat 8 komposit 567 hasil pemfilteran Laplacian dengan citra Hillshade (turunan DEM) dapat menyajikan informasi geologi berupa batuan dan struktur geologi dengan sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai akurasi struktur geologi sebesar90%, dan nilai akurasi batuan sebesar 94.77%. 2. Peta tipologi kerawanan gempa menunjukkan secara keseluruhan hampir di seluruh Kabupaten Bantul berada pada daerah yang memiliki kerawan akibat bencana gempa bumi dengan tipologi A,B,C,D,E, dan F. Morfologi yang datar, batuan yang lunak dengan material lepas-lepas, keberadaan sesar/patahan di sekitas Sesar Opak, dan pusat gempa yang tidak terlalu jauh menyebabkan daerah ini kurang kuat dalam menahan gertaran yang disebabkan gelombang gempa bumi, sedangkan 8

daerah dengan Tipologi E dan F rentan terhadap bencana primer maupun bencana sekunder berupa tanah longsor. Kabupaten Gunungkidul terususun dari batuan masif yang dapat meredam getaran gelombang gempa sehingga kerawanan tinggi hanya terdapat disekitar bidang sesar. 3. Keberadaan sesar dan batuan yang lunak berkontribusi besar dalam kerawanan gempa bumi. Daerah dengan morfologi datar, dengan batuan lunak dan material lepas-lepas lebih tidak stabil dalam menghadapi getaran gelombang gempa, sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang parah dibandingkan dengan daerah perbukitan structural yang disusun oleh batuan masif dan keras. Saran 1. Diperlukan analisis yang lebih mendalam untk mengetahui keberadaan sesar yang tertimbun endapan aluvial di daerah datar dari gejala-gejala yang ada di permukaan bumi. 2. Perlu adanya parameter-parmeter lain yang dapat semakin menguatkan analisis kerawanan gempa bumi, seperti faktor sosial. 3. Pemetaan tipologi kerawanaan gempa bumi dapat memberikan informasi kerawanan secara detil beserta karakteristik geologi daerah, sehingga diperlukan adanya kegiatan mitigasi bencana yang memanfaatkan informasi tersebut untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan akibat bencana gempa bumi. DAFTAR ISI Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital.Andi. Yogyakarta. Malik, Yakub. 2009. Penentuan Tipologi Kawasan rawan Gempabumi untuk Mitigasi Bencana di Kecamatan Pangelangan Kabupaten Bandung. Makalah. Bandung. PSBA. 2009. Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM. Yogyakarta. Soetoto. 2013. Geologi Dasar. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Somantri, Lili. 2008. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh untuk Mengidentifikasi Patahan Lembang. Makalah. Bandung. 9